Tampilkan postingan dengan label Pemikiran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pemikiran. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Juli 2024

Tausyiah pada Peresmian STAI Baru Tapak Tuan, Tu Sop Jeunieb : Tidak Ada Pemisahan Antara Agama dan Kehidupan Dunia


Tu Sop Jeunieb bersama Pj Bupati Aceh Selatan yang diwakili Asisten I Sedtakab Suhatril, SH, M.Si, Ketua Yayasan STAI Sufyan Ilyas, S. Th. MH, Dr. Maidar Darwis, M.Ag, Ketua MPU Aceh Selatan Tgk. H. T. Armiya Ahmad, Ketua MAS, Sekretaris Kopertais, Tgk. Husen Yusuf, mantan Bupati Aceh Tgk. Amran dan unsur Forkopimda lainnya Di Acara Peresmian Gedung Baru Dan Peringatan Tahun Baru Islam.


Aceh Selatan -  Ketua Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb didaulat sebagai penceramah pada Peresmian Gedung Baru Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tapaktuan yang dilaksanakan berbarengan dengan Peringatan tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H.


Kegiatan ini digelar di Kampus STAI Tapak Tuan yang berlokasi di Gampong Baro, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan, Selasa, 9/07/2024.


Acara yang bertajuk "STAI Baru Pendidikan Maju" ini dihadiri oleh Pj Bupati Aceh Selatan yang diwakili Asisten I Sedtakab Suhatril, SH, M.Si, Ketua yayasan STAI Sufyan Ilyas, S. Th. MH,  Dr. Maidar Darwis, M.Ag, Ketua MPU Aceh Selatan Tgk. H. T. Armiya Ahmad, Ketua MAS, Sekretaris Kopertais, Tgk. Husen Yusuf, mantan Bupati Aceh Tgk. Amran dan unsur Forkopimda lainnya. Selain itu, juga dihadiri oleh para mahasiswa, masyarakat dan lebih dari seratusan tamu undangan lainnya. 



Tu Sop Jeunieb dalam tausiyahnya mengatakan bahwa Rasulullah Saw diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah untuk periode lain Dimana hal ini menghasilkan sejumlah hal yang tidak dapat didapati di Mekkah. Kota Madinah, kata Tu Sop merupakan cikal bakal berkumpulnya tiga hal utama pada pribadi Rasulullah SAW yang seyogiyanya mengemban gelar Muhammad Afdhalul Rasul.



“Tiga hal itu tidak terjadi pada nabi nabi yang lain. Pertama nubuwwah sebagai sumber pengetahuan. Kedua, Mulku sebagai kerajaan dan yang ketiga yaitu Sultanah sebagai _Save Government_ , pemegang kekuasaan tertinggi yang diperkuat dengan tentara membentengi diri dari serangan", jelas Tu Sop Jeunieb.



Sosok Ketua PB HUDA yang juga Dewan Pembina Kaukus Wartawan Peduli Syari'at Islam (KWPSI) ini juga mengatakan bahwa  Rasulullah Saw mempunyai nilai kenabian pada dirinya dan pada saat yang sama, Rasulullah juga sebagai raja yang titahnya ditunggu dan diikuti.



"Rasulullah juga seorang Sultan yang punya power, tentara dan kekuatan pertahanan, maka disitulah dasar dan awal dari peradaban Islam," urai Tu Sop. 



Madinah ini adalah sebuah peradaban, sebuah komunitas besar yang dimulai dengan perjuangan Rasulullah Saw di Mekkah. Tu Sop dalam tausyiahnya menyebut bahwa Islam di di Madinah ini menjadi kuat karena didukung oleh apa yang disebut dengan para _Rijal Haula Rasul_ , yakni tokoh-tokoh di sekeliling Rasul yang senantiasa membersamai perjuangan Rasulullah Saw dalam semua kondisi dan totalitas berjuang untuk Islam bersama Rasulullah Saw. 


Tu Sop menjelaskan bahwa, para tokoh di sekeliling Rasulullah Saw itu misalnya ada Umar bin Khatab dengan keberaniannya, ada Abdurrahman bin ‘Auf dengan ketokahannya. Ada yang ahli pengetahuan, ahli usaha dan banyak sahabat lainnya yang totalitas membantu perjuangan Rasulullah Saw. Mereka yang punya harta, mereka fungsikan hartanya untuk Islam, yang punya tenaga mereka gunakan tenaganya untuk Islam.


