Kamis, 27 Oktober 2016

Tu Sop Sampaikan Visi Misi di Paripurna Istimewa Dewan

TUSOP.COM, Bireuen - Calon Bupati Bireuen nomor urut 3, Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab didampingi calon wakilnya, dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG, pagi ini, Jum'at 28 Oktober 2016, menyampaikan visi misi di depan sidang paripurna istimewa yang digelar di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bireuen.

Selain Tu Sop, turut hadir menyampaikan visi misi empat calon lainnya. Masing-masing pasangan H. Ruslan- Amiruddin-Ridwan Khaled, Khalili-Yusri dan Tgk Batee-Azwar.

Dapat Nomor 3 dari 5 Calon, Ini Kata Tusop


Pasangan Tusop dan dr Pur dalam Pilkada Bireuen


Banda Aceh - Setelah penrikan nomor yang dilakukan di kantor DPRK Bireuen, dari sejumlah lima pasangan calon Bupati-Wakil Bupati Bireuen, pasangan Tusop-dr Pur mendapat nomor urut tiga. Dengan demikian pasangan ini berada di tengah-tengah antara empat calon lainnya.

Ketika Admin Tusop.com bertanya apa makna nomor urut tiga, ulama yang memiliki nama lengkap Tgk.H. Muhammad Yusuf A. Wahab ini mengatakan, ada hikmah filosofis dengan nomor urut tiga ini.

“Dengan mendapatkan nomor urut tiga dari lima pasangan kandidat di Bireuen,  berarti kita berada di tengah-tengah antara empat kandidat lainnya, “ ujar Tusop.  
Sambil bercanda Tusop membandingkan nomor urut tiga ini dengan hadis Nabi, “Khairul Umur Ausatuha”, atau ‘sebaik-baik urusan adalah di pertengahan”. Jadi nomor urut tiga adalah sebaik-baik urusan. Merupakan solusi, “ ujar Tusop.
 
Betul kata Tusop, nomor tiga adalah sesuatu yang identik dengan minimal tingkat kesempurnaan. Dalam shalat kita membaca tasbih sebanyak tiga kali yang fungsinya adalah untuk penyempurnaan.

Jadi, nomor urut tiga untuk Bireuen yang lebih baik. [admin Tusop.com]

Senin, 24 Oktober 2016

Tu Sop - dr. Pur Nomor Urut 3

TUSOP.COM, Bireuen - Pasangan calon Bupati Bireuen jalur independen, Tgk H. M. Yusuf Abdul Wahab - dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG (Tu Sop-dr. Pur) mendapatkan nomor urut 3 pada prosesi pengambilan nomor urut calon Bupati Bireuen di kantor Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Bireuen, Selasa 25 Oktober 2016.

Sementara empat pasangan lainnya, masing-masing, Harus Jadi nomor urut 1, Amiruddin-Ridwan Khalid nomor urut 2, Khalili-Yusri nomor urut 4, dan terakhir Tgk Batee-Azwar nomor urut 5.

Kemaren Ditetapkan, Pagi Ini Tu Sop Hadiri Pengundian Nomor Urut

TUSOP.COM, Bireuen - Setelah resmi ditetapkan sebagai pasangan calon Bupati Bireuen dari jalur perseorangan pada Senin pagi, 24 Oktober 2016, pagi ini, Selasa 25 Oktober 2016 pasangan Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab dan dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG (Tu Sop - dr. Pur) menghadiri kegiatan pengundian nomor urut pasangan calon yang diselenggarakan oleh Komisi Independen Pemilihan (KIP) Bireuen.

Sebagaimana ditetapkan KIP, pengundian nomor urut merupakan tahapan Pilkada sebelum memasuki masa kampanye yang dijadwalkan dimulai akhir Oktober. Setelah memasuki masa kampanye, kegiatan dan atribut kampanye calon akan ditertibkan.

"Pada prinsipnya kita siap mengikuti semua tahapan Pilkada. Dan insya Allah, niat yang tulus akan menjadi sumber energi yang tidak akan pernah habis", cetus Tu Sop.

