Jumat, 20 Oktober 2017

Tu Sop Ingatkan Semua Elemen Masyarakat Aceh Agar Manfaatkan Kekuasaan untuk Islam




Bireuen – Ulama muda Aceh, Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb meminta seluruh elemen masyarakat, termasuk  para penguasa di Aceh agar menjadikan kekuasaan di level apapun yang dimiliki oleh siapapun dan kelompok mana pun sebagai sarana pengabdian untuk Islam. Baik kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki oleh para pengusaha, para politisi, para akademisi, dan setiap tokoh atau pribadi lainnya. 

 “Para penguasa di level apapun hendaknya menjadikan kekuasaan untuk memperkuat Islam, dan jadikan Islam untuk fondasi kekuasaan. Kekuatan Islam harus menjadi kekuatan bangsa, dan kekuatan bangsa menjadi kekuatan Islam, “ ujar Tu Sop yang merupakan pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kab. Bireuen ini, Sabtu, (21/10).

Sebab, kata Tu Sop, semuanya punya tanggung jawab masing-masing yang akan dipertanyakan kelak nanti di akhirat. Islam adalah segalanya bagi umat Islam, bagi dunia dan akhirat mereka. Masa kejayaan Aceh, kata Tu Sop, ditandai dengan dominasi Islam dalam kekuasaan lewat pengaruh dan keberhasilan dakwah para ulama.

“Saat kekuasan hadir menjadi kekuatan Islam, maka hasil dan pencapaiannya akan lebih besar ketimbang hasil yang diraih dengan hanya mengandalkan ilmu dan pendidikan, “ kata Tu Sop.


Sebagai contoh, kata Tu Sop, secara keilmuan, perintah menutup aurat tidak pernah berhenti dilakukan. Akan tetapi, hasilnya tetap terbatas. Namun, setelah atau jika kekuasan hadir untuk menggerakan perintah tutup aurat, maka semakin banyak yang menutup aurat jika dibanding masa lalu, seperti yang bisa kita saksikan selama ini. Artinya, tambah Tusop, fenomena ini merupakan keberhasilan dan pengaruh kekuasaan.

Maka, terlindung dan tidaknya agama ini sangat tergantung sampai dimana komitmen kekuasaan untuk melindunginya. Saat kekuasaan melepaskan diri dari agama, niscaya agama akan menjadi telanjang tanpa perlindungan, dan kekuasaan akan rusak tanpa bisa diselamatkan oleh agama. 

Oleh sebab itulah, kata Tu Sop, sebuah kekuasaan harus bermanfaat untuk agama, dan  agama menjadi penguat bagi kekuasaan yang selaras dengan nilai-nilai Islam. Dan masing-masing umat Islam harus bergerak dengan posisi masing-masing tanpa saling menyalahkan karena ini merupakan tanggung jawab semua pihak. 

 “Dua-duanya harus saling memperkuat. Sebab, agenda kolonialisasi dan kapitalisme yang menghancurkan umat Islam sering kali terjadi dan dimulai dengan pemisahan agama dengan kehidupan. Efeknya, saat agama dipisahkan dari kekuasaan maka kekuasaan akan dikuasai oleh kekuatan lain yang anti agama,“ tambah Tu Sop.

Kalau dipisahkan, kata Tu Sop, maka akan melahirkan orang-orang yang tidak beragama menjadi penguasa dan politisi. Sebagai contoh, kata Tu Sop, saat agama dipisahkan dari ekonomi, maka ekonomi akan menjadi kekuatan yang berada di tangan orang lain yang akan menghancurkan perekonomian umat Islam. Begitu juga dalam hal politik, kalau para politisi tidak mengabdi untuk Islam, maka kekuasaan akan berubah menjadi penghancur bagi eksistensi Islam.

“Itulah mengapa dulu bangsa kolonialis mengampanyekan sekulerisme di tengah-tengah muslim. Sebab, mereka paham bahwa dengan memisahkan politik dengan agama maka mereka akan berhasil memisahkan para politisi atau penguasa dari agamanya sehingga terjadilah berbagai kehancuran, “ ujar Tu Sop.

