“Era
kebangkitan bangsa ini akan dimulai ketika akhlak terpuji telah meliputi dunia
politik, sistem perekonomian, pendidikan, sosial budaya dan sebagainya. Oleh
sebab itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi akhlak adalah jalan
menuju kebangkitan dan kejayaan. Institusi pendidikan, organisasi, para
akademisi, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, santri, mahasiswa, politisi dan
segenap elemen bangsa lainnya mesti terlibat secara massif dalam gerakan dan
revolusi akhlak”
Oleh
Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab
Ketua
1 Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA).
Ketua
PCNU dan Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen.
Negeri ini rusak
bukanlah karena tidak adanya orang pandai. Orang-orang yang pandai di berbagai latar
belakang keilmuan sangat banyak. Pertanyaan, kenapa negeri ini rusak, dan
bahkan terus terpuruk dari waktu ke waktu? Dimanakah peran kaum intelektual
untuk membendung realitas terjadinya kerusakan dalam berbagai tatanan kehidupan
bangsa Indonesia dan juga Aceh dewasa ini? Sesungguhnya problem bangsa ini
bukanlah pada faktor kecerdasan – intelektual, persoalan kita adalah kerusakan
akhlak yang hari ini menjadi kekuatan yang dominan yang berbahaya dimana ia mengalahkan
akhlak yang mulia.
Maka tidak aneh ketika kita menyaksikan orang-orang yang
kuat mengeksploitasi yang lemah, yang pandai mengeksploitasi masyarakat awam. Tidaklah
cukup bagi bangsa ini meraih kemajuan sekedar berbekal kecerdasan, kepakaran
dan ilmu pengetahuan dan teknologi – jika tanpa akhlak yang terpuji.
Dalam bidang
ekonomi, kerusakan akhlak menyebabkan terjadinya praktek kapiatalistik yang
merubah wajah kaum cerdik cendekia menjadi predator bagi yang lain. Bagaimana kita memahami jika seorang yang
paham ekonomi namun justru menciptakan sistem ekonomi ribawi yang menjerat
leher masyarakat bawah? Inilah problem akhlak tercela. Dalam bidang politik,
kerusakan akhlak menyebabkan politik hanya untuk memperkaya diri dan kelompok
yang pada intinya hanya menjadi sekedar
alat eksploitasi masyarakat miskin.
Dalam bidang pendidikan, kerusakan akhlak
menyebabkan orientasi pendidikan berubah menjadi sekedar untuk kepentingan
materialisme. Efeknya, pendidikan gagal melahirkan produk yang memiliki
karakteristik Islami yang mampu menjawab tantangan zaman. Dan dalam bidang
hukum juga demikian, ketika akhlak rusak maka hukum menjadi sebuah permainan
yang jauh dari keadilan, karena telah dimanfaatkan untuk mengeksploitasi yang
lain, menghancurkan orang-orang yang tidak disenangi.
Di balik itu,
dekadensi moral seperti gaya hidup KKN (korupsi, kolusi, nepotisme) saat ini
telah membuat kerusakan di berbagai sendi pembangunan negara. Begitu juga,
narkoba, perjudian, pergaulan bebas, pornografi dan pornoaksi sangat cukup
menjadi penyebab kehancuran sebuah bangsa. Bahkan di level Aceh, hari ini kita
mengalami kecemasan yang sangat besar ketika kita memperhatikan generasi muda
kita yang tidak sedikit terjebak dalam dunia hitam Narkoba. Apa jadinya negeri
ini jika kita mewarisakan generasi yang lemah dan rusak?
Dalam kondisi yang
memprihatinkan ini, tepatlah ketika Rasulullah Saw di masa hidupnya mempertegas
fungsi kerasulan beliau, “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah Swt adalah untuk
menyempurnakan keluhuran akhlak manusia”. Misi inilah yang disebut sebagai Rahmatan
lil ‘alamin. Apakah kecil tugas pembinaan akhlak? Tentu saja tidak. Sebab,
realitasnya kerusakan akhlak menyebabkan kerusakan di berbagai sendi kehidupan.
Berkata Syauqy Bey dalam sya’irnya, “Hidup dan bangunnya suatu bangsa
tergantung pada akhlaknya, jika mereka tidak lagi menjunjung tingi norma-norma
akhlaqul karimah, maka bangsa itu akan musnah bersamaan dengan keruntuhan
akhlaknya”.
Ketika akhlak runtuh,
maka yang akan datang selanjutnya adalah kehancuran. Oleh sebab itu, melihat
kembali pentingnya pembangunan berbasis akhlak adalah sebuah keniscayaan,
keharusan dan bahkan juga kewajiban yang mendesak. Maka jawaban dari semua ini
adalah “Revolusi Akhlak”.
Sungguh, kita tidak
punya waktu lebih banyak lagi selain melakukan gerakan besar mencegah dekadensi
moral dengan gerakan revolusi akhlak, sebuah gerakan mendasar yang harus
dilakukan secara massif. Revolusi akhlak harus dilakukan dengan melibatkan
seluruh sarana dan prasarana, memaksimalkan seluruh sumber daya manusia dan
dengan waktu yang lebih ekstra. Sebab, jangkauan perbaikan akhlak ini sangat
luas, meliputi seluruh tatanan kehidupan. Aspek sosial budaya, dunia
perekonomian dan pasar, politik, pendidikan, keamanan dan sebagainya, semuanya
membutuhkan sentuhan revolusi akhlak.