“Maka, hal paling inti adalah bahwa hijrah Rasulullah ke Madinah untuk membangun sebuah komunitas bangsa yang mana mereka komit menjadikan agama sebagai jalan kehidupan mereka dan membuat dunia ini bersih dan teratur. Imam Al Ghazali, kata Tu Sop, pernah mengatakan bahwa dunia yang terurus dengan baik, aspek-aspek kehidupan yang terurus dengan rapi dan tertib adalah fardhu kifayah yang jika hal ini tidak selesai maka semua akan berdosa,”kata Tu Sop menjelaskan. 


Oleh sebab itu, tambah Tu Sop, maka ketika kita berfikir bahwa umat Islam harus sehat, maka harus ada dokter-dokter. Begitu juga ekonomi harus kuat karena itu modal untuk ibadah. Kalau kita kekurangan para ahli yang paham ekonomi dan kedokteran, maka umat Islam akan berdosa. Apapun permasalahan maka Islam harus hadir memberi solusi, maka hal itu adalah bagian dari fardhu kifayah yang harus kita selesaikan. 


“Maka itu Islam lah umat Islam akan maju. Tidak ada pemisahana antara agama dengan kehidupan dunia,” ujar Tu Sop. Umat Islam akan unggul disaat mereka mengamalkan agamanya. Kalau sekarang ada pemikiran bahwa “kita akan maju dengan meninggalkan agama”, maka itu betul untuk kasus negara-negara Eropa yang  memperoleh kemajuan setelah mereka meningalkan agama mereka.


Sementara itu, dalam sejarah Islam, imperium atau Kerajaan-kerajaan Islam dalam sejarahnya justru mereka mendapati kehancurannya setelah mereka meninggalkan Islam dan berjaya ketika mereka bersama Islam, menjadikan Islam sebagai bagian dari kehidupan mereka yang tidak terpisahkan antara Islam dan kehidupan dunia, “ ujar Tu Sop menerangkan.


Maka itu, sambung Tu Sop lagi, ada  ada ungkapan dari Umar bin Khatab yang sangat terkenal, yaitu “Kita adalah umat yang dimuliakan oleh Allah Swt dengan Islam. Maka jangan sekali-kali meninggalkan Islam”.



Sebelumnya, ketua Pelaksana kegiatan, Tgk. Ilham Mirsal, MA dalam sambutannya mengatakan bahwa peresmian Geudung Baru STAI Tapak Tuan ini sengaja dilaksanakan berbarengan dengan perayaan tahun Baru Islam oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan.


Tgk Ilham Mirsal menyebutkan bahwa bahwa pasca peresmian ini, kampus STAI yang tadinya berlokasi di Tapak Tuan akan resmi pindah ke Pasie Raja.


"Alhamdulillah sekarang resmi pindah ke gedung Baru di Pasie Raja, dan mulai tahun ajaran ini, aktifitas pembelajaran sudah mulai aktif di kampus baru", kata Tgk. Ilham Mirsal.

Senin, 18 September 2023

Jelang Pileg 2024, MPP PAS Aceh Konsolidasi Bacaleg DPRK Dan DPRA MPW PAS Bireuen



Laporan : Al Fadhal

Bireuen | Ketua Tanfidziah MPP Partai Adil Sejahtera (PAS) Aceh Tgk H Bulqaini Tanjongan bersama Ketua Mutasyar MPP PAS Aceh Abi Hidayat Waly melakukan konsolidasi dan Sosialisasi sejumlah pengurus, bacaleg DPRK, DPRA dan Simpatisan serta relawan MPW PAS Bireuen dalam rangka menghadapi Pileg 2024 mendatang pada Minggu, (18/09/2023) malam.


Acara digelar dipelataran komplek Dayah Dhiaul Haq Al Aziziyyah Leung Teugoh Jeunieb dihadiri Tgk Nurdin Judon yang sapaan akrabnya Abi Nas Jeunieb Anggota Dewan Mutasyar MPP PAS Aceh, Ketua MPW PAS Bireuen Tgk Mustafa Amin, pengurus inti MPW, MPC, Para Bacaleg DPRK, DPRA, simpatisan dan para relawan lainnya.  





Ketua Tanfidz PAS Aceh Tu Bulqaini menyebut, kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat sistem internal antara bacaleg pengurus dan simpatisan PAS Aceh. Selain itu hadirnya PAS dalam kontestasi politik akan memberikan warna baru dan sistem yang berbeda dengan partai lainnya. 






