Jumat, 10 Februari 2017

“Bireuen dalam Gelombang Arus Kebaikan dan Perbaikan”



    
Tu Sop menyampaikan orasi politik di lapangan Blang Asan Peusangan, Bireuen
     
Arus Perbaikan
, Bireuen – Selasa 7 Januari 2017, Sejak menjelang siang hari, puluhan ribu massa mulai memadati lokasi kampanye Tgk. H. M. Yusuf Abdul Wahab (Tu Sop) – dr Purnama Setia Budi di lapangan Blang Asan, Peusangan. Selain tim Tu Sop – dr Pur, ketua tim pemenangan Tgk Nasruddin Judon (Abi Nas Jeunieb), dalam rombongan, ikut hadir juga ulama kharismatik Aceh, Abu Kuta Krueng. Massa datang dari berbagai kecamatan dalam wilayah Bireuen. 

          Dari arah barat, massa berdatangan mulai dari Kecamatan Gandapura, Kuta Blang,Peusangan, Peusangan Selatan dan Peusangan Siblah Krueng. Dari arah timur, massa mulai berdatangan dari Kecamatan Samalanga, Simpang Mamplam, Batee Iliek dan seterusnya. Tidak bisa ditaksir persis berapa jumlah massa yang datang, namun dari foto drone menujunjukkan arena kampanye Tu Sop-dr Pur disesaki lautan manusia berpakaian putih.

          Kehadiran gelombang manusia ini tidak lain adalah karena kerinduan akan kebaikan dan perbaikan Bireuen yang digagas oleh Tu Sop, guru spiritual mereka selama ini. Sebagaimana diketahui, Tu Sop adalah ulama muda Aceh yang berdomisili di Jeunieb yang sangat konsisten membina masyarakat, memberi motivasi bagi mereka untuk selamat hidup di dunia dan juga di akhirat. Di tengah massa, sebuah dibentangkan sebuah spanduk oleh massa yang berbunyi “Rakyat Bireuen Bangkit Memperbaiki Orang Kuat, dan Memperkuat Orang Baik”.


Abu Kuta Krueng Ajak Warga dukung Tu Sop
          Cita-cita memperkuat arus kebaikan dan perbaikan yang ditawarkan Tu Sop selain mendapat sambutan dari masyarakat, juga mendapat apresiasi dari salah satu ulama kharismatik Aceh, Abu Kuta Krueng. Di usianya yang sudah uzur, Alhamdulillah Abu Kuta menyempatkan diri untuk hadir dalam kampanye akbar pasangan Tu Sop – dr Pur.

          Nyoe ata yang goet. Keupue ata laen. Pileh ata yang ka jelas goet (kalau ada yang baik, maka kita harus pilih yang baik. Dan pasangan ini (Tu Sop –dr Pur) adalah pasangan yang sudah jelas baik, red), “ begitu ringkasnya orasi Abu Kuta Krung. 

          Antusiasme besar dari warga Bireuen ini menandakan ada kerinduan besar dari masyarakat Bireuen akan hadirnya kebaikan dan perbaikan. Apalagi, ketika sekitar jam 15.30 Wib saat menyampaikan orasinya, Tu Sop juga mengajak warga Bireuen untuk menyertai perjuangannya dalam memperkuat arus kebaikan dan perbaikan. Sebab, menurut Tu Sop, arus gerakan kebaikan dan perbaikan tidak bisa hanya dilakukan oleh pemimpin, tetapi harus melibatkan seluruh rakyat.

          Sepertinya, Bireuen betul-betul sedang berada di ambang kebaikan dan perbaikan secara menyeluruh jika Allah Swt mengizinkan. Cita-cita Tu Sop untuk membenahi Bireuen yang dimulai dengan perbaikan akhak telah seringkali disampaikannya saat sebelumnya menyampaikan orasi politik dari satu desa ke desa lainnya, satu kecamatan ke kecamatan lainnya yang ternyata mendapat antusiasme sangat luar biasa dari masyarakat. Sepertinya, masyarakat betul-betul rindu perubahan, rindu pada kebaikan dan perbaikan yang juga cita-cita Tu Sop.


