Jumat, 20 Oktober 2017
Tu Sop Ingatkan Semua Elemen Masyarakat Aceh Agar Manfaatkan Kekuasaan untuk Islam
Refleksi Hari Santri, Tu Sop Jeunieb Minta Santri Jangan Diamkan Kebenaran
![]() |
Tu Sop mengisi pengajian di geuleumpang Tiga, Pidie, 20 Oktober 2017 |
Jumat, 15 September 2017
Sabtu Malam, Tu Sop Pimpin Istighatsah Rohingya di Bireuen
Tusop.com, Bireuen | Sabtu malam (16/9), Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab yang biasa disapa Tu Sop akan memimpin istighatsah untuk Rohingya di Mesjid Agung Sultan Jeumpa, Bireuen. Kegiatan ini diselenggarakan oleh sejumlah ormas dan OKP yang berada di Kabupaten Bireuen.
Berdasarkan keterangan panitia, acara akan mulai pada pukul 19:30 dengan rangkaian acara; shalat ghaib, tausiah, zikir akbar dan donasi untuk rohingya.
Panitia mengajak seluruh kaum muslimin dan muslimat untuk ambil bagian dalam acara yang diberi tema "gerakan peduli Rohingya" ini. (admin)
Rabu, 13 September 2017
Mencari Nafkah Juga Bisa Jadi Ibadah
Tusop.com | Memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar anak dan istri adalah kewajiban seorang kepala keluarga. Tak pelak, untuk memenuhi tanggungjawab ini, seorang kepala keluarga harus berpikir keras dan berikhtiar sekuat tenaga. Tak sedikit yang malah harus banting tulang dan bermandikan keringat setiap harinya.
Dalam persoalan rizki, banyak orang mengira, bekerja mencari rupiah adalah soal dunia semata. Padahal tidak. Bekerja bisa jadi ibadah. Selama berkerja dibangun atas niat yang baik, dilakukan dengan cara yang baik dan diperuntukkan pada jalan kebajikan.
Menafkahi keluarga adalah cara yang mulia dan bijaksana dalam menginfakkan harta pada jalan kebajikan. Betapa tidak, memberi nafkah adalah kewajiban. Dan menunaikan suatu kewajiban adalah cara terbaik untuk beribadah.
Maka jangan malas atau sungkan berkerja untuk mencari nafkah. Karena mencari nafkah juga bisa jadi ibadah.
Senin, 04 September 2017
Teguh Ditengah Terpaan 'Badai' Kehidupan
Tusop.com | Istiqamah dalam ketakwaan adalah tuntutan yang paripurna. Dalam berbagai kepentingan, meneguhkan diri dalam ketakwaan lebih dari segalanya. Dinamika dan lika-liku kehidupan tidak boleh memudarkan apalagi meruntuhkan semangat bertahan dalam kebajikan.
Meneguhkan diri dalam ketakwaan ditengah terpaan kepentingan dan peliknya lika-liku kehidupan memang bukan persoalan gampangan. Tetapi tiada pilihan lain. Istiqamah dalam kebajikan atau hancur dalam kepingan dosa. Memilih berhenti menjadi orang baik karena kepentingan duniawi adalah pilihan paling keliru yang harus dibayar mahal.
Untuk membentuk hati yang teguh, perlu sebuah kesadaran bahwa hidup adalah ujian. Problematika kehidupan adalah lembaran kertas ujian yang harus dijawab secara tepat berdasarkan tuntunan. Dan dalam setiap 'menjawab' dinamika kehidupan, pastikan coretan-coretannya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. Bukan berdasarkan selera, apalagi hawa nafsu.
Rabu, 30 Agustus 2017
Jangan Gengsi! Minta Maaf Bukan Pekerjaan Hina
Tusop.com | Dalam interaksi keseharian dengan keluarga, teman, jiran, relasi atau orang-orang sekitar, siapa yang tak pernah terjebak dosa? Nyaris semua orang pernah tersilat lidah, tersalah sikap atau terlanjur kata. Ya, nyaris semua orang. Namun yang membedakan, orang bijak akan bersegera intropeksi diri. Sementara orang sombong akan mencari beribu alasan untuk bersembunyi dari kesalahannya.
Berani mengakui kesalahan adalah ciri kebesaran jiwa dan berani minta maaf adalah ciri kemulian jiwa. Sebab orang mulia, tidak akan bertahan dalam kenistaan dengan alasan apapun. Tapi lantas bangkit dari keterpurukan untuk menata masa depan yang lebih baik. Sementara pengecut akan terus mencari alasan untuk melakukan pembenaran-pembenaran atas kesalahan. Sebab dalam pandangan pengecut, mengakui kesalahan adalah keaiban dan minta maaf atas kesalahan adalah suatu kehinaan. Sehingga pantas saja, pengecut takkan pernah bangkit.
Oleh karena demikian, saat terlanjut menyakiti hati saudara sesama muslim, cepat-cepat minta maaf. Jangan gengsi. Karena minta maaf bukan pekerjaan hina yang meruntuhkan wibawa. Minta maaf takkan membuat kita rendah. Malah membuat kita mulia. Mulai dimata Allah, juga mulia dimata orang yang kita mintai kemaafannya.