"Maka perlu kita sosialisasikan pemahaman ini kepada kader, ini yang sampaikan nanti Abi Hidayat, intinya bagaimanana ketentuan PAS Aceh mengelola prinsipil dana pokir misalnya, kewajiban finansial Dewan terpilih dengan partai, Caleg gagal kita tangani bagaimana dan kewajiban partai dalam menjaga Konstituen bagaiman mekanismenya, yang pastinya PAS Aceh akan berbeda dengan yang dilakukan partai lainya saat ini", tegas Tu Bulqaini. (Al Fadhal)


Rabu, 29 Maret 2023

Kajian Spesial Ramadhan Bersama Tu Sop, Ini Materi Kajiannya.



Oleh : Al Fadhal

Bireuen | Kajian Spesial Ramadhan 1444 H bersama Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H Muhamammad Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop ba'da shalat tarawih terbuka untuk umum digelar di Mushalla Dayah Babussalam Al Aziziah Jeunieb. Acara ini diikuti setiap malamnya oleh seribuan santri dan masyarakat setempat dengan materi kajian Kitab Al Adzkar karangan Imam Nawawi.


Apa Yang Menarik Dari Kajian Tersebut?


Isi kandungan Kitab Al Adzkar An Nawawiyah dibagi dalam bab-bab tertentu. Diantaranya mukadimah, keutamaan dan kedudukan zikir, serta adab zikir dan doa. Selain itu tentang doa sehari-hari, adab-adab terhadap Alquran, pujian-pujian pada Allah SWT dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW. Kemudian hal-hal khusus dan ditutup tentang adab berdoa dan istighfar


Syekh Yahya bin Syarabin Hasan bin Husain An-Nawawi Ad-Dimasyqiy, Abu Zakaria atau yang lebih populer dikenal sebagai Imam an Nawawi adalah seorang ulama besar yang dilahirkan pada Muharam 631 Hijriah di Nawa, Damaskus, Suriah. Imam Nawawi mendapat pendidikan dari ayahnya yang terkenal akan ketakwaan dan kesalehannya.


Salah satu karyanya, Kitab Al Adzkar An Nawawiyah memuat berbagai doa dan zikir dari nabi Muhammad SAW. Secara garis besar, Al Adzkar An Nawawiyah menerangkan hadits dan petuah para ulama mengenai zikir, doa, adab dan ibadah yang mengarahkan pembaca untuk mendekatkan diri pada Allah SWT.




Sabtu, 15 Januari 2022

Pelantikan KNPI Bireuen, Tu Sop : KNPI Jangan Kalah Cepat Sehingga Cepat Kalah Dalam Persaingan

 

Pelantikan Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bireuen Periode 2021-2024,

Laporan : Al Fadhal

Sejumlah Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bireuen dilantik Periode 2021-2024, pelantikan tersebut ditandai dengan penyerahan Bendera KNPI dari Ketua KNPI Aceh kepada Ketua KNPI Bireuen pada Sabtu, (15/01/2022) di Halaman Pendopo Bupati setempat.


Adapun yang dilantik hari ini  Muammar Kadafi S.Pd.I  sebagai Ketua. Sudirman Ismail S.kom. Bendahara, Hendri Suheri SE. Sekretaris Dan seluruh pengurus KNPI lainnya.

Turut hadir Bupati Bireuen Dr H Muzakkar A Gani, SH, M.Si, Forkopimda, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRK serta Tamu dan undangan lainnya.



Dalam kesempatan itu Ketua Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB-HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop dalam tausiahnya menyebut, baik buruknya Bireuen kedepan sangat tergantung dari peran Pemuda, untuk itu para pemuda harus memiliki tiga kecerdasan wajib di implementasikan dalam semua pergerakan,yaitu Kecerdasan Spritual, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan emosional. Dari ketiga kecerdasan tersebut, kecerdasan Spiritual adalah yang paling utama.


"Persoalan yang serius  harus dihadapi dengan serius pula, kita boleh enjoy, tapi jangan 24 jam enjoy. Maka saya datang hari ini karena serius menaruh harapan ini, sesungguhnya masa depan Biruen ada pada anak-anak muda, inilah yang kita harapkan," sebut Tu Sop yang juga Dewan Penasehat Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI).