          “Kehadiran kita hari ini disini tidak lain adalah untuk memperkuat arus kebaikan dan perbaikan. Saya terharu karena yang hadir hari ini di luar dugaan saya. Saya yakin, ini adalah wajah-wajah ikhlas yang merindukan arus kebaikan dan perbaikan. Jika saya lebih duluan kembali kepada Allah Swt, maka lanjutkanlah perjuangan ini, : ujar Tu Sop.
 
          Tu Sop lalu bertanya kepada massa, kalau ada yang kasih uang 100 ribu mengajak memilih dia, maukah bapak-bapak ibu-sekalian? Tanya Tusop. “Tidaaaaakkk, “ jawab massa serentak. Kalau dikasih 200 ribu, “Tidaaaaaaaak,” jawab massa. Kalau dikasih 300 ribu? Tidaaakkkk jawab massa”. Bagaimana kalau dikasih 1 Juta?, “Tidaaaaaakkkk,” jawab massa.

          Dengan jawaban ini, sepertinya, warga Bireuen sudah betul-betul siap menyongsong arus kebaikan dan perbaikan bersama Tu Sop – dr Pur, calon Bupati dan wakil Bupati Bireuen nomor urut 3. Insya Allah. [bahri/alfadhal]

Berikut video Kampanye Akbar Tu Sop - dr Pur

         

[Salam Redaksi] Tu Sop Berikan Keteladanan Politik

          ARUS KEBAIKAN - Tidak salah ketika masyarakat selama ini melihat politik sebagai sesuatu yang kotor. Sebab, itulah realitasnya. Dan seperti itulah masyarakat diajarkan secara langsung maupun tidak langsung oleh perilaku para pelaku politik. Budaya rusak ini terus menerus dipraktekkan sebagian pelaku politik. Hina menghina, caci mencaci, hujat menghujat, money politik (politik uang-sogok menyogok) seakan dianggap sebagai sesuatu yang lumrah dan biasa-biasa saja. Kita lupa bahwa ada kehidupan abadi setelah kematian, itulah kehidupan akhirat sebagai sesuatu yang pasti.
 
         Akibatnya, politik telah menjadi arena “bebas nilai” yang mana ini sesungguhnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Ketika Nabi Muhammad Saw diangkat sebagai Rasul, visi terbesar beliau adalah memperbaiki akhlak. Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku diutus oleh Allah Swt adalah untuk menyempurnakan keluhuran akhlak manusia”. Itu artinya, Islam tidak menghendaki politik yang bebas nilai. Islam menghendaki nilai-nilai Islam diimplementasikan dalam setiap dimensi kehidupan.

          Sesuai dengan prinsipnya, Islam menghendaki terjadinya perubahan dalam semua dimensi kehidupan karena memang  Islam adalah agama peradaban. Bagi kita umat Islam, meskipun dunia diciptakan untuk kita, akan tetapi kita diciptakan untuk akhirat. Maka lahirnya perilaku Islami dalam dalam setiap sendi kehidupan adalah sebuah keharusan.

          Di satu sisi, Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Ayah Sop atau Tu Sop Jeunieb menyadari betul realitas politik bebas nilai selama ini. Dan di sisi lain, Tu Sop juga paham betul bagaimana idealisme Islam dalam berpolitik. Tu Sop paham betul bahwa setiap perilaku politik seharusnya sesuai dengan nilai-nilai Islam, bukan justru Islam dijauhi dari politik. Maka ketika Tu Sop memutuskan turun ke gelanggang politik, dan lalu memutuskan maju sebagai calon Bupati Bireuen dari jalur independen, hal ini sangat dipahami. Ada kegelisahan mendasar nurani beliau sebelum kemudian beliau maju dalam Pilkada Bireuen. Tu Sop maju melalui jalur non partai agar tidak ada beban apapun di pundak beliau, agar beliau lebih leluasa menyampikan idealisme politik Islam.

          Idealisme politik Islam yang disampaikan Tu Sop juga bukan hanya bualan belaka. Banyak bukti yang telah beliau nampakkan. Ketika Tu Sop diserang dengan berbagai macam fitnah keji, beliau hanya tersenyum dan mendo’akan mereka, sebab bagi Tu Sop, fitnah dan hinaan itu tidak akan membuat hina orang yang difitnah dan dihina tersebut, melainkan hinaan itu akan kembali kepada mereka sendiri. Sebab, Islam mengecam orang yang suka memfitnah, bukan orang yang difitnah.