Betapa tidak, saat orang lain mengakui kesalahannya pada kita lantas minta maaf, apakah kita memandangnya hina? Tidak bukan? Ya, tidak. Malah justru kita melihatnya sebagai sosok yang mulia. Lalu mengapa kita sungkan minta maaf? (admin)
Minggu, 27 Agustus 2017
Gila Pujian itu Menyakitkan!
Tusop.com | Mendapat puji saat berbuat baik, tak masalah. Tapi merasa bangga saat dipuji itu gejala jiwa mulai terjangkit masalah. Dan lebih parah, berbuat baik karena berharap puji manusia adalah sumber masalah.
Dipuji saat berbuat baik adalah realitas yang tak mungkin dilawan. Adalah hak orang lain untuk memberi aplus atas setiap kebaikan yang dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh kita. Dan pada prinsipnya, pujian tak berimbas buruk bagi kita. Asalkan pujian tak disambut dengan busung dada.
Busung dada saat dipuji adalah gejala awal penyakit 'cinta' pujian. Dimana merasa nyaman dan senang saat dipuji bila tidak tertangani, pada tahap yang lebih kronis akan menjadikan kita pribadi yang 'gila' pujian. 'Kelaianan' ini akan memberikan dampak yang menyakitkan. Tidak hanya di akhirat, tetapi juga di dunia.
Dalam kehidupan dunia, pribadi yang gila pujian kerap didera rasa kesal dan kecewa. Dimana realitas bahwa tak selamanya kebaikan akan berbuah pujian adalah fenomena yang tak sejalan dengan harapan. Dan sesungguhnya, berharap puji manusia berarti membeli kesal dan kecewa. Betapa tidak, bagi manusia memuji adalah barang mahal yang tak gampang didapatkan.
Semantara untuk kepentingan akhirat, jelas bahwa gila puji cukup merugikan. Dimana berharap puji manusia atas kebaikan akan melunturkan nilai kebaikan itu sendiri dimata sang pemilik pujian, Allah pemilik semesta alam. (admin)
Jumat, 18 Agustus 2017
Kaya Bukan Nista, Miskin Tak Hina
Tusop.com - Kaya dan miskin bukan soal. Sebab kaya maupun miskin tidak menjadi ukuran hina dan mulia seorang hamba dimata sang penciptanya, Allah swt. Ketakwaan-lah yang mentukan segalanya. Sebab Allah telah menegaskan, semulia-mulia manusia disisi Allah adalah yang paling bertakwa"
Kaya dan miskin adalah sunnatullah. Sudah menjadi sunnah, Allah swt menciptakan hamba-Nya berbeda-beda. Sebagiannya Allah karuniai berlimpah harta benda, sementara yang lain Allah batasi rizkinya dan hidup serba sederhana. Keduanya itu; miskin maupun kaya adalah rahmat yang sama-sama Allah berikan sebagai modal bagi manusia untuk menggapai derajat takwa.
Kaya bukan nista. Tiada kenistaan pada gelimang harta yang dilimpahkan Allah bagi hamba-Nya. Miskin juga tak hina. Tiada kehinaan pada kepapaan yang juga merupakan bagian dari takdir Allah bagi hamba-Nya. Tetapi yang menggores nista dan hina adalah kealpaan dalam menyikapi dan memanfaatkan keduanya sebagai sarana untuk kebaikan.
Kaya dan miskin selama dijadikan sebagai jalan menempuh takwa adalah kemuliaan yang tak terhingga. Kaya yang dibarengi dengan syukur adalah jalan takwa. Dan miskin yang disikapi dengan sabar juga jalan menuju takwa.
Yang terpenting, istiqamahlah pada jalan takwa, niscaya bagaimanapun kondisimu tetap akan mengantarkanmu ke maqam kemulian di sisi Rabb pencipta alam.
Senin, 14 Agustus 2017
Hawa Nafsu; Menaklukkan atau Ditaklukkan
Tu Sop bersama sejumlah tokoh pendidikan saat mengisi seminar pendidikan di aula UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2017 |
Sabtu, 12 Agustus 2017
Orasi di Masjid Raya Baiturrahman, Tusop Ajak Masyarakat Aceh Bantu Palestina
Diam Saat Umat Islam Dibantai, Ulama Aceh: Tanyakan Iman ke Diri Masing-masing
Palestina, kata Tgk H. M. Yusuf , tengah dizalimi. Masjidnya dirampas. Pertanyaan yang harusnya ditanyakan ke diri masing-masing adalah, “apakah kita hanya diam? Ke mana kecintaan kita kepada sesama umat Islam? Ke mana iman kita? Ke mana Islam kita? Apakah kita melahirkan anak untuk dijajah?”
“Mari didik anak-anak kita menjadi pejuang Islam. Kita harus kembali mengikuti kecerdasan pendahulu kita, menjadi bangsa berpengaruh dan mewarnai dunia. Bukan sebaliknya,” kata Tgk H. M. Yusuf .
Tausiyah ulama Aceh ini ditutup dengan pembacaan Syair Palestine oleh budayawan asal Aceh, Rafly Kande.
Social Media Icons