Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Politik. Tampilkan semua postingan

Selasa, 09 Juli 2024

Tausyiah pada Peresmian STAI Baru Tapak Tuan, Tu Sop Jeunieb : Tidak Ada Pemisahan Antara Agama dan Kehidupan Dunia


Tu Sop Jeunieb bersama Pj Bupati Aceh Selatan yang diwakili Asisten I Sedtakab Suhatril, SH, M.Si, Ketua Yayasan STAI Sufyan Ilyas, S. Th. MH, Dr. Maidar Darwis, M.Ag, Ketua MPU Aceh Selatan Tgk. H. T. Armiya Ahmad, Ketua MAS, Sekretaris Kopertais, Tgk. Husen Yusuf, mantan Bupati Aceh Tgk. Amran dan unsur Forkopimda lainnya Di Acara Peresmian Gedung Baru Dan Peringatan Tahun Baru Islam.


Aceh Selatan -  Ketua Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb didaulat sebagai penceramah pada Peresmian Gedung Baru Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Tapaktuan yang dilaksanakan berbarengan dengan Peringatan tahun Baru Islam 1 Muharram 1446 H.


Kegiatan ini digelar di Kampus STAI Tapak Tuan yang berlokasi di Gampong Baro, Kecamatan Pasie Raja, Kabupaten Aceh Selatan, Selasa, 9/07/2024.


Acara yang bertajuk "STAI Baru Pendidikan Maju" ini dihadiri oleh Pj Bupati Aceh Selatan yang diwakili Asisten I Sedtakab Suhatril, SH, M.Si, Ketua yayasan STAI Sufyan Ilyas, S. Th. MH,  Dr. Maidar Darwis, M.Ag, Ketua MPU Aceh Selatan Tgk. H. T. Armiya Ahmad, Ketua MAS, Sekretaris Kopertais, Tgk. Husen Yusuf, mantan Bupati Aceh Tgk. Amran dan unsur Forkopimda lainnya. Selain itu, juga dihadiri oleh para mahasiswa, masyarakat dan lebih dari seratusan tamu undangan lainnya. 



Tu Sop Jeunieb dalam tausiyahnya mengatakan bahwa Rasulullah Saw diperintahkan oleh Allah SWT untuk hijrah dari Mekkah ke Madinah untuk periode lain Dimana hal ini menghasilkan sejumlah hal yang tidak dapat didapati di Mekkah. Kota Madinah, kata Tu Sop merupakan cikal bakal berkumpulnya tiga hal utama pada pribadi Rasulullah SAW yang seyogiyanya mengemban gelar Muhammad Afdhalul Rasul.



“Tiga hal itu tidak terjadi pada nabi nabi yang lain. Pertama nubuwwah sebagai sumber pengetahuan. Kedua, Mulku sebagai kerajaan dan yang ketiga yaitu Sultanah sebagai _Save Government_ , pemegang kekuasaan tertinggi yang diperkuat dengan tentara membentengi diri dari serangan", jelas Tu Sop Jeunieb.



Sosok Ketua PB HUDA yang juga Dewan Pembina Kaukus Wartawan Peduli Syari'at Islam (KWPSI) ini juga mengatakan bahwa  Rasulullah Saw mempunyai nilai kenabian pada dirinya dan pada saat yang sama, Rasulullah juga sebagai raja yang titahnya ditunggu dan diikuti.



"Rasulullah juga seorang Sultan yang punya power, tentara dan kekuatan pertahanan, maka disitulah dasar dan awal dari peradaban Islam," urai Tu Sop. 



Madinah ini adalah sebuah peradaban, sebuah komunitas besar yang dimulai dengan perjuangan Rasulullah Saw di Mekkah. Tu Sop dalam tausyiahnya menyebut bahwa Islam di di Madinah ini menjadi kuat karena didukung oleh apa yang disebut dengan para _Rijal Haula Rasul_ , yakni tokoh-tokoh di sekeliling Rasul yang senantiasa membersamai perjuangan Rasulullah Saw dalam semua kondisi dan totalitas berjuang untuk Islam bersama Rasulullah Saw. 


Tu Sop menjelaskan bahwa, para tokoh di sekeliling Rasulullah Saw itu misalnya ada Umar bin Khatab dengan keberaniannya, ada Abdurrahman bin ‘Auf dengan ketokahannya. Ada yang ahli pengetahuan, ahli usaha dan banyak sahabat lainnya yang totalitas membantu perjuangan Rasulullah Saw. Mereka yang punya harta, mereka fungsikan hartanya untuk Islam, yang punya tenaga mereka gunakan tenaganya untuk Islam.


“Maka, hal paling inti adalah bahwa hijrah Rasulullah ke Madinah untuk membangun sebuah komunitas bangsa yang mana mereka komit menjadikan agama sebagai jalan kehidupan mereka dan membuat dunia ini bersih dan teratur. Imam Al Ghazali, kata Tu Sop, pernah mengatakan bahwa dunia yang terurus dengan baik, aspek-aspek kehidupan yang terurus dengan rapi dan tertib adalah fardhu kifayah yang jika hal ini tidak selesai maka semua akan berdosa,”kata Tu Sop menjelaskan. 


Oleh sebab itu, tambah Tu Sop, maka ketika kita berfikir bahwa umat Islam harus sehat, maka harus ada dokter-dokter. Begitu juga ekonomi harus kuat karena itu modal untuk ibadah. Kalau kita kekurangan para ahli yang paham ekonomi dan kedokteran, maka umat Islam akan berdosa. Apapun permasalahan maka Islam harus hadir memberi solusi, maka hal itu adalah bagian dari fardhu kifayah yang harus kita selesaikan. 


