[Testimoni Publik] Memahami Panggilan "TU" Dalam Tradisi Aceh

Tgk H Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrban disapa Tu Sop oleh masyarakat. Dan dipanggil Ayah oleh para santri

Oleh: Tgk. Muhammad Iqbal Jalil

Kita sering mendengar sebagian Ulama di Aceh yang dipanggil dengan sebutan "Tu". Sebut saja nama salah seorang Ulama besar Aceh, Abu Tu Min Blang Blahdeh yang dipanggil Tu memiliki nama asli Tgk. H. Muhammad Amin Mahmud. 

Begitu juga dengan Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab, pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieub dipanggil Tu Sop. Sekjen HUDA sekarang dipanggil Tu Bulqaini. Panggilan ini mengundang tanda tanya bagi sebagian masyarakat yang belum memahami apa apa sebenarnya di balik panggilan Tu tersebut.

Panggilan Tu sebenarnya sama dengan panggilan Gus di Pulau Jawa. Panggilan ini dinisbahkan kepada anak Ulama sebagai bentuk penghormatan kepada mereka. Abu Tu Min, ayahnya adalah seorang Ulama. Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab, ayahnya Abu Wahab Hasballah juga seorang Ulama. 

Begitu juga dengan Tu Bulqaini yang merupakan cucu dari Tgk. H. Hanafiah bin Abbas atau biasa dipanggil Teungku Abi, pimpinan Dayah MUDI Mesra Samalanga sebelum Abon Aziz juga seorang Ulama. Hal serupa juga menjadi dasar panggilan Tu yang dinisbahkan kepada keturunan Ulama yang lainnya.

Salah satu bagian dari memuliakan Ulama adalah memuliakan keluarga Ulama. Alkisah, diceritakan dalam kitab Ta'lim Muta'allim bahwa ada seorang Ulama di masa lampau sampai berdiri berkali-kali ketika belajar karena di bawah balai belajarnya sering lalu lalang anak daripada gurunya. Ini menunjukkan betapa para Ulama dahulu memuliakan keluarga dari ahli ilmu hingga mereka menemukan keberkahan dalam hidupnya.

Maka di sini panggilan Tu dimaksudkan agar kita ketika mendengar orang dipanggil dengan panggilan Tu, kita dapat menaruh hormat kepada mereka, karena menghormati mereka adalah bahagian dari menghormati Ulama. Apalagi andaikan mereka sendiri juga sudah menjadi Ulama, maka penghormatan kita kepada mereka tentu harus lebih tinggi lagi.

Akan tetapi di zaman sekarang banyak di antara kita yang kurang memahami tradisi yang sudah diwarisi oleh leluhur kita. Kita kadang-kadang tidak lagi tau siapa yang seharusnya dihormati dan dihargai. Bahkan ada sebagian orang yang berani memandang rendah kepada para Ulama, belum lagi kepada anak dan keluarga mereka. 

Lebih miris lagi ketika sampai pada mengadu domba di antara mereka hanya karena untuk memuluskan kepentingannya. Sungguh ini adalah kebobrokan moral yang sedang dipertontonkan oleh sebagian orang yang barangkali masih kurang memahami yang perlu dibimbing dan dinasehati.

Mudah-mudahan kita tidak melupakan sejarah. Mari kita lestarikan panggilan Tu yang diwarisi oleh leluhur kita agar kita mengenal keturunan dari para Ulama. Dan kemudian kita menghormati mereka sebagai bagian dari menghormati Ulama.

Oleh: Tgk. Muhammad Iqbal Jalil adalah Guru di Dayah Jamiah Al-Aziziyah Batee Iliek, 12 Mei 2014

Sumber: http://www.spiritmuda.net/2016/05/memahami-panggilan-dalam-tradisi-aceh.html

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.