Menurutnya bagaimana kita melakukan sebuah pergerakan tidak hanya sebuah wacana/Muharrik (Pergerakan), KNPI objektif di dalam melakukan pergerakan-pergerakan yang dapat memberi solusi karena, kalah cepat di dalam sebuah pererakan akan cepat kalah di Dalam persaingan, jelas Tu Sop.


Oleh sebab itu kita harus sadar saat ini kita di era Milenial dengan persaingan global, kita berada di era penjajahan gaya baru kalau kita tidak memperkuat perencanaan ke depan maka harus menerima resiko menjadi bangsa yang direncanakan orang berbahaya bagi anak-anak kita, berbahaya untuk Aceh jangka panjang dan Indonesia nantinya,  itulah harapan kita, terjemahkan itu secara benar dari segi aspek kehidupan, pemikiran dalam sikap dan perilaku kita, pinta Tu Sop.(*)

Minggu, 10 Januari 2021

Imam Besar BMU Serahkan Buku Paradigma Islam Wasathiyah Kepada Menteri Tenaga Kerja

Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tu Sop Menyerahkan Buku Paradigma Islam Wasathiyah Kepada Menteri Tenaga Kerja RI Ida Fauziah

Banda Aceh | Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia (Menaker RI) Dra. Hj. Ida Fauziyah, M.Si menerima hadiah buku "Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb" . Penyerahan buku ini diserahkan langsung oleh Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop Jeunieb) Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) di Kantor Pengurus Wilayah Nahdhalatul Ulama (PWNU) Gampong Lamcot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar pada Minggu pagi, 10 Januari 2021.

Proses penyerahan buku dilakukan seusai pertemuan internal PWNU Provinsi Aceh dengan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia ini ikut dihadiri sejumlah tokoh dayah di Aceh seperti Tgk. H. Faisal Ali yang juga Wakil Ketua MPU Aceh serta sejumlah politisi lainnya. 


Buku "Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb" hasil riset pemikiran tokoh oleh Dr. Teuku Zulkhairi ini membahas urgensi Paradigma Islam yang Wasathiyah dalam menjawab berbagai tantangan zaman yang dihadapi oleh umat Islam. Wasathiyah adalah sikap pertengahan dalam merespon dua persoalan yang saling kontradiksi. Rasululllah Saw bersabda, bahwa sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan (Wasathiyah). 

Dalam buku ini, diceritakan pemikiran, pandangan dan kiprah Tu Sop dalam membumikan paradigma Islam Wasathiyah dalam berbagai persoalan di tengah-tengah masyarakat, baik dalam urusan akidah, ibadah hingga politik. Buku ini juga mengupas bagaimana Tu Sop Jeunieb menyeru masyarakat untuk senantiasa menjaga damai Aceh. Menghindari buruk sangka dan senantiasa mengedepankan kepentingan ummat untuk kejayaan Islam. (Zul)

Kamis, 20 Agustus 2020

Buku Pemikiran “Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb” Resmi Beredar

 

 




 

Banda Aceh – Meskipun belum dibedah, namun buku “Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb” yang ditulis oleh Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Dr. Teuku Zulkhairi resmi beredar. Sejumlah pegiat media sosial nampak memposting fotonya memegang buku tersebut.

 

Muhammad Sufri, Direktur penerbit “Rumoh Cetak” yang menerbitkan buku ini dengan biaya mandiri mengatakan untuk tahap pertama buku ini hanya dicetak sebanyak 500 eksemplar. Namun jika masyarakat menyambutnya dengan positif, maka nanti akan dicetak lagi pada cetakan kedua.

 

“Dalam beberapa hari setelah diposting di media sosial, buku ini telah dipesan mulai dari Aceh, Ambon hingga Malaysia. Serta telah laku seratusan eksemplar, “ ujar Muhammad Sufri, Kamis, 20 Agustus 2020.

 

Buku ini diberikan pengantar oleh sejumlah tokoh Aceh seperti Tgk. H. Faisal Ali (wakil ketua MPU Aceh), Muhammad Nasir Djamil (Ketua Forbes DPR-DPD RI), T. A. Khalid (anggota DPR RI) dan Usamah el Madny (Kadis Dayah Aceh).

 

Selain itu, juga terdapat endorsmen dari sejumlah tokoh Aceh lainnya seperti Prof. Dr. Farid Wajdi Ibrahim, MA (Ketua Majelis Adat Aceh), Zainal Arifin M. Nur (Pimpinan Redaksi Harian Serambi Indonesia), M. Fadhil Rahmi (Senator asal Aceh di DPD RI), Saifullah, MA (Ketua Ikatan Pemuda Aceh Utara) dan sebagainya.