“Maka itu Islam lah umat Islam akan maju. Tidak ada pemisahana antara agama dengan kehidupan dunia,” ujar Tu Sop. Umat Islam akan unggul disaat mereka mengamalkan agamanya. Kalau sekarang ada pemikiran bahwa “kita akan maju dengan meninggalkan agama”, maka itu betul untuk kasus negara-negara Eropa yang  memperoleh kemajuan setelah mereka meningalkan agama mereka.


Sementara itu, dalam sejarah Islam, imperium atau Kerajaan-kerajaan Islam dalam sejarahnya justru mereka mendapati kehancurannya setelah mereka meninggalkan Islam dan berjaya ketika mereka bersama Islam, menjadikan Islam sebagai bagian dari kehidupan mereka yang tidak terpisahkan antara Islam dan kehidupan dunia, “ ujar Tu Sop menerangkan.


Maka itu, sambung Tu Sop lagi, ada  ada ungkapan dari Umar bin Khatab yang sangat terkenal, yaitu “Kita adalah umat yang dimuliakan oleh Allah Swt dengan Islam. Maka jangan sekali-kali meninggalkan Islam”.



Sebelumnya, ketua Pelaksana kegiatan, Tgk. Ilham Mirsal, MA dalam sambutannya mengatakan bahwa peresmian Geudung Baru STAI Tapak Tuan ini sengaja dilaksanakan berbarengan dengan perayaan tahun Baru Islam oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan.


Tgk Ilham Mirsal menyebutkan bahwa bahwa pasca peresmian ini, kampus STAI yang tadinya berlokasi di Tapak Tuan akan resmi pindah ke Pasie Raja.


"Alhamdulillah sekarang resmi pindah ke gedung Baru di Pasie Raja, dan mulai tahun ajaran ini, aktifitas pembelajaran sudah mulai aktif di kampus baru", kata Tgk. Ilham Mirsal.

Kamis, 04 Juli 2024

Pj Bupati Dukung Pelaksanaan TKD 200 Gampong Di Pidie Jaya

 

Silaturrahmi Ketua PB Huda Tu Sop Jeunieb dengan Pj Bupati Pidie Jaya Ir H Jailan Asisten I Setdakab Pijay Sayed Abdullah, Kadis Syariat Islam, Pengurus Huda Pijay Tgk Zulfikar, Pemgurus TKD Pusat Tgk Bahri, Ketua TKD Pijay tgk Muhammad dan beberapa staf dinas DPM dan Dinas Syariat Islam Pidie Jaya.


Setelah Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB HUDA) melakukan Training of Trainers (TOT) para instruktur Training Kader Dakwah (TKD) Huda bulan lalu di Pidie Jaya, guna menjadi para trainer di Gampong dalam Wilayah Pijay, kini TKD huda siap dilaksanakan di wilayah tersebut.


Hal itu disampaikan dalam silaturrahmi Ketua Umum Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop dengan Pj Bupati Pidie Jaya diruang kerjanya.


seperti yang disampaikan staf  Media Tu Sop Al Fadhal yang dikirm ke redaksi menyebut, pengaruh narkoba di gampong-gampong saat ini masih terjadi dan belum ada tindakan-pencegahan untuk menyelamatkan generasi milenial, begitu juga dengan angka penceraian pengantin muda sangat tinggi akibat kurangnya pemahaman fardhuain yang memadai, begitu juga dengan data calon mahasiswa di beberapa universitas di Aceh tidak mampu membaca quran hingga 80% saat tes masuk.




“Kehadiran TKD mungkin tidak bisa mengubah itu semuanya, tetapi setidaknya mengurangi dan dapat menekankan pengurangan persentase tersebut”, jelas Tu Sop yang juga Dewan Pembina Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI).


Menurutnya pemuda Dldiharapkan mampu merubah Mindset Fardhu Ain itu suatu kewajiban, generasi milenial harus menyadari pentingnya TKD untuk pemuda dalam merubah pola pikir permasalah aspek sosial yang nantinya terorganisir dalam pemerintahan Desa. 


“Membiarkan permasalahan bobroknya akhlaq dan aspek sosial disaat ini akan membuat kita berdausa, sebaliknya akan berpahala jika kita tangani”, Kata Tu Sop


Selain TKD, lanjut Tu Sop,  menyelamatkan generasi milenial ini bisa juga dilakukan di Sekolah-sekolah dengan memanfaatkan Osis yang nantinya bisa menjadi pelaksana di Sekolah- sekolah yang ada.


Sementara itu Pj Bupati Pidie Jaya Ir H Jailani sangat mendukung kegiatan TKD Huda dilaksanakan di seluruh desa dalam Kabupaten Pidie Jayai, dalam waktu dekat ini dirinya akan berkoordinasi dengan dinas DPM, Camat, Apdesi dan pihak lainnya yang dianggap perlu untuk mempersatukan persepsi, mencari skema demi terlaksananya TKD dimaksud.


Dalam pertemuan tersebut turut hadir Asisten I Setdakab Pijay Sayed Abdullah, Kadis Syariat Islam,  Pengurus Huda Pijay Tgk Zulfikar, Pemgurus TKD Pusat Tgk Bahri,  Ketua TKD Pijay tgk Muhammad dan beberapa staf dinas DPM dan Dinas Syariat Islam Pidie Jaya.(*)


Senin, 18 September 2023

Jelang Pileg 2024, MPP PAS Aceh Konsolidasi Bacaleg DPRK Dan DPRA MPW PAS Bireuen



Laporan : Al Fadhal

Bireuen | Ketua Tanfidziah MPP Partai Adil Sejahtera (PAS) Aceh Tgk H Bulqaini Tanjongan bersama Ketua Mutasyar MPP PAS Aceh Abi Hidayat Waly melakukan konsolidasi dan Sosialisasi sejumlah pengurus, bacaleg DPRK, DPRA dan Simpatisan serta relawan MPW PAS Bireuen dalam rangka menghadapi Pileg 2024 mendatang pada Minggu, (18/09/2023) malam.