          Ketika spanduk dan baliho Tu Sop – dr Pur dirusak “orang tak dikenal”, berkali-kali Tu Sop menasehati para relawannnya untuk tidak membalas perbuatan keji tersebut. Nasehat itu pun sangat didengar oleh para relawannnya. Maka tidak ada pembalasan dari relawan Tu Sop, meskipun massa Tu Sop jelas sangat banyak di Bireuen. Sebab, bagi Tu Sop, ia hadir dalam Pilkada Bireuen adalah untuk sebuah cita-cita perubahan, memperkuat arus kebaikan dan kebaikan.

          Saat Tu Sop memberi sambutan dalam deklarasi Pilkada damai pada 18 November 2016 yang lalu, Tu Sop mengatakan: “Pemilu damai adalah sesuatu yang urgen sekali, di saat kita berada di dalam persaingan global. Jangan sampai kita bagaikan domba-domba yang sedang bertarung di kandang macan.Yang kalah dimakan macan, yang menang di makan macan kalau kita kalah dalam persaingan global.” Oleh sebab itu, kata Tusop lagi, mari kita sayangi anak-anak kita. Anak-anak kita akan lahir di negeri ini. Buatlah negeri ini yang nyaman untuk mereka. Tusop juga melarang sorak-sorak “hidup Tu Sop” karena beliau sadar hidup ini hanyalah sebuah pengabdian, sementara pada saatnya kita semua akan kembali kepada Allah Swt.

          “Saya minta kepada timses untuk tidak usah sorak-sorak "Hidup tusop", karena saya pasti mati. Maka oleh karena itu, siapapun boleh menang, baik no 1, 2 3 4 dan 5. Asal anak-anak kita berada di dalam negeri yang memiliki peradaban dan mampu bersaing secara global,”kata Tusop. Tidak hanya itu, Tu Sop juga menegaskan bahwa kehadirannya dalam Pilkada Bireuen semata-mata adalah untuk kedamaian. Beliau tidak mencari musuh. “Oleh karena itu saya hadir untuk sebuah kedamaian. Tidak Ada Musuh Di Antara Kita, yang ada adalah persaingan, bukan permusuhan!, “ pungkas Tusop saat itu yang disambut tepuk tangan Muspida Bireuen.

          Sesungguhnya, akhlak dan keteladanan seperti inilah yang dibutuhkan bangsa kita saat ini, khususnya saat kita begitu minim keteladanan dari para elit dan pembesar negeri ini. Sungguh, negeri ini tidak bisa dibangun tanpa keteladana. Negeri ini tidak bisa dibangun tanpa akhlak.

          Oleh sebab itu, perbaikan akhlak adalah awal dari segala perubahan. Itulah misi utama Tu Sop melibatkan diri dalam politik. Sesungguhnya, perbaikan akhlak, penguatan arus kebaikan dan perbaikan adalah jawaban dari problem besar yang menimpa negeri ini dewasa ini. Negeri kita terpuruk bukalah karena kekurangan pakar pertanian, pakar pendidikan, pakar politik, pakar mesin, pakar ekonomi, pakar keuangan dan pakar-ahli lainnya, sesungguhnya kita surplus (kelebihan) kaum intelektual dan pakar. Tapi kita punya masalah pada moral dan akhlak. Dan masalah ini kemudian menghadirkan ketimpangan dalam berbagai ranah kehidupan.

          Oleh sebab itu, jangan aneh ketika mendengar seorang ahli hukum mempermainkan hukum. Jangan merasa aneh ketika pakar politik justru membela perilaku politik busuk. Jangan aneh ketika melihat seorang ekonom yang pro riba-neoliberal dan kapitalisme. Semua itu karena pertahanan moral dan akhlak bangsa ini telah ditembus oleh kepentingan dunia yang materialistik. Akhirat menjadi sesuatu yang terlupakan, meskipun ia adalah sesuatu yang pasti. 

Atas realitas inilah Tu Sop memutuskan untuk maju dalam Pilkada Bireuen, menjadi “martir” perubahan pola pikir masyarakat Bireuen yang selama ini terus menerus “ditipu” dengan pandangan bahwa politik itu kotor dan orang baik tidak perlu membersihkan politik yang kotor itu. Oleh sebab itu, selayaknya gagasan dan kehadiran Tu Sop ini kita sambut dengan antusiasme tinggi dengan memenangkannya dalam Pilkada Bireuen sehingga Tu Sop – dr Pur memiliki power yang lebih untuk merealisasikan gagasan arus kebaikan dan perbaikan yang dicanangkannya. Wallahu a’lam bishshawab. [sumber: Tabloid Arus Kebaikan]

Selasa, 07 Februari 2017

[Testimoni] Apa Kata Sejumlah Aktivis Aceh tentang Tu Sop?



Tu Sop Saat Menyampaikan Orasi Politik dalam Kampanye Akbar di Peusangan, 7/2/2017

Inspirasi Bagi Banyak Orang
 
Tu Sop Jeunieb adalah inspirasi  bagi banyak orang, terutama bagi saya pribadi.  Dimana orang baik dan berilmu pengetahuan mumpuni dan yang terpenting beliau sebagai ulama panutan ummat mau peduli dan terjun ke dunia yang menurut sebagian besar adalah kotor,yaitu dunia politik.

Ditengah masih kentalnya pemahaman sekuler yang memisahkan kekuasaan (pemerintahan)  dengan agama, Tu Sop muncul untuk menyakinkan kita akan pentingnya kehadiran nilai-nilai agama dalam kekuasaan. Tujuannya adalah untuk memperkuat yang baik dan memperbaiki yg kuat. “Ulama yang tidak peduli dengan politik, maka akan dipimpin oleh para politisi yang tidak peduli kepada ulama”

Tgk Fadhil Rahmi, Lc
Ketua Ikatan Alumni Timur Tengah (IKAT) Aceh.



Sosok yang Bisa Menyatukan Ummat
Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab yang saya kenal bukan hanya sorang ulama, tapi juga seorang intelektual muslim yang cerdas yang berpikir modern, juru dakwah sekaligus pengusaha. Pemikiran beliau sangat sesuai dngan konteks kekinian,  selain paham tentang dayah, beliau juga paham tentang dunia kampus hingga birokrasi. 

Sejauh saya amati, beliau adalah seorang ulama dayah yang terbuka kepada semua pihak. Pemikiran beliau bisa menyatukan dan menjembatani antara kalangan dayah dgn kalangan kampus/ akademisi.  Hemat saya, hal inilah yang menyebabkan sosok beliau dikenal baik dan dakwahnya diterima banyak kalangan dari kalangan dayah/santri, pemuda, masyarakat umum hingga kalangan kampus/akademisi.

Pemahaman yang ditanamkan oleh beliau tidak terpaku pada pemikiran klasik, akan tetapi lebih modern dengan tetap belandaskan Islam berbadis dayah. Dapat di simpulkan sosok Tu Sop adalah seorang ulama yang intelek, dan intelek yang ulama.                     

Bahkan, beliau juga bisa dikatakan sebagai seorang motivator. Lisan beliau sangat tertata dengan rapi yang bisa menjadi tuntunan, motivasi bagi kita dan menyejukkan hati siapa saja.

Alimuddin Armia
Ketua Umum Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia ( PII ) Aceh Periode 2014-2016


Sulit Menemukan Ulama Seperti Tu Sop
Tu Sop adalah sosok yang patut kita apresiasi. Sulit sekali sekarang kita menemukan ulama yang berfikir konprehensif seperti Tu Sop. Beliau mau turun langsung ke dalam dunia politik yang selama ini oleh sebagian ulama dipandang tabu. Semestinya sifat ulama dan umara harus berkumpul pada setiap pemimpin dan ulama. Makanya kekuasaan harus dipegang oleh orang baik dalam arti punya kesadaran dan ketrampilan beragama.

Basri Effendi, SH
Ketua Pemuda Dewan Dakwah Aceh.


Intelektualitas Tu Sop Tidak Diragukan Lagi

Siapa yang tidak mengenal Tgk H Muhammad Yusuf Abdul Wahab, anak didiknya memanggilnya 'Ayah',  kebanyakan yang lain memanggilnya Tu Sop.  Ulama yang dikenal santun dan bersahaja ini juga dikenal sebagai intelektual dari dayah. Walaupun beliau tidak menempuh pendidikan formal sampai ke jenjang starta dua atau tiga, namun tingkat intelektualitasnya tidak diragukan lagi.

Memimpin sebuah lembaga pendidikan adalah profesi yang tidak bisa dipisahkan dengannya, sepengentahuan saya beliau sangat peduli untuk perkembangan lembaga pendidikan yang beliau pimpin, tidak hanya sebatas dayah modern namun lebih dari itu.
Di lain kesempatan beliau juga kerap diundang untuk menjadi pemateri atau penceramah dari berbagai instansi pemerintah, kampus, dan organisasi kemasyarakatan lainnya. 

Bagi saya Tu Sop adalah seorang intelektual dayah yang moderat, beliau adalah ulama juga umara, tidak kaku, diterima dari semua kalangan dan tidak berlebihan kalau beliau dinobatkan sebagai duta pemersatu umat di Aceh.

Shafwan Bendadeh
Sekretaris Umum DPW BKPRMI Aceh
 

Senin, 06 Februari 2017

Biografi dr Pur, Sosok Dokter Yang Profesional dan Idealis


 
Bagi saya, mendorong perubahan yang lebih baik bagi masyarakat Bireuen adalah sebuah panggilan nurani, walaupun harus mundur dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), meninggalkan semua kenyamanan dan pendapatan yang jauh lebih besar saya peroleh sebagai seorang dokter spesialis adalah konsekuensi yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan peluang perubahan yang insya Allah mampu saya lakukan jika berada dalam sistem

*Purnama Setia Budi*


Dokter Yang Profesional dan Idealis

            Tusop.com | Sebagai seorang dokter, dr. Purnama Setia Budi, Sp OG sedikit berbeda dari kesan dokter pada umumnya. Hal ini dapat dilihat dari kesehariannya, baik selama menjalani profesinya selaku dokter, maupun saat bersosialisasi dengan beragam aktifitasyang ditekuninya. Kesan tersebut tersirat dari sejumlah pengakuan para sahabat dan pasien yang pernah berhubungan dengan beliau. Selain dianggap ramah dan profesional, dr. Purnama juga dinilai sangat peduli dengan masalah-masalah sosial dan isu-isu kesehatan dan tata pemerintahan.
           

            Selama menjalankan tugasnya di Bireuen, dr. Purnama kerap terlibatdalam beragam kegiatan sosial seperti kegiatan penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga tidak mampu, sunatan gratis bagi anak yatim dan kurang mampu, mendukung aktifitas para relawankemanusiaan dan taman baca anak, sampai mengisi sejumlah acara sosialisasi kesehatan bagi para ibu-ibu. Hal ini tidak saja ditekuni selama beliau menjadi dokter, bahkan saat menyandang status sebagai mahasiswa kedokteran pun dr Purnama telah dikenal sebagai sosok aktivis yang begitu peduli dengan isu-isu kesehatan dan kemanusiaan.


            Kepedulian terhadap persoalan dan nilai-nilai kemanusian membuatnya dekat dan sering mengisi ruang-ruang diskusi bersama para aktivis sosial. Hal ini yang kemudian menguatkan tekatnya untuk masuk ke dalam sistem, untuk terlibat langsung merubah sistem birokrasi dan program sehingga pembangunan di Bireuen dapat lebih berpihak pada orang-orang kurang mampu dan terpinggirkan dari pembangunan.


            Pilihan ini tentu tidak mudah, di satu sisi ada desakan nurani untuk terjun langsung ke dalam sistem guna mendorong perubahan yang lebih baik, tapi disisi lainnya harus berkorban dengan meninggalkan semua kenyamanan yang telah dinikmatinya sebagai seorang dokter. Pilihan-pilihan ini tentu menyulitkan bagi orang lain, akan tetapi berbeda bagi dr. Purnama.


            “Bagi saya, mendorong perubahan yang lebih baik bagi masyarakat Bireuen adalah sebuah panggilan nurani, walaupun harus mundur dari Pegawai Negeri Sipil (PNS), meninggalkan semua kenyamanan dan pendapatan yang jauh lebih besar saya peroleh sebagai seorang dokter spesialis adalah konsekuensi yang tidak seberapa bila dibandingkan dengan peluang perubahan yang mampu dilakukannya jika berada dalam sistem, “ ujar dr Pur kepada redaksi Arus Kebaikan via Whatsapp, Senin, (6/2/2017).


            Keyakinan tersebut semakin tumbuh dan kuat ketika beliau bertemu dengan sosok karismatik Tgk. H.M Yusuf Abdul Wahab (Ayahanda Tu Sop), kesamaan pandangan politik dan visi pembangunan yang beliau temukan pada ayahanda Tu Sop makin memperteguh tekat dan keyakinannya untuk terjun ke politik. Alhasil, Tu Sop dan dr Pur merupakan sebuah kombinasi yang langka ditemukan pada pemimpin-pemimpin yang telah ada selama ini
           
            “Bagi saya, sosok ayahanda Tu Sop bukan sekedar seorang Ulama, ayahanda Tu Sop adalah perpaduan antara intelektual dan ulama, “ kata dr Purnama.


*Anak Mantan Anggota DPRK Aceh Utara*
            Lahir di Gampông Jawa Lama, Lhokseumawe pada 5 Maret 1978, sebagai anak bungsu dari enam bersaudara yang berasal dari pasangan sederhana. Bapak saya Alm. M Nurdin, kelahiran desa geudong geudong, Kota Juang, adalah seorang mantan prajurit RPKAD (Resimen Para Komando Angkatan Darat), kesatuan elit yang sekarang disebut Kopassus.

            “Sedangkan ibu saya Alm. Maimunah Ibrahim, kelahiran Peudada, adalah seorang guru di Sekolah Menengah Atas, dan sempat pula menjadi anggota DPRK Aceh Utara dua periode (1994-2004) mewakili DAPIL Peudada saat Bireuen masih bersama kabupaten Aceh Utara. Dari kedua orang tua, saya memperoleh didikan ilmu-ilmu agama dan kedisiplinan yang kuat, sehingga membuat saya berhasil menyelesaikan pendidikan dokter dan menjadi pelayan masyarakat di bidang kesehatan sampai saat ini, “ ujar dr Pur.

            dr Pur mengatakan, ia merasa cukup beruntung mendapatkan pendidikan yang cukup sejak masa kecil, dikarenakan memiliki orang tua yang sangat memperhatikan pendidikan. Dimulai dari pendidikan dasar di SD Negeri 2 Lhokseumawe, dilanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Lhokseumawe dan kemudian SMA Negeri 1 Lhokseumawe.

            “Praktis masa kecil saya lalui di kota yang terkenal dengan julukan “Petrodollar” ini, yang saat itu merupakan ibukota bersama kabupaten Bireuen dan Aceh Utara sebelum dimekarkan. Tak berbeda jauh dari anak-anak lain, dimasanya saya juga aktif terlibat dalam kepanduan Pramuka dan aktif terlibat dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sebagai ketua.

            dr Pur mengatakan, ia bersyukur Alhamdulillah karena setamat dari SMA ia mendapatkan undangan untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK-USU) Medan.

            “Selama perkuliahan pula saya melibatkan diri aktif di sejumlah organisasi, diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pemerintahan Mahasiswa (PEMA) FK-USU, PEMA USU, ISMKI (Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia), KMPAN ( Komite Mahasiswa Pemuda Aceh Nusantara), IPTR (Ikatan Pemuda Tanah Rencong) dan juga Sekjend di Kelompok Aspirasi Mahasiswa FK-USU. Selama pendidikan di medan saya tinggal di Asrama mahasiswa Aceh dan pesantren Miftahussalam di bawah pimpinan Abu Syihabuddin Syah atau yang sering dikenal dengan Abu keumala. Dan selesai pendidikan kedokteran pada 2004, saya pun memilih pulang mengabdi di kabupaten Bireuen, kampung halaman saya, “ ujar dr Pur bercerita.

Memulai kehidupan di Bireuen, selain menjadi dokter di RSUD dr. Fauziah, dr Pur juga
pernah menjadi pengurus KNPI Kabupaten Bireuen pada (2007-2010), dan ikut terlibat dalam
team relawan kemanusiaan bencana tsunami pada 2004 lalu.

            “Pada tahun 2007, saya kemudian melanjutkan pendidikan spesialis Obstetri danGinekologi di Universitas Sriwijaya (UNSRI) Palembang. Selesai pendidikan pada 2012, saya langsung kembali bertugas RSUD dr. Fauziah sebagai ahli kandungan sampai sekarang, “ ujar dr Pur. [bahri/arus kebaiakan]

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.