 

Penulis buku ini, Teuku Zulkhairi dalam sinopsis buku ini mengatakan, inisiatif menulis buku ini karena pemahaman penulis atas teori paradigma Islam yang Wasathiyah yang penulis baca-baca dari sejumlah karangan ulama, yang kemudian ketika dikomparasikan dengan pemikiran Tu Sop yang penulis dengar selama ini.

 

“Akhirnya ditemukan bahwa teori-teori tentang Islam Wasathiyah sepenuhnya diamalkan oleh Tu Sop sebagai sosok ulama. Tentu ini hal yang menakjubkan. Tu Sop mempraktekkan paradigma Islam Wasathiyah dalam kata dan tindakan beliau, “ ujarnya di prakata pengantar buku.

 

Bagi yang berminat membaca buku ini dapat memesan via No HP/WA 082246487005. Sementara untuk lokasi Bireuen dan sekitarnya dapat memesan melalui Tgk Bahri no hp 0852-7706-7010.

Selain itu, informasi lengkap tentang respon tokoh Aceh terhadap buku ini juga dapat dibaca di situs www.goaceh.net. [Al Fadhal]








Senin, 26 November 2018

[Wawancara dengan Media] Tu Sop: HUDA Tak Persoalkan Afiliasi Politik Ulama

Tgk HM Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dalam musyarawah besar (mubes) ke-3 organisasi itu, Minggu (25/11). Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, ini akan menahkodai HUDA selama lima tahun ke depan, menggantikan Tgk Hasanoel Basri HG atau Abu Mudi yang sudah berakhir masa jabatannya.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Pada Senin (26/11) Serambi secara khusus mewawancarai Tu Sop di Kantor Sekretariat Pengurus Besar (PB) HUDA Aceh di Banda Aceh. Tu Sop tak menampik bahwa saat ini ada sejumlah santri dayah, teungku-teungku, pentolan dayah, hingga ulama dayah mulai terlibat dalam politik praktis. Mereka secara terang-terangan menampakkan afiliasi politik, mendukung calon wakil rakyat hingga calon presiden dan wakil presiden dalam kontestasi politik 2019 nanti.

Lalu, apa tanggapan Tu Sop selaku representatif ulama dayah di Aceh terkait hal t itu. Berikut cuplikan wawancara eksklusif Tu Sop dengan Subur Dani, jurnalis Harian Serambi Indonesia.




http://aceh.tribunnews.com/2018/11/27/tu-sop-huda-tak-persoalkan-afiliasi-politik-ulama.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-5514929069409937",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Jumat, 20 Oktober 2017

Tu Sop Ingatkan Semua Elemen Masyarakat Aceh Agar Manfaatkan Kekuasaan untuk Islam




Bireuen – Ulama muda Aceh, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb meminta seluruh elemen masyarakat, termasuk  para penguasa di Aceh agar menjadikan kekuasaan di level apapun yang dimiliki oleh siapapun dan kelompok mana pun sebagai sarana pengabdian untuk Islam. Baik kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki oleh para pengusaha, para politisi, para akademisi, dan setiap tokoh atau pribadi lainnya. 

 “Para penguasa di level apapun hendaknya menjadikan kekuasaan untuk memperkuat Islam, dan jadikan Islam untuk fondasi kekuasaan. Kekuatan Islam harus menjadi kekuatan bangsa, dan kekuatan bangsa menjadi kekuatan Islam, “ ujar Tu Sop yang merupakan pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kab. Bireuen ini, Sabtu, (21/10).

Sebab, kata Tu Sop, semuanya punya tanggung jawab masing-masing yang akan dipertanyakan kelak nanti di akhirat. Islam adalah segalanya bagi umat Islam, bagi dunia dan akhirat mereka. Masa kejayaan Aceh, kata Tu Sop, ditandai dengan dominasi Islam dalam kekuasaan lewat pengaruh dan keberhasilan dakwah para ulama.

“Saat kekuasan hadir menjadi kekuatan Islam, maka hasil dan pencapaiannya akan lebih besar ketimbang hasil yang diraih dengan hanya mengandalkan ilmu dan pendidikan, “ kata Tu Sop.