Acara digelar dipelataran komplek Dayah Dhiaul Haq Al Aziziyyah Leung Teugoh Jeunieb dihadiri Tgk Nurdin Judon yang sapaan akrabnya Abi Nas Jeunieb Anggota Dewan Mutasyar MPP PAS Aceh, Ketua MPW PAS Bireuen Tgk Mustafa Amin, pengurus inti MPW, MPC, Para Bacaleg DPRK, DPRA, simpatisan dan para relawan lainnya.  





Ketua Tanfidz PAS Aceh Tu Bulqaini menyebut, kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat sistem internal antara bacaleg pengurus dan simpatisan PAS Aceh. Selain itu hadirnya PAS dalam kontestasi politik akan memberikan warna baru dan sistem yang berbeda dengan partai lainnya. 






"Maka perlu kita sosialisasikan pemahaman ini kepada kader, ini yang sampaikan nanti Abi Hidayat, intinya bagaimanana ketentuan PAS Aceh mengelola prinsipil dana pokir misalnya, kewajiban finansial Dewan terpilih dengan partai, Caleg gagal kita tangani bagaimana dan kewajiban partai dalam menjaga Konstituen bagaiman mekanismenya, yang pastinya PAS Aceh akan berbeda dengan yang dilakukan partai lainya saat ini", tegas Tu Bulqaini. (Al Fadhal)


Sabtu, 15 Januari 2022

Pelantikan KNPI Bireuen, Tu Sop : KNPI Jangan Kalah Cepat Sehingga Cepat Kalah Dalam Persaingan

 

Pelantikan Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bireuen Periode 2021-2024,

Laporan : Al Fadhal

Sejumlah Pengurus Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Bireuen dilantik Periode 2021-2024, pelantikan tersebut ditandai dengan penyerahan Bendera KNPI dari Ketua KNPI Aceh kepada Ketua KNPI Bireuen pada Sabtu, (15/01/2022) di Halaman Pendopo Bupati setempat.


Adapun yang dilantik hari ini  Muammar Kadafi S.Pd.I  sebagai Ketua. Sudirman Ismail S.kom. Bendahara, Hendri Suheri SE. Sekretaris Dan seluruh pengurus KNPI lainnya.

Turut hadir Bupati Bireuen Dr H Muzakkar A Gani, SH, M.Si, Forkopimda, Ketua, Wakil Ketua dan Anggota DPRK serta Tamu dan undangan lainnya.



Dalam kesempatan itu Ketua Pengurus Besar Himpunan Ulama Dayah Aceh (PB-HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop dalam tausiahnya menyebut, baik buruknya Bireuen kedepan sangat tergantung dari peran Pemuda, untuk itu para pemuda harus memiliki tiga kecerdasan wajib di implementasikan dalam semua pergerakan,yaitu Kecerdasan Spritual, Kecerdasan Intelektual dan Kecerdasan emosional. Dari ketiga kecerdasan tersebut, kecerdasan Spiritual adalah yang paling utama.


"Persoalan yang serius  harus dihadapi dengan serius pula, kita boleh enjoy, tapi jangan 24 jam enjoy. Maka saya datang hari ini karena serius menaruh harapan ini, sesungguhnya masa depan Biruen ada pada anak-anak muda, inilah yang kita harapkan," sebut Tu Sop yang juga Dewan Penasehat Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI).



Menurutnya bagaimana kita melakukan sebuah pergerakan tidak hanya sebuah wacana/Muharrik (Pergerakan), KNPI objektif di dalam melakukan pergerakan-pergerakan yang dapat memberi solusi karena, kalah cepat di dalam sebuah pererakan akan cepat kalah di Dalam persaingan, jelas Tu Sop.


Oleh sebab itu kita harus sadar saat ini kita di era Milenial dengan persaingan global, kita berada di era penjajahan gaya baru kalau kita tidak memperkuat perencanaan ke depan maka harus menerima resiko menjadi bangsa yang direncanakan orang berbahaya bagi anak-anak kita, berbahaya untuk Aceh jangka panjang dan Indonesia nantinya,  itulah harapan kita, terjemahkan itu secara benar dari segi aspek kehidupan, pemikiran dalam sikap dan perilaku kita, pinta Tu Sop.(*)

Sabtu, 21 Agustus 2021

Bakti Sosial HUT MA RI, PN Bireuen Berikan Sembako Ke Ponpes Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah

Paket Sembako Bakti Sosial PN Bireuen Dalam Rangka HUT Mahkamah Agung RI ke-76


Bireuen|Dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Mahkamah Agung RI ke-76, Pengadilan Negeri Bireuen menggelar bakti soisal dengan membagikan paket sembako untuk Pondok Pesantren (Dayah) Rauhul Mudi Al Aziziyah Jeunieb pada Sabtu, (21/08/2021).


Proses penyerahan sembako diserahkan langsung oleh Ketua Pengadilan Negeri Bireuen Ibu Rosnainah, S.H., M.H. kepada Tgk Muhammad Yusuf Nasir atau Abiya Jeunieb pimpinan pondok pesantren Dayah Rauhul Mudi turut disaksikan oleh Hakim Fuady Primaharsa, S.H. selaku Ketua Panitia HUT MA RI ke-76 PN Bireuen.



Ketua Panitia HUT Mahkamah Agung RI ke-76 PN Bireuen Fuady disela-sela acara penyerahan menyebut kegiatan ini merupakan serangkaian kegiatan HUT MA RI yang telah diintruksikan di seluruh PN se-Indonesia untuk bakti sosial pembagian paket sembako, tema ini diambil untuk membantu masyarakat yang terdampak dari Covid-19.