Oleh sebab itu, untuk level Aceh, kata Tu Sop, para penguasa, politisinya maupun elemen masyarakat lainnya hendaklah mengabdi untuk Islam. 

‘Buatlah kebijakan-kebijakan yang menguntungkan Islam. Jadilah teladan dalam pengamalan Islam supaya ummat ini selamat dunia dan akhirat, “ pungkas Tu Sop. [zul]

Refleksi Hari Santri, Tu Sop Jeunieb Minta Santri Jangan Diamkan Kebenaran

Tu Sop mengisi pengajian di geuleumpang Tiga, Pidie, 20 Oktober 2017
 
Bireieun  Sehubungan dengan peringatan Hari Santri Nasional 22 Oktober, ulama muda Aceh, Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab yang akrab disapa Tu Sop Jeunieb mengajak para santri untuk terus menyampaikan kebenaran. Sebab, kata Tu Sop,  secara umum, kelemahan terbesar para pelaku kebenaran dewasa ini adalah kekalahan mereka dalam menguasai opini publik.
 
“Hari ini di dunia global terjadi phobia Islam di berbagai negara. Ini terjadi karena lemahnya arus dakwah yang dilakukan oleh umat Islam. Jauh lebih lemah dari “dakwah” mereka yang phobia terhadap Islam. Di sinilah diperlukannya peran santri untuk terus menyuarakan kebenaran dalam setiap ruang sehingga kebenaran menjadi opini publik, “ ujar  pimpinan Dayah Babussalam Jeunieb Bireuen ini.

Tu Sop menjelaskan, saat Nabi Muhammad Saw meminta ummat untuk ‘sampaikan kebenaran walau hanya satu ayat’, maka lihatlah di masa itu bagaimana para sahabat setelah mendengar satu nasihat dari Rasulullah Saw, semuanya bergerak menyampaikan.  Maka kemudian kebenaran menjadi opini publik karena sebuah kebenaran dari Rasulullah Saw disampaikan secara massif oleh semua sahabat.

“Maka begitu juga hari ini, kalau para santri terus menyuarakan kebenaran, maka kebenaran juga akan menjadi publik. Begitu sebaliknya, kebenaran akan dianggap kebatilan jika para santri mendiamkannya, “ ujar Tu Sop.

Tu Sop menambahkan, setiap aliran atau pemikiran yang tersampaikan secara merata akan menenggelamkan aliran yang lebih lemah jangkauannya. Jika pemikiran yang tersebar meluas itu adalah batil, maka akan terjadi pembenaran publik karena kemampuannya memperdengarkan dan menyampaikan ke kalangan yang lebih luas dan merata.

Tu Sop juga menerangkan, kebenaran yang tidak tersampaikan secara merata akan tenggelam dan hancur oleh kebatilan yang tersampaikan secara meluas dalam semua lapisan dan kawasan.

“Nilai-nilai kebenaran yang ada pada santri yang silsilahnya sampai kepada Rasulullah Saw dan sahabat, dia akan terdegradasi oleh aliran-aliran atau pemikiran yang menyimpang dimana dalam penyampaiannya lebih cepat dan lebih luas jangkauannya dan lebih sistematis. Akibatnya, kebenaran yang diwariskan dalam dunia santri akan menjadi tenggelam bukan karena dia tidak benar dan tidak baik sehingga dituduh eklusif, tetapi oleh sebab lemah di dalam strategi dakwah dan pembentukan opini publik, “ kata Tu Sop.

Intinya, kata Tu Sop, kalau pelaku kebenaran diam, maka yang terjadi adalah kebenaran itu akan dikesankan sebagai kebatilan. Tu Sop juga menerangkan, ada dua hal yang perlu diperhatikan secara seimbang dalam mempertahankan nilai-nilai Ahlusunnah wal Jama’ah. Pertama, kajian tentang bagaimana mempertahankan kebenaran Islam yang disampaikan oleh Rasulullah Saw, jangan dimasuki oleh bid’ah dan sesuatu yang tidak dikehendaki oleh Alquran dan Sunnah. Kedua, bagaimana strategi Rasulullah Saw dan para sahabat dalam mendakwahkan kebenaran tersebut.
 