Sebagai contoh, kata Tu Sop, secara keilmuan, perintah menutup aurat tidak pernah berhenti dilakukan. Akan tetapi, hasilnya tetap terbatas. Namun, setelah atau jika kekuasan hadir untuk menggerakan perintah tutup aurat, maka semakin banyak yang menutup aurat jika dibanding masa lalu, seperti yang bisa kita saksikan selama ini. Artinya, tambah Tusop, fenomena ini merupakan keberhasilan dan pengaruh kekuasaan.

Maka, terlindung dan tidaknya agama ini sangat tergantung sampai dimana komitmen kekuasaan untuk melindunginya. Saat kekuasaan melepaskan diri dari agama, niscaya agama akan menjadi telanjang tanpa perlindungan, dan kekuasaan akan rusak tanpa bisa diselamatkan oleh agama. 

Oleh sebab itulah, kata Tu Sop, sebuah kekuasaan harus bermanfaat untuk agama, dan  agama menjadi penguat bagi kekuasaan yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Dan masing-masing umat Islam harus bergerak dengan posisi masing-masing tanpa saling menyalahkan karena ini merupakan tanggung jawab semua pihak. 

 “Dua-duanya harus saling memperkuat. Sebab, agenda kolonialisasi dan kapitalisme yang menghancurkan umat Islam sering kali terjadi dan dimulai dengan pemisahan agama dengan kehidupan. Efeknya, saat agama dipisahkan dari kekuasaan maka kekuasaan akan dikuasai oleh kekuatan lain yang anti agama,“ tambah Tu Sop.

Kalau dipisahkan, kata Tu Sop, maka akan melahirkan orang-orang yang tidak beragama menjadi penguasa dan politisi. Sebagai contoh, kata Tu Sop, saat agama dipisahkan dari ekonomi, maka ekonomi akan menjadi kekuatan yang berada di tangan orang lain yang akan menghancurkan perekonomian umat Islam. Begitu juga dalam hal politik, kalau para politisi tidak mengabdi untuk Islam, maka kekuasaan akan berubah menjadi penghancur bagi eksistensi Islam.

“Itulah mengapa dulu bangsa kolonialis mengampanyekan sekulerisme di tengah-tengah muslim. Sebab, mereka paham bahwa dengan memisahkan politik dengan agama maka mereka akan berhasil memisahkan para politisi atau penguasa dari agamanya sehingga terjadilah berbagai kehancuran, “ ujar Tu Sop.

Oleh sebab itu, untuk level Aceh, kata Tu Sop, para penguasa, politisinya maupun elemen masyarakat lainnya hendaklah mengabdi untuk Islam. 

‘Buatlah kebijakan-kebijakan yang menguntungkan Islam. Jadilah teladan dalam pengamalan Islam supaya ummat ini selamat dunia dan akhirat, “ pungkas Tu Sop. [zul]

Refleksi Hari Santri, Tu Sop Jeunieb Minta Santri Jangan Diamkan Kebenaran

Tu Sop mengisi pengajian di geuleumpang Tiga, Pidie, 20 Oktober 2017
 
Bireieun  Sehubungan dengan peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober, ulama muda Aceh, Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb mengajak para santri untuk terus menyampaikan kebenaran. Sebab, kata Tu Sop,  secara umum, kelemahan terbesar para pelaku kebenaran dewasa ini adalah kekalahan mereka dalam menguasai opini publik.
 
“Hari ini di dunia global terjadi phobia Islam di berbagai negara. Ini terjadi karena lemahnya arus dakwah yang dilakukan oleh umat Islam. Jauh lebih lemah dari “dakwah” mereka yang phobia terhadap Islam. Di sinilah diperlukannya peran santri untuk terus menyuarakan kebenaran dalam setiap ruang sehingga kebenaran menjadi opini publik, “ ujar  pimpinan Dayah Babussalam Jeunieb Bireuen ini.

Tu Sop menjelaskan, saat Nabi Muhammad Saw meminta ummat untuk ‘sampaikan kebenaran walau hanya satu ayat’, maka lihatlah di masa itu bagaimana para sahabat setelah mendengar satu nasihat dari Rasulullah Saw, semuanya bergerak menyampaikan.  Maka kemudian kebenaran menjadi opini publik karena sebuah kebenaran dari Rasulullah Saw disampaikan secara massif oleh semua sahabat.