"Semoga dengan diberikannya paket sembako ini dapat meningkatkan rasa persaudaraan dan kesadaran sosial kita sesama umat manusia dan sesama umat muslim serta meningkatkan ketaqwaan dan rasa syukur kita kepada Allah SWT di hari ulang tahun Mahkamah Agung ke-76 ini", kata Fuady.



Sementara itu Pimpinan Dayah Rauhul Mudi Al Aziziyah Abiya Jeunieb mengucapkan terima kasih atas partisipasi PN Bireuen yang telah membantu paket sembako, insya Allah paket tersebut kami peruntukan untuk dapur umum anak yatim-piatu.


"Sembako ini kita berikan ke dapur umum santri yatim disini, ada sekitar 100 santri yatim yang kami didik disini, semoga bermanfaat dunia dan akhirat", tutup Abiya Jeunieb.


Minggu, 10 Januari 2021

Imam Besar BMU Serahkan Buku Paradigma Islam Wasathiyah Kepada Menteri Tenaga Kerja

Imam Besar Barisan Muda Ummat (BMU) Tu Sop Menyerahkan Buku Paradigma Islam Wasathiyah Kepada Menteri Tenaga Kerja RI Ida Fauziah

Banda Aceh | Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia (Menaker RI) Dra. Hj. Ida Fauziyah, M.Si menerima hadiah buku "Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb" . Penyerahan buku ini diserahkan langsung oleh Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tu Sop Jeunieb) Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) di Kantor Pengurus Wilayah Nahdhalatul Ulama (PWNU) Gampong Lamcot Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar pada Minggu pagi, 10 Januari 2021.

Proses penyerahan buku dilakukan seusai pertemuan internal PWNU Provinsi Aceh dengan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia ini ikut dihadiri sejumlah tokoh dayah di Aceh seperti Tgk. H. Faisal Ali yang juga Wakil Ketua MPU Aceh serta sejumlah politisi lainnya. 


Buku "Paradigma Islam Wasathiyah Tu Sop Jeunieb" hasil riset pemikiran tokoh oleh Dr. Teuku Zulkhairi ini membahas urgensi Paradigma Islam yang Wasathiyah dalam menjawab berbagai tantangan zaman yang dihadapi oleh umat Islam. Wasathiyah adalah sikap pertengahan dalam merespon dua persoalan yang saling kontradiksi. Rasululllah Saw bersabda, bahwa sebaik-baik urusan adalah yang pertengahan (Wasathiyah). 

Dalam buku ini, diceritakan pemikiran, pandangan dan kiprah Tu Sop dalam membumikan paradigma Islam Wasathiyah dalam berbagai persoalan di tengah-tengah masyarakat, baik dalam urusan akidah, ibadah hingga politik. Buku ini juga mengupas bagaimana Tu Sop Jeunieb menyeru masyarakat untuk senantiasa menjaga damai Aceh. Menghindari buruk sangka dan senantiasa mengedepankan kepentingan ummat untuk kejayaan Islam. (Zul)

Rabu, 19 Desember 2018

Pada Pelantikan Pengurus KWPSI, Tu Sop Ajak Bangkitkan Syari'at Islam Melalui Profesi





BANDA ACEH - Pemberlakuan syariat Islam di Aceh sudah berjalan 17 tahun sejak dideklarasi pada 2001 silam. Semua elemen masyarakat dari berbagai profesi memiliki tanggung jawab untuk bersama-sama membangkitkan gelora syariat Islam hingga ke semua sendi kehidupan.


“Syariat Islam tak akan berjalan jika semua elemen umat tidak mengambil peran sesuai profesi masing-masing,” kata Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA), Tgk Muhammad Yusuf A Wahab atau lebih dikenal dengan Tu Sop saat menjadi penceramah pada pelantikan pengurus Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) Periode 2018-2023 dan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Aula Kantor Perwatuan Wartawan Indonesia (PWI) Aceh, Banda Aceh, Kamis (13/12).


Tu Sop menjelaskan, menyiarkan syariat Islam bukan hanya tugas ulama atau dinas syariat tapi menjadi tugas bersama masyarakat Aceh. Karena itu, ia mengajak semua elemen masyarakat untuk mengelorakan syariat Islam melalui profesi masing-masing. “Mari kita masuk surga lewat profesi kita masing-masing,” ujar Tu Sop yang juga Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, ini.


Dikatakan, tidak mungkin semua orang menghabiskan waktunya di masjid karena hal itu akan merusak tatanan kehidupan. Tapi, harus ada juga orang yang menjadi petani, wartawan, pegawai, dan profesi lainnya. Sebab, lanjut Tu Sop, beribadah bisa juga dilakukan melalui profesi. “Karena yang diharapkan dari profesi adalah bagaimana orang tersebut bisa mengubah kehidupan atau perjalanan hidupnya menjadi perjalanan ke surga, bukan perjalanan ke neraka,” ungkapnya.




Karena itu, tambah Tu Sop, pelaksanaan syariat Islam di Aceh diharapkan masuk ke sendi-sendi kehidupan dan pekerjaan masing-masing individu mulai dari bidang ekonomi, pendidikan, perkantoran, dan sektor lain hingga pelaksanaannya bisa kaffah (menyeluruh).



<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>


Membela Melalui Tulisan

Sebelumnya, Ketua Dewan Pembina KWPSI, H Sjamsul Kahar, saat melantik pengurus organisasi itu meminta KWPSI terus eksis dalam membela pelaksanaan syariat Islam melalui tulisan-tulisan. “KWPSI makin berkembang. Ini suatu rahmat dari Allah SWT. Dari jajaran wartawan juga sudah tumbuh tekad bersama umat untuk membela pelaksanaan syariat Islam. Kita sudah merasakan dan melihat sendiri bagaimana perkembangan syariat Islam di Aceh saat ini,” kata H Sjamsul Kahar yang juga Pimpinan Umum Harian Serambi Indonesia ini.


