Hawa Nafsu; Menaklukkan atau Ditaklukkan

Tu Sop bersama sejumlah tokoh pendidikan saat mengisi seminar pendidikan
di aula UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2017
Tusop.com | Seorang hukama’ fenomenal, Lukmanul Hakim sering kali mengkhawatirkan ketegaran anaknya menghadapi tantangan-tantangan berat dalam mengarungi kehidupan dunia menuju negeri pembalasan, akhirat. Kepada anaknya beliau kerap mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini bagaikan lautan ganas yang bergelombang. Gulungan ombaknya telah menelan begitu banyak orang-orang yang mengarunginya.

“Aku takut, anakku. Aku takut engkau akan ikut binasa seperti mereka yang telah binasa” ungkap Lukmanul Hakim pada anaknya.

Kekhawatiran seorang Lukmanul Hakim ini tentu didasari oleh dalamnya kesadaran beliau bahwa tantangan untuk menjadikan kehidupan dunia sebagai tempat membangun akhirat yang menyenangkan tidaklah ringan. Setiap ayunan langkah akan terganjal dengan berbagai ganjalan berat. Salah satu ganjalan berat itu adalah hawa nafsu dengan segala pengaruh jahatnya.

Secara fitrah, hawa nafsu pada manusia tercipta sebagai pemberi dorongan bagi aktivitas kehidupan, ibarat mesin pada kendaraan. Akibat dari pengaruh yang dihasilakan hawa nafsu ini, manusia termotivasi dan semangat untuk melakukan serangkaian aktivitas di dalam kehidupannya. Namun hal yang harus menjadi catatan, dorongan yang diberikan hawa nafsu multi-orientasi. Kadang bermanfaat bagi kehidupan, kadang justru akan menghancurkan nilai-nilai kehidupan itu sendiri. Tergantung sejauh mana ‘khittah’ kecendrungan hawa nafsu pada kejahatan (nafsu ammarah) diberikan ruang untuk berkembang.

Secara khittah, hawa nafsu memang tercipta dengan memiliki kecendrungan yang lebih dominan kepada kejahatan. Namun kecendrungan ini tidaklah permanen. Kecendrungan ini dapat dinetralisir dengan melakukan upaya-upaya mujahadah dan riyadhah; melawan dan tidak menuruti dorongan jahat hawa nafsu. Mujahadah dan riyadhah yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu pada akhirnya akan membuat hawa nafsu takluk dibawah kendali akal dan ilmu. Saat hawa nafsu sudah berada dibawah kendali akal dan ilmu, maka ia akan lebih dominan memberikan dorongan kebajikan ketimbang kejahatan.

Celakanya, apabila khittah kecendrungan buruk hawa nafsu terus dituruti tanpa ada upaya perlawanan (mujahadah), maka kecendrungan buruk ini akan semakin menjadi-jadi hingga akahirnya manusia akan berada dibawah kendali hawa nafsu. Tak pelak, hawa nafsu akan menggiring manusia tersebut dalam kerugian di dunia dan penderitaan di akhirat.

Akhirnya, untuk selamat di dunia, hawa nafsu harus ditaklukkan untuk kemudian diposisikan dibawah kendali akal dan ilmu. Tiada pilihan lain selain menaklukkannya. Sebab pilihan kita cuma dua; menaklukkan (hawa nafsu) dan selamat di akhirat atau ditaklukkan (oleh hawa nafsu) dan akhirnya binasa bersama mereka yang binasa. (Admin)

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.