“Maka begitu juga hari ini, kalau para santri terus menyuarakan kebenaran, maka kebenaran juga akan menjadi publik. Begitu sebaliknya, kebenaran akan dianggap kebatilan jika para santri mendiamkannya, “ ujar Tu Sop.

Tu Sop menambahkan, setiap aliran atau pemikiran yang tersampaikan secara merata akan menenggelamkan aliran yang lebih lemah jangkauannya. Jika pemikiran yang tersebar meluas itu adalah batil, maka akan terjadi pembenaran publik karena kemampuannya memperdengarkan dan menyampaikan ke kalangan yang lebih luas dan merata.

Tu Sop juga menerangkan, kebenaran yang tidak tersampaikan secara merata akan tenggelam dan hancur oleh kebatilan yang tersampaikan secara meluas dalam semua lapisan dan kawasan.

“Nilai-nilai kebenaran yang ada pada santri yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah Saw dan sahabat, dia akan terdegradasi oleh aliran-aliran atau pemikiran yang menyimpang dimana dalam penyampaiannya lebih cepat dan lebih luas jangkauannya dan lebih sistematis. Akibatnya, kebenaran yang diwariskan dalam dunia santri akan menjadi tenggelam bukan karena dia tidak benar dan tidak baik sehingga dituduh eklusif, tetapi oleh sebab lemah di dalam strategi dakwah dan pembentukan opini publik, “ kata Tu Sop.

Intinya, kata Tu Sop, kalau pelaku kebenaran diam, maka yang terjadi adalah kebenaran itu akan dikesankan sebagai kebatilan. Tu Sop juga menerangkan, ada dua hal yang perlu diperhatikan secara seimbang dalam mempertahankan nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah. Pertama, kajian tentang bagaimana mempertahankan kebenaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Saw, jangan dimasuki oleh bid’ah dan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Alquran dan Sunnah. Kedua, bagaimana strategi Rasulullah Saw dan para sahabat dalam mendakwahkan kebenaran tersebut.
 
Namun demikian, kata Tu Sop, penyampaikan kebenaran oleh para santri juga harus memenuhi aspek hikmah, mau’idhah hasanah, dan mujadalah dengan cara yang ahsan (terbaik), proporsional (sesuai dengan kebutuhan publik) dan professional.

“Artinya, sampaikan argumentasi Islam dengan cara-cara yang terbaik sehingga kebenaran bisa diterima dan menjadi opini publik, “ pungkas Tu Sop.[zul]

Sabtu, 12 Agustus 2017

Orasi di Masjid Raya Baiturrahman, Tusop Ajak Masyarakat Aceh Bantu Palestina

Banda Aceh – Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita bersama – sama ikut berjuang sesuai kemampuan masing – masing dalam mendukung saudara kita yang sedang mengalami penindasan di bumi Palestina. Untuk itu sudah sepatutnya muslim di Indonesia khususnya Aceh untuk mendukung perjuangan saudara seiman kita serta mengecam penjajah zionis Israel.

Hal tersebut disampaikan ulama muda Aceh Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tusop) saat menyampaikan orasi pada Tabligh Akbar Aceh untuk Peduli Palestina, Minggu (7/8/2017) di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Tu Sop mengatakan bahwa umat Islam harus bersatu padu, jangan menjadikan predikat muslim yang ada pada diri orang Islam menjadi beban, karena muslim itu bersaudara, luka mereka juga luka muslim lainnya.

“Saya mengibaratkan orang yang terbebani itu seperti orang yang di berikan sepeda motor namun tidak tahu fungsi dan kegunaan kenderaan tersebut. Padahal kalau kita tahu maka kita tinggal hidupkan lalu berangkat, tapi bagi yang tidak tahu kegunaannya pasti berfikir barang ini saya tarik atau saya panggul di bahu,” ujarnya.

Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kabupaten Bireuen ini juga mengingatkan bahwa tragedi yang terjadi di Palestina bukan hanya keprihatinan muslim saja, namun dari sisi kemanusiaan sangat penting untuk diberikan bantuan.

“Sebagai manusia saja sudah kewajiban untuk membantu mereka. Apalagi sebagai pribadi muslim,” ujar Tu Sop dalam orasinya.

Acara tablig Aceh untuk Palestina yang digelar di Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Banda Aceh, Minggu (6/8/2017) ini dibuka oleh dibuka Wakil Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT karena Gubernur Aceh, drh Irwandi Yusuf MSc sedang berada di Moskow dalam rangka kunjungan kerja. 