Namun demikian, kata Tu Sop, penyampaikan kebenaran oleh para santri juga harus memenuhi aspek hikmah, mau’idhah hasanah, dan mujadalah dengan cara yang ahsan (terbaik), proporsional (sesuai dengan kebutuhan publik) dan professional.

“Artinya, sampaikan argumentasi Islam dengan cara-cara yang terbaik sehingga kebenaran bisa diterima dan menjadi opini publik, “ pungkas Tu Sop.[zul]

Jumat, 15 September 2017

Sabtu Malam, Tu Sop Pimpin Istighatsah Rohingya di Bireuen

Tusop.com, Bireuen | Sabtu malam (16/9), Tgk H. Muhammad Yusuf Abdul Wahab yang biasa disapa Tu Sop akan memimpin istighatsah untuk Rohingya di Mesjid Agung Sultan Jeumpa, Bireuen. Kegiatan ini diselenggarakan oleh sejumlah ormas dan OKP yang berada di Kabupaten Bireuen.

Berdasarkan keterangan panitia, acara akan mulai pada pukul 19:30 dengan rangkaian acara; shalat ghaib‎, tausiah, zikir akbar dan donasi untuk rohingya.

Panitia mengajak seluruh kaum muslimin dan muslimat untuk ambil bagian dalam acara yang diberi tema "gerakan peduli Rohingya" ini. (admin)

Rabu, 13 September 2017

Mencari Nafkah Juga Bisa Jadi Ibadah

Tusop.com | Memenuhi kebutuhan-kebutuhan mendasar anak dan istri adalah kewajiban seorang kepala keluarga. Tak pelak, untuk memenuhi tanggungjawab ini, seorang kepala keluarga harus berpikir keras dan berikhtiar sekuat tenaga. Tak sedikit yang malah harus banting tulang dan bermandikan keringat setiap harinya.

Dalam persoalan rizki, banyak orang mengira, bekerja mencari rupiah adalah soal dunia semata. Padahal tidak. Bekerja bisa jadi ibadah. Selama berkerja dibangun atas niat yang baik, dilakukan dengan cara yang baik dan diperuntukkan pada jalan kebajikan.

Menafkahi keluarga adalah cara yang mulia dan bijaksana dalam menginfakkan harta pada jalan kebajikan. Betapa tidak, memberi nafkah adalah kewajiban. Dan menunaikan suatu kewajiban adalah cara terbaik untuk beribadah.

Maka jangan malas atau sungkan berkerja untuk mencari nafkah. Karena mencari nafkah juga bisa jadi ibadah. 

Senin, 04 September 2017

Teguh Ditengah Terpaan 'Badai' Kehidupan

Tusop.com | Istiqamah dalam ketakwaan adalah tuntutan yang paripurna. Dalam berbagai kepentingan, meneguhkan diri dalam ketakwaan lebih dari segalanya. Dinamika dan lika-liku kehidupan tidak boleh memudarkan apalagi meruntuhkan semangat bertahan dalam kebajikan.

Meneguhkan diri dalam ketakwaan ditengah terpaan kepentingan dan peliknya lika-liku kehidupan memang bukan persoalan gampangan. Tetapi tiada pilihan lain. Istiqamah dalam kebajikan atau hancur dalam kepingan dosa. Memilih berhenti menjadi orang baik karena kepentingan duniawi adalah pilihan paling keliru yang harus dibayar mahal.

Untuk membentuk hati yang teguh, perlu sebuah kesadaran bahwa hidup adalah ujian. Problematika kehidupan adalah lembaran kertas ujian yang harus dijawab secara tepat berdasarkan tuntunan. Dan dalam setiap 'menjawab' dinamika kehidupan, pastikan coretan-coretannya sesuai dengan tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya. Bukan berdasarkan selera, apalagi hawa nafsu.

Rabu, 30 Agustus 2017

Jangan Gengsi! Minta Maaf Bukan Pekerjaan Hina

Tusop.com | Dalam interaksi keseharian dengan keluarga, teman, jiran, relasi atau orang-orang sekitar, siapa yang tak pernah terjebak dosa? Nyaris semua orang pernah tersilat lidah, tersalah sikap atau terlanjur kata. Ya, nyaris semua orang. Namun yang membedakan, orang bijak akan bersegera intropeksi diri. Sementara orang sombong akan mencari beribu alasan untuk bersembunyi dari kesalahannya.

Berani mengakui kesalahan adalah ciri kebesaran jiwa dan berani minta maaf adalah ciri kemulian jiwa. Sebab orang mulia, tidak akan bertahan dalam kenistaan dengan alasan apapun.  Tapi lantas bangkit dari keterpurukan untuk menata masa depan yang lebih baik. Sementara pengecut akan terus mencari alasan untuk melakukan pembenaran-pembenaran atas kesalahan. Sebab dalam pandangan pengecut, mengakui kesalahan adalah keaiban dan minta maaf atas kesalahan adalah suatu kehinaan. Sehingga pantas saja, pengecut takkan pernah bangkit.

Oleh karena demikian, saat terlanjut menyakiti hati saudara sesama muslim, cepat-cepat minta maaf. Jangan gengsi. Karena minta maaf bukan pekerjaan hina yang meruntuhkan wibawa. Minta maaf takkan membuat kita rendah. Malah membuat kita mulia. Mulai dimata Allah, juga mulia dimata orang yang kita mintai kemaafannya.

Betapa tidak, saat orang lain mengakui kesalahannya pada kita lantas minta maaf, apakah kita memandangnya hina? Tidak bukan? Ya, tidak. Malah justru kita melihatnya sebagai sosok yang mulia. Lalu mengapa kita sungkan minta maaf? (admin)

Minggu, 27 Agustus 2017

Gila Pujian itu Menyakitkan!

Tusop.com | Mendapat puji saat berbuat baik, tak masalah. Tapi merasa bangga saat dipuji itu gejala jiwa mulai terjangkit masalah. Dan lebih parah,  berbuat baik karena berharap puji manusia adalah sumber masalah.

Dipuji saat berbuat baik adalah realitas yang tak mungkin dilawan. Adalah hak orang lain untuk memberi aplus atas setiap kebaikan yang dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh kita. Dan pada prinsipnya, pujian tak berimbas buruk bagi kita. Asalkan pujian tak disambut dengan busung dada.

Busung dada saat dipuji adalah gejala awal penyakit 'cinta' pujian. Dimana merasa nyaman dan senang saat dipuji bila tidak tertangani, pada tahap yang lebih kronis akan menjadikan kita pribadi yang 'gila' pujian. 'Kelaianan' ini akan memberikan dampak yang menyakitkan. Tidak hanya di akhirat, tetapi juga di dunia.

Dalam kehidupan dunia, pribadi yang gila pujian kerap didera rasa kesal dan kecewa. Dimana realitas bahwa tak selamanya kebaikan akan berbuah pujian adalah fenomena yang tak sejalan dengan harapan. Dan sesungguhnya, berharap puji manusia berarti membeli kesal dan kecewa. Betapa tidak, bagi manusia memuji adalah barang mahal yang tak gampang didapatkan.