<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Sejak dicetuskan qanun tentang syariat Islam sampai saat ini, menurut Sjamsul Kahar, pelaksanaan syariat Islam terus berkembang ke semua lapisan masyarakat. “Sekarang kita masih terus berjuang agar syariat Islam menjadi pedoman hidup. Wartawan juga harus terus mengawal melalui berita-berita dengan menumbuhkan semangat syariat dalam masyarakat,” ungkapnya.

Ia juga meminta wartawan Aceh untuk mengembangkan diri dengan mengikuti kajian-kajian agama. “Wartawan juga harus mengisi diri dengan kajian agama seperti yang dilakukan selama ini. Pengajian rutin KWPSI setiap Rabu malam harus berjalan terus,” pesan H Sjamsul Kahar.

Pengurus KWPSI yang dilantik kemarin terdiri atas Azhari SSos (wartawan Antara Biro Aceh) sebagai ketua, Muhammad Saman SAg dari Harian Analisa (Sekretaris Jenderal), Munawardi Ismail dari Harian Waspada (Bendahara), Sulaiman SE dari Harian Rakyat Aceh (Juru Bicara), serta para pengurus lainnya.Ketua Panitia, Ridha Yuadi, mengatakan, acara yang diiringi dengan pemberian bantuan kepada anak yatim dari keluarga besar wartawan itu turut dihadiri Wali Kota Banda Aceh, Aminullah Usman, Senator Aceh, Ghazali Abbas Adan, dan sejumlah tamu undangan lainnya.(mas)









<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Senin, 26 November 2018

[Wawancara dengan Media] Tu Sop: HUDA Tak Persoalkan Afiliasi Politik Ulama

Tgk HM Yusuf A Wahab atau yang akrab disapa Tu Sop terpilih sebagai Ketua Umum Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dalam musyarawah besar (mubes) ke-3 organisasi itu, Minggu (25/11). Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb, Bireuen, ini akan menahkodai HUDA selama lima tahun ke depan, menggantikan Tgk Hasanoel Basri HG atau Abu Mudi yang sudah berakhir masa jabatannya.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-9698669690252837",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Pada Senin (26/11) Serambi secara khusus mewawancarai Tu Sop di Kantor Sekretariat Pengurus Besar (PB) HUDA Aceh di Banda Aceh. Tu Sop tak menampik bahwa saat ini ada sejumlah santri dayah, teungku-teungku, pentolan dayah, hingga ulama dayah mulai terlibat dalam politik praktis. Mereka secara terang-terangan menampakkan afiliasi politik, mendukung calon wakil rakyat hingga calon presiden dan wakil presiden dalam kontestasi politik 2019 nanti.

Lalu, apa tanggapan Tu Sop selaku representatif ulama dayah di Aceh terkait hal t itu. Berikut cuplikan wawancara eksklusif Tu Sop dengan Subur Dani, jurnalis Harian Serambi Indonesia.




http://aceh.tribunnews.com/2018/11/27/tu-sop-huda-tak-persoalkan-afiliasi-politik-ulama.

<script async src="//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<script>
  (adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({
    google_ad_client: "ca-pub-5514929069409937",
    enable_page_level_ads: true
  });
</script>

Rabu, 02 Agustus 2017

Politik Yang Saya Jalani dan Hayati (Bagian 2)

(Catatan Pemikiran Politik Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab/Tu Sop)

Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab / Tu Sop

Politik Sebagai Gelanggang Perjuangan

Tusop.com - Dalam persepsi kebanyakan orang, politik adalah ‘lahan garapan’ yang menghasilkan keuntungan rupiah. Dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya memiliki pengaruh yang bisa membuka kran rupiah karena memiliki akses ke lingkaran penguasa. Atau paling kurang, pundi rupiah atas nama “operasional” akan mengalir dari partainya sendiri tatkala ada kegiatan-kegiatan politik yang akan disukseskan.

Tak bisa ditampik, paradigma semacam ini memang sudah begitu mengakar dalam masyarakat ‘ammah. Namun tidak serta merta semua orang yang terlibat dalam politik bisa disamaratakan. Perjalanan waktu menegaskan bahwa diluar sana masih ada orang-orang yang ikhlas menjadikan politik sebagai lahan dakwah untuk memperkuat nilai-nilai kebaikan yang terkadang harus dilakukan dengan mengorbankan uang dan harta benda sendiri untuk menjalankan misi perjuangannya.

Dalam konteks ini, saya tidak memastikan bahwa orang tua saya dan teman-teman seperjuangannya adalah orang-orang hebat yang ikhlas berjihad di politik atau justru mereka termasuk orang yang sebatas mencari keuntungan di politik. Sebab apapun cerita, keihklasan seseorang tidak bisa ditebak karena ia tersembunyi di lubuk hati yang paling dalam. Namun bagaimana pun saya harus jujur bahwa sejauh yang saya ketahui, Abu dan beberapa teman seperjuangnya yang saya kenal, benar-benar orang yang ‘berjihad’ di politik dan untuk kebutuhannya mereka kerap mengorbankan harta bendanya sendiri.

Dalam kehidupan pribadi, orang tua saya bukan tipe orang yang melimpah harta bendanya. Bukan juga saudagar yang punya usaha menjanjikan untuk membiayai kebutuhan-kebutuhan keluarga. Beliau adalah sosok sederhana yang serba tidak berkecukupan. Jangankan untuk hidup mewah, mencari nafkah sehari-hari saja masih menjadi beban.

Kami sebagai anak-anak beliau memaklumi sesadar-sadarnya akan hal itu. Sebab yang terlihat dimata kami, sehari-hari beliau harus berjuang keras, berpacu dengan waktu untuk melayani umat, mengurus dayah yang beliau pimpin dan mencari nafkah untuk kami. Sehingga pantas saja, ketika kami meminta uang Rp. 20.000 misalnya, yang kami peroleh dari beliau kadang-kadang tidak sampai setengah dari yang kami butuhkan. Namun bagi kami, khususnya saya pribadi, hal itu sudah tidak menjadi beban. Sebab Ummi kami selalu memberikan semangat untuk kami bahwa Abu –sapaan kami untuk sang ayah- adalah tipe orang yang ‘mewakafkan’ diri untuk dakwah agama dan menghidupkan syiar Islam. Itu menjadi hal yang paling utama dalam hidup beliau.

Namun, suatu hal yang sulit dicerna pada saat itu, di tengah kondisi ekonomi pribadi yang rapuh, Abu kerap menyisihkan rezeki, terkadang malah menjual harta benda yang ada untuk kepentingan jihad politiknya. Kepada kami (anak-anak beliau), Ummi kami bercerita perihal betapa Abu berkorban untuk perjuangan politiknya. Cerita Ummi, Abu seringkali harus menjual hewan-hewan peliharaannya untuk berangkat mengikuti rapat-rapat partai atau kegiatan partai yang lainnya. Kadang-kadang Abu menjual ayam atau bebek, kadang pula Abu menjual biri-biri peliharaannya. Tergantung besaran biaya perjalanan yang beliau butuhkan. Untuk mengikuti kegiatan se-tingkat kabupaten –saat itu masih Aceh Utara- biasanya Abu menjual ayam atau bebek. Dan untuk mengikuti kegiatan di tingkat provinsi biasanya Abu menjual biri-biri atau kambing.

Sebagian orang, terlihat lebih sejahtera ketika bergabung dalam partai politik, tapi kenapa Abu justru malah menghabiskan uang sendiri sampai-sampai menjual hewan peliharaan untuk mengikuti kegiatan politik partainya? Saya membatin melihat apa yang Abu lakukan saat itu. Tidak hanya Abu, beberapa teman seperjuangannya setau saya juga kerap melakukan hal yang sama.

Setelah kemudian hari, saya mencoba menelusuri, saya simpulkan bahwa ternyata bagi mereka memasuki gelanggang politik berarti menapakai kaki di gelanggang perjuangan. Ya, perjuangan untuk bagaimana menjadikan politik sebagai instrumen mengokohkan implementasi nilai-nilai ideologis ke-Islaman serta pengamalan nilai-nilai warisan Rasulullah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara sistematis dan massif. Sehingga hitung-hitungan dalam politik adalah pahala, bukan rupiah. Pantas saja, mereka mencoba bertahan dalam politik walau penuh pengorbanan.

Bersambung...

Senin, 31 Juli 2017

Politik Yang Saya Jalani dan Hayati (Bagian 1)

(Catatan Pemikiran Politik Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab)

Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab / Tu Sop

Tusop.com - Bagi saya, politik memang bukan sesuatu yang asing. Jauh sebelum saya dilahirkan, politik sudah dulu masuk ke dalam rumah tempat saya dilahirkan dan dibesarkan. Diskusi-diskusi politik kerap menjadi hiasan bibir orang-orang yang bernaung di bawah atapnya. Rumah ‘santeut’ –istilah orang Aceh– yang terletak tak jauh dari stasiun kereta api Jeunieb itu menjadi saksi keseriusan orang tua saya bersama teman-teman seperjuangannya mendiskusikan berbagai dinamika politik yang berkembang saat itu. Orang tua saya, Tgk H. Abdul Wahab Hasballah – Abu, begitu kami (anak-anak beliau) biasa menyapa-, cerita orang-orang, sudah aktif berpolitik sebelum saya belum lahir. Saat itu beliau masih berjihad politik dibawah panji sebuah partai politik yang kala itu menjadi tempat bernaung mayoritas ulama dayah Aceh, Partai Tarbiyah (Perti).

Tgk H. Abdul Wahab
(Ayahanda Tu Sop)
Orang tua saya memang tidak dilahirkan sebagai politisi. Masa-masa mudanya lebih banyak dihabiskan menempa diri di majelis ilmu. Sebelum menikah dengan ummi saya, Hj. Zainab Muhammad Shaleh, “Ummi” biasa kami memanggilnya, beliau aktif belajar ilmu di dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan asuhan ulama terkemuka Aceh, Abuya Syeikh Muda Wali Al-Khalidi, biasa disapa Abuya Muda Waly. Selain sebagai seorang ulama besar Aceh yang memiliki tingkat pengetahuan agama di atas rata-rata, Abuya Muda Waly juga sosok ulama yang memberikan perhatian cukup serius pada dunia politik. Kala itu, Abuya dikenal sebagai tokoh sepuh di dalam partai Perti. Sudah barang tentu, sebagai seorang yang paham betul urgensitas ulama menguasai politik untuk memuluskan misi penguatan penerapan nilai-nilai Islam dan ahlussunnah wal jama’ah dalam kehidupan berbangsa, Abuya kerap memaparkan pemikiran-pemikiran beliau terhadap politik di depan murid-muridnya. Sehingga tak pelak, murid-murid beliau saat itu ikut terpanggil untuk berkontribusi mengembangkan misi Abuya dalam politik. Dan mayoritasnya, mereka mengikuti jejak dan teladan gurunya dengan ikut bergabung dalam partai Perti.

Sebagai murid yang kerap mendapat ideologi langsung dari Abuya, orang tua saya, Abu, ikut terdorong untuk memberikan perhatian serius pada politik. Dan kala itu, Abu bergabung dengan partai Perti. Untuk membesarkan partai inilah, Abu bersama teman-teman seperjuangannya berjuang keras sesuai kemampuan yang ada. Beliau kerap ikut dalam berbagai diskusi dan kegiatan-kegiatan politik kepartaian.

Sejak saya masih kecil, saya kerap melihat Abu duduk bersama teman-teman seperjuangan yang mayoritasnya pimpinan dayah membahas agenda politik. Mereka kerap duduk berdiskusi di teras rumah kami atau balai di depan rumah tempat para santri belajar. Kadangkala mereka berdialog dengan cukup serius hingga kening mengerut. Kertas-kertas bergambar mesjid dan bertulis “Perti” yang berserekan di halaqah majlis membuat suasana semakin ramai. Mereka berpikir keras bagaimana mengatur strategi untuk memenangkan partainya pada setiap agenda politik. Terkadang, diskusi mereka mengalir ringan dan santai sembari bercerita yang sesekali dibumbui canda tawa yang menggelegar. Mengingat momen itu, ingin sekali rasanya berada kembali duduk diantara mereka.

Ada banyak orang yang kerap bergabung mendiskusikan Perti saat itu. Namun saat itu, masih terlalu sulit bagi saya untuk menghafal setiap nama dan wajah mereka dikarenakan faktor umur saya yang masih belia saat itu. Yang saya kenal baik diantara mereka yang kerap bergabung dalam forum adalah Tgk Sya’wab Samalanga dan paman saya sendiri yang juga pimpinan Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Ma’had Ulum Diniyah Islamiah (MUDI) Mesjid Raya, Samalanga kala itu, Tgk H. Abdul Aziz Muhammad Saleh yang biasa disapa Abon Samalanga. Selebihnya, saya tidak terlalu mengenalinya.

Bersambung...

Jumat, 10 Februari 2017

“Bireuen dalam Gelombang Arus Kebaikan dan Perbaikan”



    
Tu Sop menyampaikan orasi politik di lapangan Blang Asan Peusangan, Bireuen
     
Arus Perbaikan
, Bireuen – Selasa 7 Januari 2017, Sejak menjelang siang hari, puluhan ribu massa mulai memadati lokasi kampanye Tgk. H. M. Yusuf Abdul Wahab (Tu Sop) – dr Purnama Setia Budi di lapangan Blang Asan, Peusangan. Selain tim Tu Sop – dr Pur, ketua tim pemenangan Tgk Nasruddin Judon (Abi Nas Jeunieb), dalam rombongan, ikut hadir juga ulama kharismatik Aceh, Abu Kuta Krueng. Massa datang dari berbagai kecamatan dalam wilayah Bireuen. 

          Dari arah barat, massa berdatangan mulai dari Kecamatan Gandapura, Kuta Blang,Peusangan, Peusangan Selatan dan Peusangan Siblah Krueng. Dari arah timur, massa mulai berdatangan dari Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Batee Iliek dan seterusnya. Tidak bisa ditaksir persis berapa jumlah massa yang datang, namun dari foto drone menujunjukkan arena kampanye Tu Sop-dr Pur disesaki lautan manusia berpakaian putih.

          Kehadiran gelombang manusia ini tidak lain adalah karena kerinduan akan kebaikan dan perbaikan Bireuen yang digagas oleh Tu Sop, guru spiritual mereka selama ini. Sebagaimana diketahui, Tu Sop adalah ulama muda Aceh yang berdomisili di Jeunieb yang sangat konsisten membina masyarakat, memberi motivasi bagi mereka untuk selamat hidup di dunia dan juga di akhirat. Di tengah massa, sebuah dibentangkan sebuah spanduk oleh massa yang berbunyi “Rakyat Bireuen Bangkit Memperbaiki Orang Kuat, dan Memperkuat Orang Baik”.


Abu Kuta Krueng Ajak Warga dukung Tu Sop
          Cita-cita memperkuat arus kebaikan dan perbaikan yang ditawarkan Tu Sop selain mendapat sambutan dari masyarakat, juga mendapat apresiasi dari salah satu ulama kharismatik Aceh, Abu Kuta Krueng. Di usianya yang sudah uzur, Alhamdulillah Abu Kuta menyempatkan diri untuk hadir dalam kampanye akbar pasangan Tu Sop – dr Pur.

          Nyoe ata yang goet. Keupue ata laen. Pileh ata yang ka jelas goet (kalau ada yang baik, maka kita harus pilih yang baik. Dan pasangan ini (Tu Sop –dr Pur) adalah pasangan yang sudah jelas baik, red), “ begitu ringkasnya orasi Abu Kuta Krung. 

          Antusiasme besar dari warga Bireuen ini menandakan ada kerinduan besar dari masyarakat Bireuen akan hadirnya kebaikan dan perbaikan. Apalagi, ketika sekitar jam 15.30 Wib saat menyampaikan orasinya, Tu Sop juga mengajak warga Bireuen untuk menyertai perjuangannya dalam memperkuat arus kebaikan dan perbaikan. Sebab, menurut Tu Sop, arus gerakan kebaikan dan perbaikan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemimpin, tetapi harus melibatkan seluruh rakyat.

          Sepertinya, Bireuen betul-betul sedang berada di ambang kebaikan dan perbaikan secara menyeluruh jika Allah Swt mengizinkan. Cita-cita Tu Sop untuk membenahi Bireuen yang dimulai dengan perbaikan akhak telah seringkali disampaikannya saat sebelumnya menyampaikan orasi politik dari satu desa ke desa lainnya, satu kecamatan ke kecamatan lainnya yang ternyata mendapat antusiasme sangat luar biasa dari masyarakat. Sepertinya, masyarakat betul-betul rindu perubahan, rindu pada kebaikan dan perbaikan yang juga cita-cita Tu Sop.


