[Salam Redaksi] Tu Sop Berikan Keteladanan Politik

          ARUS KEBAIKAN - Tidak salah ketika masyarakat selama ini melihat politik sebagai sesuatu yang kotor. Sebab, itulah realitasnya. Dan seperti itulah masyarakat diajarkan secara langsung maupun tidak langsung oleh perilaku para pelaku politik. Budaya rusak ini terus menerus dipraktekkan sebagian pelaku politik. Hina menghina, caci mencaci, hujat menghujat, money politik (politik uang-sogok menyogok) seakan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa-biasa saja. Kita lupa bahwa ada kehidupan abadi setelah kematian, itulah kehidupan akhirat sebagai sesuatu yang pasti.
 
         Akibatnya, politik telah menjadi arena “bebas nilai” yang mana ini sesungguhnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw diangkat sebagai Rasul, visi terbesar beliau adalah memperbaiki akhlak. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah Swt adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak manusia”. Itu artinya, Islam tidak menghendaki politik yang bebas nilai. Islam menghendaki nilai-nilai Islam diimplementasikan dalam setiap dimensi kehidupan.

          Sesuai dengan prinsipnya, Islam menghendaki terjadinya perubahan dalam semua dimensi kehidupan karena memang  Islam adalah agama peradaban. Bagi kita umat Islam, meskipun dunia diciptakan untuk kita, akan tetapi kita diciptakan untuk akhirat. Maka lahirnya perilaku Islami dalam dalam setiap sendi kehidupan adalah sebuah keharusan.

          Di satu sisi, Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Ayah Sop atau Tu Sop Jeunieb menyadari betul realitas politik bebas nilai selama ini. Dan di sisi lain, Tu Sop juga paham betul bagaimana idealisme Islam dalam berpolitik. Tu Sop paham betul bahwa setiap perilaku politik seharusnya sesuai dengan nilai-nilai Islam, bukan justru Islam dijauhi dari politik. Maka ketika Tu Sop memutuskan turun ke gelanggang politik, dan lalu memutuskan maju sebagai calon Bupati Bireuen dari jalur independen, hal ini sangat dipahami. Ada kegelisahan mendasar nurani beliau sebelum kemudian beliau maju dalam Pilkada Bireuen. Tu Sop maju melalui jalur non partai agar tidak ada beban apapun di pundak beliau, agar beliau lebih leluasa menyampikan idealisme politik Islam.

          Idealisme politik Islam yang disampaikan Tu Sop juga bukan hanya bualan belaka. Banyak bukti yang telah beliau nampakkan. Ketika Tu Sop diserang dengan berbagai macam fitnah keji, beliau hanya tersenyum dan mendo’akan mereka, sebab bagi Tu Sop, fitnah dan hinaan itu tidak akan membuat hina orang yang difitnah dan dihina tersebut, melainkan hinaan itu akan kembali kepada mereka sendiri. Sebab, Islam mengecam orang yang suka memfitnah, bukan orang yang difitnah.

          Ketika spanduk dan baliho Tu Sop – dr Pur dirusak “orang tak dikenal”, berkali-kali Tu Sop menasehati para relawannnya untuk tidak membalas perbuatan keji tersebut. Nasehat itu pun sangat didengar oleh para relawannnya. Maka tidak ada pembalasan dari relawan Tu Sop, meskipun massa Tu Sop jelas sangat banyak di Bireuen. Sebab, bagi Tu Sop, ia hadir dalam Pilkada Bireuen adalah untuk sebuah cita-cita perubahan, memperkuat arus kebaikan dan kebaikan.

          Saat Tu Sop memberi sambutan dalam deklarasi Pilkada damai pada 18 November 2016 yang lalu, Tu Sop mengatakan: “Pemilu damai adalah sesuatu yang urgen sekali, di saat kita berada di dalam persaingan global. Jangan sampai kita bagaikan domba-domba yang sedang bertarung di kandang macan.Yang kalah dimakan macan, yang menang di makan macan kalau kita kalah dalam persaingan global.” Oleh sebab itu, kata Tusop lagi, mari kita sayangi anak-anak kita. Anak-anak kita akan lahir di negeri ini. Buatlah negeri ini yang nyaman untuk mereka. Tusop juga melarang sorak-sorak “hidup Tu Sop” karena beliau sadar hidup ini hanyalah sebuah pengabdian, sementara pada saatnya kita semua akan kembali kepada Allah Swt.

          “Saya minta kepada timses untuk tidak usah sorak-sorak "Hidup tusop", karena saya pasti mati. Maka oleh karena itu, siapapun boleh menang, baik no 1, 2 3 4 dan 5. Asal anak-anak kita berada di dalam negeri yang memiliki peradaban dan mampu bersaing secara global,”kata Tusop. Tidak hanya itu, Tu Sop juga menegaskan bahwa kehadirannya dalam Pilkada Bireuen semata-mata adalah untuk kedamaian. Beliau tidak mencari musuh. “Oleh karena itu saya hadir untuk sebuah kedamaian. Tidak Ada Musuh Di Antara Kita, yang ada adalah persaingan, bukan permusuhan!, “ pungkas Tusop saat itu yang disambut tepuk tangan Muspida Bireuen.

          Sesungguhnya, akhlak dan keteladanan seperti inilah yang dibutuhkan bangsa kita saat ini, khususnya saat kita begitu minim keteladanan dari para elit dan pembesar negeri ini. Sungguh, negeri ini tidak bisa dibangun tanpa keteladana. Negeri ini tidak bisa dibangun tanpa akhlak.

          Oleh sebab itu, perbaikan akhlak adalah awal dari segala perubahan. Itulah misi utama Tu Sop melibatkan diri dalam politik. Sesungguhnya, perbaikan akhlak, penguatan arus kebaikan dan perbaikan adalah jawaban dari problem besar yang menimpa negeri ini dewasa ini. Negeri kita terpuruk bukalah karena kekurangan pakar pertanian, pakar pendidikan, pakar politik, pakar mesin, pakar ekonomi, pakar keuangan dan pakar-ahli lainnya, sesungguhnya kita surplus (kelebihan) kaum intelektual dan pakar. Tapi kita punya masalah pada moral dan akhlak. Dan masalah ini kemudian menghadirkan ketimpangan dalam berbagai ranah kehidupan.

          Oleh sebab itu, jangan aneh ketika mendengar seorang ahli hukum mempermainkan hukum. Jangan merasa aneh ketika pakar politik justru membela perilaku politik busuk. Jangan aneh ketika melihat seorang ekonom yang pro riba-neoliberal dan kapitalisme. Semua itu karena pertahanan moral dan akhlak bangsa ini telah ditembus oleh kepentingan dunia yang materialistik. Akhirat menjadi sesuatu yang terlupakan, meskipun ia adalah sesuatu yang pasti. 

Atas realitas inilah Tu Sop memutuskan untuk maju dalam Pilkada Bireuen, menjadi “martir” perubahan pola pikir masyarakat Bireuen yang selama ini terus menerus “ditipu” dengan pandangan bahwa politik itu kotor dan orang baik tidak perlu membersihkan politik yang kotor itu. Oleh sebab itu, selayaknya gagasan dan kehadiran Tu Sop ini kita sambut dengan antusiasme tinggi dengan memenangkannya dalam Pilkada Bireuen sehingga Tu Sop – dr Pur memiliki power yang lebih untuk merealisasikan gagasan arus kebaikan dan perbaikan yang dicanangkannya. Wallahu a’lam bishshawab. [sumber: Tabloid Arus Kebaikan]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.