Kamis, 20 Oktober 2016

[Galeri Foto] Tu Sop Coffee Morning Dengan Tokoh dan Aktivis Muda

TUSOP.COM, Bireuen – Kandidat calon Bupati Bireuen dari jalur independen, Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab atau biasa disapa Tu Sop Jeunieb menggelar coffe morning dengan sejumlah tokoh masyarakat, aktivis muda dan mahasiswa di Chek Dun Coffee Shop, Bireuen, Jum’at pagi, 21 Oktober 2016. Tu Sop didampingi calon wakilnya, dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG. Dalam pertemuan tersebut, Tu Sop memaparkan sejumlah hal terkait latarbelakangnya maju sebagai calon Bupati Bireuen, persoalan yang dihadapi Aceh dan Bireuen serta strategi untuk menghadapinya.

Berikut fotonya:
Tu Haidar Abu Tumin tampak ikut mendapingi Tu Sop
Tu Sop didampingi dr. Pur menyampaikan orasi politik di hadapan seratusan audien




Tu Sop Coffee Morning Dengan Tokoh dan Aktivis Muda


TUSOP.COM, Bireuen – Kandidat calon Bupati Bireuen dari jalur independen, Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab atau biasa disapa Tu Sop Jeunieb menggelar coffe morning dengan sejumlah tokoh masyarakat, aktivis muda dan mahasiswa di Chek Dun Coffee Shop, Bireuen, Jum’at pagi, 21 Oktober 2016. Tu Sop didampingi calon wakilnya, dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG.
Dalam pertemuan tersebut, Tu Sop memaparkan sejumlah hal terkait latarbelakangnya maju sebagai calon Bupati Bireuen, persoalan yang dihadapi Aceh dan Bireuen serta strategi untuk menghadapinya.

“Kehadiran saya dalam kancah politik Bireuen adalah dorongan batin yang muncul setelah beberapa tahun terakhir saya melakukan semacam observasi dan terlibat langsung dalam dunia perpolitik Aceh. Ibaratnya, saya sudah masuk dalam dapur politik Aceh, saya berinteraksi intens dengan sejumlah elit dan politikus Aceh dan membahas banyak hal terkait masa depan Aceh, saya mengambil kesimpulan bahwa  ternyata Aceh ini memiliki potensi yang cukup untuk maju, hanyasaja potensi itu terkadang tidak terkelola dengan baik akibat banyak hal. Salah satunya adalah tidak adanya keseriusan leader dan pemimpinnya”, ujar Tu Sop yang disambut tepuk tangun audien.

Menurut Tu Sop, untuk memajukan Bireuen, dibutuhkan pergerakan bersama yang melibatkan semua pihak, baik itu tokoh masyarakat, aktivis, pemuda dan masyarakat tentunya. Pergerakan ini harus mampu mengubah paradigma berbangsa kita yang selama ini terjebak dalam budaya tidak serius untuk perbaikan dan akhirnya potensi yang ada tidak tererabolasi dengan baik untuk kemajuan bangsa dan Bireuen khususnya.

“Kita sadar, bahwa selama ini kita tidak cukup serius untuk mengembangkan potensi yang ada. Baik potensi personal maupun SDM dan SDA. Kita hidup dalam lingkaran apatis. Masyarakat tidak mau peduli terhadap lingkungan dan persoalan bangsanya, pemimpin dan leader bangsa pun tidak cukup serius untuk perbaikan. Akhirnya kita terus tertinggal dalam kancah dunia global dan akhirnya generasi kita hanya akan menjadi penonton kemajuan bangsa lain”, lanjut sosok ulama muda ini.
Dalam kesempatan tersebut, salah satu audien sempat menyatakan terkait peran pemuda dalam pembangunan bangsa dan sejauh mana Tu Sop memberi ruang kepada pemuda untuk berkiprah di Bireuen seandainya Tu Sop terpilih menjadi Bupati Bireuen.


“Pemuda sejatinya adalah lokomitif pergerakan perbaikan dan kebaikan. Sejarah membuktikan bahwa pemudalah yang membangun bangsa ini. Namun akhir-akhir ini, pemuda sudah mulai kehilangan jati dirinya sebagai seorang pemuda. Semangat kreatifitas dan kerja keras pada pemuda sudah mulai luntur. Dan disini pemimpin harus hadir untuk menawarkan program-program yang berorientasi menjadikan pemuda sebagai sosok yang memiliki skil, produktif dan jauh dari budaya konsumtif. Secara tidak langsung, ini akan menjadi strategi untuk meminimalisir pengaruh-pengaruh negatif yang selama ini menjerat para pemuda”, tegas Tu Sop. (Admin tusop.com)

Selasa, 11 Oktober 2016

Seribuan Masyarakat Kota Juang Silaturrahmi Dengan Tu Sop


TUSOP.COM, Bireuen – Seribuan masyarakat yang berasal dari sejumlah gampong di Kecamatan Kota Juang, Bireuen bersilaturrahmi ke kediaman Bakal Calon Bupati Bireuen 2017-2022, Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab atau biasa yang disapa Tu Sop, komplek Dayah Babussalam Al-Aziziyah, Jeunieb, Selasa, 11 Oktober 2016. Silaturrahmi tersebut selain diisi dengan pencerahan politik dari Tu Sop sendiri, Abi Nasruddin Judon, juga diakhiri dengan session Tanya jawab.

Dalam orasinya, Tu Sop menyampaikan bahwa Aceh secara umum punya masa lalu yang gemilang. Sehingga kegemilangan tersebut sangat mungkin untuk digapai kembali. Tetapi tentu saja, harus melalui upaya-upaya konkrit yang sistematis, terstruktur dan berkelanjutan.

“Saya melihat banyak sekali orang Aceh yang sukses di luar, dalam berbagai bidang. Ada yang sukses sebagai pengusaha, birokrat, akademisi, bahkan ada yang menjadi politisi senior yang dihormati. Ini menjadi fakta bahwa ternyata darah ke-Acehan masa lalu mesih mengalir dalam tubuh orang Aceh. Tinggal negeri ini dikelola dengan baik. Aceh akan kembali gemilang” ujar Tu Sop.

Dalam kesempatan yang sama, salah seorang masyarakat juga sempat menanyakan perihal desas-desus terkait sejumlah isu yang menyudutkan Tu Sop selama musim politik ini. Ia berharap Tu Sop dalam memberikan pandangannya terkait hal tersebut.

Menjawab persoalan tersebut, Tu Sop menjawab simple. Menurutnya, masyarakat sekarang sudah cerdas. Mereka bisa membedakan mana yang haq dan mana yang batil. Namun menurut Tu Sop, hal yang perlu di dorong adalah bagaimana supaya masyarakat konsisten untuk mengatakan “tidak” pada gaya-gaya politik kotor.

“Masyarakat sudah cerdas. Kita tinggal mendorong masyarakat untuk semakin cerdas dan konsisten untuk menghindari gaya politik yang justru akan menghancurkan peradaban dan nilai-nilai moralitas bangsa. Kita harus membangun pergerakan perbaikan dan kebaikan yang kuat agar kegemilangan kembali berada di genggaman”, tutup Tu Sop.

Minggu, 09 Oktober 2016

[Testimoni Publik] Saatnya Ulama Menjadi Umara


Oleh Ihsan M. Jakfar

BELAKANGAN ini, diskursus tentang ulama menjadi umara kembali bergulir menjadi topik pembahasan menarik. Hal ini dilatarbelakangi oleh kemunculan beberapa nama dari kalangan ulama yang disebut-sebut akan ikut meramaikan bursa calon kepala daerah pada Pilkada mendatang. Menanggapi hal ini, beragam pendapat dan pandangan pun bermunculan. Tentu saja ini merupakan bagian dari perkembangan khazanah pemikiran yang harus dihormati.

Dalam konteks keacehan, kehadiran ulama dalam dunia politik, baik secara struktural maupun kultural, sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan. Dalam catatan lintas sejarah Aceh, ulama nyaris selalu hadir dalam politik dari masa ke masa memberikan sumbangsihnya untuk negeri ini. Baik di era otokrasi maupun demokrasi, kaum waratsatul anbiya ini eksis berupaya mempengaruhi pemikiran dan kebijakan-kebijakan para penguasa. Intinya, kehadiran kaum ulama dalam politik tidak bisa dinafikan. Walaupun pergerakan dan strategi politiknya kerap berubah dari waktu ke waktu mengikuti perkembangan.

Namun demikian, tidak bisa dinafikan bahwa dunia politik kita dewasa ini masih sarat dengan berbagai problem multidimensi, mulai dari hulu hingga ke hilir. Betapa tidak, di hulu, dunia politik kita masih disetir oleh birahi kepentingan pragmatis. Sehingga praktek-praktek politik yang jauh dari nilai-nilai idealisme, etika dan kesantunan menjadi tontonan yang tak terhindarkan. Di hilir, dunia politik kita dikangkang oleh keserakahan dan kepentingan politik pragmatis. Sehingga kebijakan-kebijakan yang kemudian dilahirkan tidak kunjung berpihak pada kebaikan dan perbaikan bangsa, agama dan umat jangka panjang secara memadai.

Dalam konteks ini, kehadiran ulama sebagai agen kebaikan dan perbaikan dalam dunia perpolitikan, sejauh ini, belum mampu mengurai persoalan. Pengaruh ulama dalam politik dan kebijakan politis-pemerintahan masih belum cukup kuat. Hal ini ditandai dengan minimnya nasihat-nasihat ulama yang terealisasikan dalam praktek politik dan kebijakan politis-pemerintahan. Lemahnya pengaruh ulama dalam kebijakan politis, bukan karena kaum ulama tidak bekerja secara maksimal dalam mencerahkan maupun menyampaikan pesan-pesan kebaikan dan perbaikan. Ulama sudah bekerja cukup maksimal sesuai kapasitas yang dimiliki. Tetapi ada persoalan lain yang membuat dakwah ulama diterima secara dhahir tetapi diabaikan dalam kebijakan.

Belum cukup kuat

Dalam telaah penulis, ada dua faktor paling dominan yang membuat pengaruh ulama belum cukup kuat. Pertama, kehadiran ulama dalam dunia politik, baik secara struktural maupun kultural, tidak dibarengi dengan nilai tawar politik yang cukup kuat. Sehingga pemain-pemain politik kerap hanya menerima kehadiran ulama sebatas sebagai pelengkap semua unsur demi kepentingan stabilitas politik semata, tanpa ada keseriusan menampung aspirasi keulamaannya. Hal ini tentu disebabkan oleh posisi ulama dalam politik yang masih lemah. Sejauh ini kehadiran ulama dalam politik berada pada posisi pendukung lepas bagi kandidat politik praktis tertentu dan dalam konteks politik-pemerintahan ulama berada pada posisi penasehat bagi pemegang kewenangan. Kedua posisi ini secara politis tidak memiliki nilai tawar yang cukup kuat. Sehingga nasehat ulama bisa saja didengar dengan cukup baik tetapi kerap kali tidak terealisasikan secara baik dan serius dalam kebijakan.

Kondisi ini akan menjadi semakin parah apabila kekuatan politik berada di tangan orang-orang yang tidak memiliki kemauan atau kemampuan untuk memahami konsep-konsep yang ditawarkan oleh ulama. Lemahnya kemauan bisa jadi karena lemahnya karakter dan kesadaran personal politisi terhadap idealism, kebaikan dan perbaikan yang menjadi substansi dakwah ulama. Hal ini berimbas timbulnya benturan kepentingan dan misorientasi antara kedua elemen ini. Sementara lemahnya kemampuan bisa jadi diakibatkan oleh lemahnya pengetahuan dasar politisi akan prinsip-prinsip dasar idealisme kebaikan dan perbaikan yang didakwahkan ulama. Sehingga walaupun sang politisi memiliki niat baik, tetapi dalam praktiknya apa yang ditawarkan ulama tidak terterjemahkan dalam kebijakan-kebijakan di lapangan secara tepat. Apalagi, kesibukan masing-masing membuat komunikasi untuk membangun kesepahaman antara keduanya sulit terjalin secara intens dalam kapasitas yang memadai.

Kedua, mengkristalnya paradigma berpikir di kalangan umat dalam berbagai level yang menempatkan ulama sebagai komunitas yang ekslusif dalam bidang keagamaan. Hal ini menimbulkan kesan seolah-olah ulama hanya memiliki kapasitas mengurusi bidang keagamaan dan tidak relevan mengurusi bidang-bidang kehidupan umat lainnya, terlebih politik. Paradigma ini adalah peranakan dari pemikiran sekular-liberal yang mendikotomikan antara agama dan politik. Dalam kondisi seperti ini, pengaruh ulama dalam sektor kehidupan non keagamaan, termasuk politik dan pemerintahan menjadi sangat lemah. Padahal nilai-nilai Islam yang didakwahkan ulama harus menyasar semua sektor kehidupan. Karena sebagai agama yang universal, Islam tidak hanya mengatur tentang peribadatan dhahir semata tetapi juga menjadi konsep kehidupan secara komprohensif.

Dua faktor ini menjadi pangkal tidak cukup kuatnya pengaruh ulama dalam politik yang berimbas tidak tertatanya politik dengan baik. Baik dalam aktivitas politik praktis maupun dalam pemerintahan. Padahal politik berperan penting dalam proses pembangunan peradaban sebuah bangsa. Sebab politik adalah sumber kekuatan strategis yang mampu menggiring bangsa ke arah yang lebih baik atau sebaliknya, ke arah yang lebih buruk. Jika diibaratkan sebagai sebuah persalinan, politik adalah rahim tempat lahirnya pemimpin dan kebijakan-kebijakan publik yang strategis sebagai manifestasi perencanaan bagi masa depan bangsa dalam berbagai sektor. Tentu saja anak yang dilahirkan tidak bisa dipisahkan dari karakter sang ibu. Politik yang baik akan membuka harapan lahirnya pemimpin dan kebijakan publik yang baik pula. Sebaliknya, politik yang buruk hanya akan melahirkan parasit dan predator bagi masa depan.

Pelopor kebaikan

Oleh karena demikian, politik tidak bisa dianggap sebagai lahan kosong yang bisa ditelantarkan. Kaum ulama sebagai pelopor kebaikan dan perbaikan seyogyanya hadir secara serius dan kontinyu dengan pengaruh dan konsep yang cukup kuat untuk mengintervensi politik dengan nilai-nilai idealisme, kebaikan dan perbaikan. Apabila dalam posisi berada di posisi yang lemah dalam politik praktis, pengaruh ulama tidak kunjung membawa perubahan ke arah yang lebih baik, umat harus siap mendukung sepenuh hati agar ulama menduduki posisi strategis dalam politik praktis untuk memperkuat eksistensi dan pengaruhnya dalam perbaikan.

Melihat kondisi perpolitikan yang tak kunjung membuat kita merasa optimistis akan menuju ke arah yang lebih baik, serta kekhawatiran kita akan semakin mengkristalnya pemikiran secular-liberal yang melemahkan eksistensi agama dan ulama dalam politik hingga akhirnya politik akan semakin jauh dari nilai-nilai agama, maka sejauh pemikiran penulis, sudah sampai saatnya ulama menjadi umara. Artinya, kaum ulama harus memegang kendali pemerintahan untuk memperbaiki kondisi perpolitikan dan meluruskan paradigma politik sesat yang sudah begitu mengkristal.

Ulama terjun dalam politik praktis dengan mencalonkan diri sebagai kepala pemerintahan memang tidak begitu populis. Mengingat selama ini ulama lebih cendrung menjadi pendukung kandidat lain dalam pilkada dan menjadi pendamping bagi leader pemerintahan. Selain itu juga adanya kekhawatiran bahwa jika seorang ulama terjun dalam politik praktis, marwah keulamaannya akan terkotori oleh stigma politik yang negatif. Namun pertanyaan mendasar, jika ulama tidak kuat dalam politik, pada siapa kita berharap perbaikan?

Sejauh ini, ulama dalam posisi “mendampingi umara” tidak kunjung kuat untuk memperbaiki keadaan. Maka sudah sepantasnya wasaf imarah (keumaraan) harus menyatu dengan ulama. Artinya, sudah saatnya yang menjadi umara adalah ulama. Ulama menjadi umara memang bukan hal yang mutlak dan substansial. Substansialnya adalah bagaimana ulama harus memiliki power yang cukup untuk melakukan perbaikan. Manakala perbaikan tidak mampu dilakukan oleh ulama tanpa menjadi umara maka menjadi umara adalah pilihan yang harus dipilih walau sulit dan penuh pengorbanan. Tentu, ulama yang dimaksud adalah ulama yang memiliki karakter yang kuat, wawasan politik yang luas serta memiliki naluri untuk berpolitik.

* Tgk. Ihsan M. Jakfar, Ketua Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA), mahasiswa Fakultas Dakwah IAI Al-Aziziyah Samalanga, Bireuen. Email: ihsan_jeunieb@yahoo.com

Sumber: http://aceh.tribunnews.com/2016/07/29/saatnya-ulama-menjadi-umara.

Sabtu, 08 Oktober 2016

Malam Ini Tu Sop Isi Pengajian Tastafi Bulanan di Lamlo


TUSOP.COM, Lamlo - Malam ini, Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab atau biasa disapa Tu Sop mengisi pengajian Tasawuf, Tauhid dan Fiqih (Tastafi) rutin bulanan di Mesjid Kecamatan Lamlo, Pidie, Sabtu 8 Oktober 2016. Pengajian ini dilaksanakan rutin setiap malam Minggu akhir bulan dan sudah mulai berjalan sejak bulan Februari 2016.

Pengajian ini selain bisa diikuti langsung, juga bisa disimak melalui frekuensi beberapa Radio. Yaitu Radio Yadara FM, 92.8 MHz, Radio Mutiara FM, dan juga bisa disimak via live streaming di www.dayahmultimedia.com dan www.tusop.com.

Sebelumnya, pada Kamis malam, Tu Sop juga mengisi pengajian bulanan di Masjid Besar Baitul Kiram, Pandrah dan pada Jumat malam di masjid Baitunnur peudada, Jumat Ketiga di Masjid Tgk di Awe Geutah, malam Kamis akhir Bulan di Masjid Kecamatan Plimbang dan Jumat kedua di Alun-Alun Kota Geurugok.

Tu Sop-dr. Pur Silaturrahmi Dengan Ribuan Masyarakat Samalanga

Masyarakat antusias mendengar pencerahan politik dari Tu Sop

TUSOP.COM, Samalanga - Bakal calon Bupati-Wakil Bupati Bireuen dari jalur independen, Tgk H Muhammad Yusuf Abdul Wahab-dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG (Tu Sop-dr. Pur) melakukan silaturrahmi dengan ribuan masyarakat kecamatan Samalanga, Sabtu 8 Oktober 2016. Kegiatan tersebut dilaksanakan di gampong Pulo Baroh, Batee Iliek, Kecamatan Samalanga.

Pantauan tusop.com, Tu Sop hadir ke tempat acara di damping oleh calon wakil dr. Purnama Setia Budi, Sp.OG, ketua Tim Pemenangan, Abi Nasruddin Judon dan sejumlah rambongan lainnya. Sementara sekitar 3000-an masyarakat sudah terlebih dahulu memadati tempat acara sejak pagi.

Kegiatan silaturrahmi ini diisi dengan pencerahan politik yang disampaikan oleh Abi Nasruddin Judon dan Tu Sop sendiri. Dalam pencerahannya, Tu Sop menggambarkan bahwa budaya dan perilaku politik dewasa ini sudah jauh bergeser dari nilai-nilai etika dan agama. Dimana politik menjadi ajang fitnah menfitnah, caci maki dan ghibah. Kondisi ini menurut Tu Sop tidak bisa dibiarkan. Sebab akan menjadi predator bagi masa depan bangsa, agama dan umat itu sendiri.

“Harus ada pergerakan rakyat secara kolektif untuk menumbuhkan kesadaran dan kesepahaman bersama guna memperkuat budaya politik positif dan menghindari perilaku dan budaya politik kotor. Sudah. Sudah cukup politik menjadi ajang dosa”, tegas Tu Sop. (IJ)
Tu Sop sedang menyampaikan pencerahan politik
Ibu-ibu juga turut hadir

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.