          “Kehadiran kita hari ini disini tidak lain adalah untuk memperkuat arus kebaikan dan perbaikan. Saya terharu karena yang hadir hari ini di luar dugaan saya. Saya yakin, ini adalah wajah-wajah ikhlas yang merindukan arus kebaikan dan perbaikan. Jika saya lebih duluan kembali kepada Allah Swt, maka lanjutkanlah perjuangan ini, : ujar Tu Sop.
 
          Tu Sop lalu bertanya kepada massa, kalau ada yang kasih uang 100 ribu mengajak memilih dia, maukah bapak-bapak ibu-sekalian? Tanya Tusop. “Tidaaaaakkk, “ jawab massa serentak. Kalau dikasih 200 ribu, “Tidaaaaaaaak,” jawab massa. Kalau dikasih 300 ribu? Tidaaakkkk jawab massa”. Bagaimana kalau dikasih 1 Juta?, “Tidaaaaaakkkk,” jawab massa.

          Dengan jawaban ini, sepertinya, warga Bireuen sudah betul-betul siap menyongsong arus kebaikan dan perbaikan bersama Tu Sop – dr Pur, calon Bupati dan wakil Bupati Bireuen nomor urut 3. Insya Allah. [bahri/alfadhal]

Berikut video Kampanye Akbar Tu Sop - dr Pur

         

Senin, 06 Februari 2017

Debat Kandidat, Tu Sop Tawarkan Politik Paradigma Baru



         
Tusop.com – Beberapa waktu lalu, digelar debat Calon Bupati – Wakil Bupati Bireuen oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Bireuen, (3/1/2017). Dalam debat kandidat ini, Tu Sop didampingi dr Pur mengatakan, kami hadir mencalonkan diri dalam Pilkada Bireuen dimana kita sadar bahwa kita hidup di era globalisasi dimana kita digilas oleh kapitalisme dan neo kolonialisme modern, yang kuat akan menggilas yang lemah, yg cepat akan menggilas yang lambat.

          Oleh karena itu, kata Tu Sop, kemajuan dan kekuatan sebuah bangsa sangat ditentukan dan yang paling bertanggung jawab nomor satu adalah lembaga politik dan pemerintahan.
          "Kami hadir mencalonkan diri dalam Pilkada Bireuen karena kita sadar bahwa kita hidup di era globalisasi. Zaman dimana kita digilas oleh kapitalisme dan neo-kolonialisme modern. Yang kuat akan menggilas yang lemah, yang cepat akan menggilas yang lambat. Dan oleh karena itu, kami sadar bahwa kemajuan dan kekuatan sebuah bangsa sangat ditentukan dan yang paling bertanggung jawab adalah lembaga politik dan pemerintahan. Dan untuk tujuan inilah kami hadir, “ tegas Tu Sop.

          Maka oleh karena itu, sambung Tu Sop lagi, memperbaiki politik dan pemerintahan kita, maka secara visi misi kita perlu lakukan inovasi-inovasi dalam percapatan dalam penanganan semua persoalan, kalah cepat dalam menangani semua persoalan akan cepat kalah dalam persaingan global.

          “Kami akan memperbaiki kultur birokrasi dan kinerja PNS. Mengentaskan kemiskinan dan kesenangan sosial. Membuka lepangan kerja seluas-luasnya untuk memberi lapangan kerja bagi warga Bireuen, serta mempercepat pembangunan Infrstruktur ekonomi untuk meningkatkan produksi ekonomi rakyat dan negara.

          Namun di balik itu, kata Tu Sop lagi, hal yang paling utama adalah mengatasi problem dekadensi moral. Sebab kata Tu Sop, kita tahu konsep dan perencanaan sebaik apapun akan gagal jika idak mampu mengintegrasikan nilai moral Islam dalam semua aspek kehidupan.

          Sementara saat diberikan waktu untuk bertanya saat sesi tanya jawab, Tu Sop mengatakan, sebenarnya ia  tidak ingin bertanya untuk menghindari ketersinggungan teman-teman. Sebab, menurut Tu Sop, kalau pertanyaan sulit akan menjatuhkan, tapi kalau mudah bisa beliau jawab sendiri.

          “Tapi begini saja, bagaimana untuk Bireuen ke depan. Siapapun yang akan menang kita siap bergabung dan bersatu tanpa ada dendam atau terluka di antara kita “ ujar Tu Sop lagi.

          Sementara itu, saat pasangan no urut 5 bertanya tentang budaya politik yang sehat kepada Tu Sop, Tus Sop menjawab, budaya politik yang bagus itu disaat kita bisa bisa menghancurkan permusuhan tanpa ada musuh musuh yang hancur. Menghancurkan perselisihan tanpa ada kehancuran bagi yang berselisih, mampu menjadikan musuh menjadi teman.

          “Kita sebenarnya adalah umat Nabi Muhammad Saw yang fungsinya adalah akhlak dan moral. Jangan sampai kita karena perpolitikan menghancurkan kesatuan dan kekompakan kita. Kita bersaing bukan bermusuhan. Kemenangan sebenarnya adalah ketika kita mampu memenangkan rakyat kita dalam persiangan global, bukan saat mampu memenangkan diri kita hanya sampai kepada jabatan, sementara nasib rakyat masih terlunta-lunta, “ ujar Tu Sop.

          Oleh sebab itu, di akhir kesempatan Tu Sop mengajak semuanya untuk berpolitik dalam paradigma baru yang tidak bebas nilai. Yaitu politik dimana Islam harus terintegrasi dalam setiap perilaku dan sikap, dalam setiap waktu dan semua aspek kehidupan.[bahri/admin]

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.