Jangan lagi kita
mendengar tugas perbaikan akhlak hanya dibebankan pada satu kelompok, dan bahwa
akhlak terpuji hanya harus dimiliki oleh sekelompok santri. Kita membutuhkan
revolusi akhlak yang meliputi seluruh status sosial dan strata di masyarakat,
dari yang miskin sampai yang kaya, yang tidak berilmu sampai yang berilmu, yang
tidak berpendidikan sampai yang berpendidikan hingga seterusnya.
Kita betul-betul
harus berjuang memancarkan cahaya akhlak Islam ke setiap sudut wilayah Aceh dan
negeri ini. Pancaran sinar akhlak harus menyentuh hingga ke setiap pribadi
manusia yang menghuni bumi Iskandar Muda ini. Kita harus memastikan bahwa
masyarakat kita dalam status sosial manapun harus memiliki akhlak yang mulia,
seperti malu, baik hati, jujur, sedikit bicara, banyak bekerja, meninggalkan
segala hal yang tidak penting, berbakti kepada orang tua, silaturahim, sabar,
bersyukur, lembut, dan pemaaf. Dan kita juga harus memastikan tidak ada lagi
sifat-sifat buruk dalam diri kita dan masyarakat kita serta bangsa ini. Tidak
ada lagi sifat pendendam, suka memfitnah, buruk sangka, mengumpat, mencaci
maki, memutus tali silaturrahmi.
Sesungguhnya akhlak
terpuji yang dimiliki oleh rakyatnya niscaya akan menjadi modal besar sebuah
bangsa untuk meraih kemajuan dan kebangkitan. Ketika akhlak terpuji telah
menjadi gaya hidup sebuah bangsa, maka pastilah bangsa itu akan maju,
berkembang dan memiliki citarasa peradaban. Apalah artinya jika ilmu
pengetahuan maju, tapi tidak punya moral? Apa jadinya jika ekonomi kita maju, namun
kita terjerat dalam hedonisme duniawi, dimana perintah Allah justru
ditinggalkan?
Namun demikian,
revolusi akhlak bukan berarti akan meninggalkan cita-cita kemajuan bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi, ekonomi, sosial budaya dan pendidikan. Akhlak
terpuji akan mengawal kemajuan tersebut agar ia selaras dengan harapan Islam.
Sebab, kita bukan hanya harus sukses di dunia, namun juga harus sukses di
akhirat sekaligus. Tidak ada artinya sukses dunia namun gagal di akhirat.
Sebab, akhirat adalah kehidupan abadi, sementara dunia adalah kehidupan
sementara. Begitu juga, alangkah lebih baik jika di dunia kita sukses, dan di
akhirat juga sukses. Itulah harapan Islam kepada kita.
Orang yang memiliki
akhlak yang bagus akan selalu terdorong untuk berbuat baik antar sesama. Sebab
dalam doktrin akhlak, seseorang dituntut untuk istiqamah dalam prinsip-prinsip
kebajikan walaupun kepada orang yang bersikap baik terhadap dirinya. Dan ini
akan menjadi magnet yang dapat menarik keridhaan Allah swt sekaligus simpati
orang-orang yang berinteraksi dengannya.
Saat Rasulullah saw
ditanyai oleh sahabatnya tentang pengertian akhlak, beliau mendiskripsikan
bahwa akhlak itu adalah memberi kepada orang yang kikir kepada kita,
menyanyangi orang yang membenci kita, bersilaturrahmi dengan orang yang
memutuskan silaturrahmi dengan kita. Prinsip inilah yang dipegang teguh oleh
para sahabat Rasul hingga mereka menjadi orang-orang besar. Bahkan namanya
dikenang hingga sekarang.
Orang yang tidak
berakhlak cenderung tidak disenangi oleh siapapun. Tidak disenangi oleh Allah Saw
dan Rasul-Nya, juga cendrung dijauhi oleh manusia. Hal ini dapat diukur dari
diri kita sendiri. Bagaimana kita tidak menyenangi orang yang berkepribadian
buruk, maka demikian pula orang tidak menyenangi kita saat kita tidak berakhlak.
Maka mari bayangkan
jika akhlak mulia telah dimiliki oleh berbagai komponen bangsa ini. Pastilah
kita akan keluar dari segenap problematika kehidupan yang mendera bangsa kini.
Era kebangkitan bangsa ini akan dimulai ketika akhlak terpuji telah meliputi
dunia politik, sistem perekonomian, pendidikan, sosial budaya dan sebagainya.
Oleh sebab itu, tidak dapat dipungkiri lagi bahwa revolusi akhlak adalah jalan
menuju kebangkitan dan kejayaan.
Institusi pendidikan, organisasi, para
akademisi, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, santri, mahasiswa, politisi dan
segenap elemen bangsa lainnya mesti terlibat secara massif dalam gerakan dan
revolusi akhlak. Sungguh, alangkah
indahnya jika perjalanan hidup ini menjadi perjalanan ke syurga, dan saat
itulah hasanah fiddunya dan akhirat bisa tercapai. Hal itu tidak akan terjadi
tanpa mengintegrasikan akhlak dalam semua aspek kehidupan. Wallahu a’lam
bishshawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar