Rizki; Yang Halal Lebih Berkah dan Nikmat

Siapa yang tak mau hidup kaya? Nyaris semua orang menginginkannya. Hanya segelintir orang yang benar-benar mampu memenej hati untuk membatasi diri dari pundi-pundi dunia. Walaupun sebenarnya kekayaan bukanlah suatu yang tercela jika ia dimanfaatkan untuk kebaikan dan dijadikan sebagai penunjang akhirat. Namun yang menjadi persoalan adalah ketika manusia menjadi ‘gila' kaya hingga akhirnya menghalalkan segala macam cara untuk menjadikan dirinya orang tajir bergelimang harta benda.

Orang yang gila kaya kerap terbutakan mata hatinya dari halal-haram. Baginya, halal-haram tidaklah terlalu penting untuk dipertimbangkan. Yang terpenting baginya adalah bagaimana birahi kaya dapat terpenuhi. Terserah bagaimana cara mendapatkannya. Dalam benaknya, menjadi kaya adalah tujuan. Tanpa menyadari bahwa hidup di dunia hanya sebentar. Setelahnya dunia beserta segala kesombongannya harus dipertanggungjawabkan kelak di hadapan sang pencipta.

Inti dari hidup di dunia sesungguhnya hanya sebagai tempat untuk menyiapkan bekal akhirat. Dan segala fasilitas dunia yang diciptakan Allah swt sejatinya diperuntukkan sebagai penunjang untuk memuluskan jalan menciptakan kehidupan akhirat yang menyenangkan. Kebutuhan dan fasilitas dunia bukanlah tujuan. Maka alangkah celakalah orang-orang yang justru terbutakan mata hatinya untuk harta benda dunia dan menghalalkan segala macam cara untuk mendapatinya.

Harta haram adalah ibarat najis. Ya, ibarat najis yang hanya disukai oleh hewan. Bergelimang dengan harta haram ibarat mengotori diri dengan najis. Tiada sedikit pun ada kemuliaan pada dirinya dalam pandangan iman. Celaka lagi, harta haram ibarat kayu bakar akhirat. Mengumpulkan harta haram samadengan mengumpulkan kayu bakar yang akan membakar kita sendiri di akhirat nanti.

Rasulullah saw bersabda: “Setiap daging yang tumbuh dari harta haram maka neraka lebih layaknya baginya” (alhadist)
Maka oleh karena itu, dalam mencari rezki, memilah halal haram sangatlah penting. Kita harus bisa memastikan bahwa setiap rupiah yang terkumpul adalah halal. Lebih baik sedikit tapi halal ketimbang banyak tetapi haram. Miskin lebih terhormat daripada kaya dengan harta yang haram.

Daging, tulang dan darah yang mengalir di dalam tubuh sangatlah suci untuk dikotori dengan yang haram. Rezki yang halal lebih berkah dan bermanfaat. Berkah untuk dijadikan sebagai penunjang kebaikan dengan menafkahkannya pada hal-hal yang bermanfaat untuk akhirat. Apa yang bisa diandalkan dengan harta haram? Ia tidak akan berkah untuk dinafkahi bagi keluarga dan anak istri, juga tidak bisa dimanfaatkan sebagai penunjang kebaikan.

Akhirnya kita harus memantapkan prinsip dalam hati bahwa lebih miskin tiada harta atau bahkan kelaparan ketimbang kaya dengn harta haram. Rezki yang halal lebih berkah dan bermanfaat. Walaupun sedikit, ia nya menjadi bekal ‘membeli’ akhirat. Ketimbang harta haram. Semakin banyak ia dikumpulkan maka akan semakin membumbung api yang akan membakar kita sendiri di neraka nanti. Nauzubillah. [Admin]

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.