Selain diikuti ribuan masyarakat dari berbagai elemen acara tablig Akbar ini juga dihadiri sejumlah Tokoh dan ulama Aceh diantaranya Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA, Wakil Ketua Majlis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Faisal Ali, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman, Walikota Banda Aceh Aminullah Usman, Rafly Kande,dan istri Gubernur Aceh Ibu Darwati A Gani. Selanjutnya turut hadir sejumlah kepala SKPA, anggota DPRA, serta sejumlah tokoh penting lainnya.

Walau sempat turun hujan rintik namun acara yang dimulai usai sholat Subuh tersebut diikuti dengan penuh antusiasme dari para jamaah dan peserta tablig. Dari amatan aceHTrend sejumlah santri dan santriwati dari berbagai dayah di Aceh berbaur dengan masyarakat yang berpakaian dominan putih dan memakai ikat kepala serta membawa bendera Palestina.[]

Sumber: Aceh Trend


Diam Saat Umat Islam Dibantai, Ulama Aceh: Tanyakan Iman ke Diri Masing-masing






Ulama Aceh M Tgk H. M. Yusuf  A Wahab mengaku tak dapat menyembunyikan rasa haru. Hatinya sangat tersentuh menyaksikan kehadiran masyarakat dalam aksi solidaritas Dari Aceh untuk Palestina di Masjid Raya Baiturrahman, Ahad, 6 Agustus 2017.

“Anda bangun di saat orang lain tidur. Anda bergerak di saat orang lain diam. Semoga Allah membalasnya,” kata Tgk H. M. Yusuf .

Menurut Tgk H. M. Yusuf , seorang yang beriman tidak akan mengingkari keberadaan saudaranya, muslim yang lain. Sebagai manusia yang dilahirkan jauh dari Nabi Muhammad saw, banyak tantangan yang harus dihadapi.

“Kita hidup di zaman generasi muslim yg tidak sepakat dengan Islam. Bahkan, sebagian menjadi bagian dari musuh Islam dan menghancurkan Islam,” kata Tgk H. M. Yusuf . Di masa kehidupan Muhammad saw, umat Islam bersatu tanpa sekat kesukuan.

Dan kini, musuh menghancurkan Islam melalui pola pikir kita. Mereka merusak muslim dengan membesar-besarkan perbedaan. Peristiwa yang terjadi di Palestina, kata Tgk H. M. Yusuf , harusnya menjadi iktibar; pembelajaran yang sangat berharga.

Tgk H. M. Yusuf  juga mengingatkan bahwa di masa penjajahan Belanda, musuh yang ditakuti adalah muslim di Sumatera. Sama seperti Spanyol saat berhadapan dengan muslim di Moro, Filipina.

Palestina, kata Tgk H. M. Yusuf , tengah dizalimi. Masjidnya dirampas. Pertanyaan yang harusnya ditanyakan ke diri masing-masing adalah, “apakah kita hanya diam? Ke mana kecintaan kita kepada sesama umat Islam? Ke mana iman kita? Ke mana Islam kita? Apakah kita melahirkan anak untuk dijajah?”

Muslim yang diam menyaksikan kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina pantas mempertanyakan kepada dirinya sendiri kadar keimanannya. Mereka yang diam, kata Tgk H. M. Yusuf , memadamkan semangat Islam
 
“Jangankan sebagai muslim, sebagai manusia saja kalau kita lihat di Palestina anak-anak ditembak dan dibunuh kita harus bangkit.”

Tgk H. M. Yusuf  juga meminta masyarakat Islam memiliki rencana sendiri. Dia juga mengingatkan agar muslim tidak dicap sebagai momok.

“Mari didik anak-anak kita menjadi pejuang Islam. Kita harus kembali mengikuti kecerdasan pendahulu kita, menjadi bangsa berpengaruh dan mewarnai dunia. Bukan sebaliknya,” kata Tgk H. M. Yusuf .

Membela orang terzalimi itu bagian orang Islam. Hal itu tak cukup hanya berzikir di masjid. Tgk H. M. Yusuf  mengingatkan umat Islam untuk memperkuatkan Islam dan ekonomi Islam. “Kita harus mempersiapkan diri, jangan sampai kita menjadi mangsa bagi negara lain,”

Tausiyah ulama Aceh ini ditutup dengan pembacaan Syair Palestine oleh budayawan asal Aceh, Rafly Kande.

 Sumber: KBA One

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.