Semantara untuk kepentingan akhirat, jelas bahwa gila puji cukup merugikan. Dimana berharap puji manusia atas kebaikan akan melunturkan nilai kebaikan itu sendiri dimata sang pemilik pujian, Allah pemilik semesta alam. (admin)

Jumat, 18 Agustus 2017

Kaya Bukan Nista, Miskin Tak Hina

Tusop.com - Kaya dan miskin bukan soal. Sebab kaya maupun miskin tidak menjadi ukuran hina dan mulia seorang hamba dimata sang penciptanya, Allah swt. Ketakwaan-lah yang mentukan segalanya. Sebab Allah telah menegaskan, semulia-mulia manusia disisi Allah adalah yang paling bertakwa"

Kaya dan miskin adalah sunnatullah. Sudah menjadi sunnah,  Allah swt menciptakan hamba-Nya berbeda-beda. Sebagiannya Allah karuniai berlimpah harta benda,  sementara yang lain Allah batasi rizkinya dan hidup serba sederhana. Keduanya itu; miskin maupun kaya adalah rahmat yang sama-sama Allah berikan sebagai modal bagi manusia untuk menggapai derajat takwa.

Kaya bukan nista. Tiada kenistaan pada gelimang harta yang dilimpahkan Allah bagi hamba-Nya. Miskin juga tak hina. Tiada kehinaan pada kepapaan yang juga merupakan bagian dari takdir Allah bagi hamba-Nya. Tetapi yang menggores nista dan hina adalah kealpaan dalam menyikapi dan memanfaatkan keduanya sebagai sarana untuk kebaikan.

Kaya dan miskin selama dijadikan sebagai jalan menempuh takwa adalah kemuliaan yang tak terhingga. Kaya yang dibarengi dengan syukur adalah jalan takwa. Dan miskin yang disikapi dengan sabar juga jalan menuju takwa.

Yang terpenting, istiqamahlah pada jalan takwa, niscaya bagaimanapun kondisimu tetap akan mengantarkanmu ke maqam kemulian di sisi Rabb pencipta alam.

Senin, 14 Agustus 2017

Hawa Nafsu; Menaklukkan atau Ditaklukkan

Tu Sop bersama sejumlah tokoh pendidikan saat mengisi seminar pendidikan
di aula UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 2017
Tusop.com | Seorang hukama’ fenomenal, Lukmanul Hakim sering kali mengkhawatirkan ketegaran anaknya menghadapi tantangan-tantangan berat dalam mengarungi kehidupan dunia menuju negeri pembalasan, akhirat. Kepada anaknya beliau kerap mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini bagaikan lautan ganas yang bergelombang. Gulungan ombaknya telah menelan begitu banyak orang-orang yang mengarunginya.

“Aku takut, anakku. Aku takut engkau akan ikut binasa seperti mereka yang telah binasa” ungkap Lukmanul Hakim pada anaknya.

Kekhawatiran seorang Lukmanul Hakim ini tentu didasari oleh dalamnya kesadaran beliau bahwa tantangan untuk menjadikan kehidupan dunia sebagai tempat membangun akhirat yang menyenangkan tidaklah ringan. Setiap ayunan langkah akan terganjal dengan berbagai ganjalan berat. Salah satu ganjalan berat itu adalah hawa nafsu dengan segala pengaruh jahatnya.

Secara fitrah, hawa nafsu pada manusia tercipta sebagai pemberi dorongan bagi aktivitas kehidupan, ibarat mesin pada kendaraan. Akibat dari pengaruh yang dihasilakan hawa nafsu ini, manusia termotivasi dan semangat untuk melakukan serangkaian aktivitas di dalam kehidupannya. Namun hal yang harus menjadi catatan, dorongan yang diberikan hawa nafsu multi-orientasi. Kadang bermanfaat bagi kehidupan, kadang justru akan menghancurkan nilai-nilai kehidupan itu sendiri. Tergantung sejauh mana ‘khittah’ kecendrungan hawa nafsu pada kejahatan (nafsu ammarah) diberikan ruang untuk berkembang.

Secara khittah, hawa nafsu memang tercipta dengan memiliki kecendrungan yang lebih dominan kepada kejahatan. Namun kecendrungan ini tidaklah permanen. Kecendrungan ini dapat dinetralisir dengan melakukan upaya-upaya mujahadah dan riyadhah; melawan dan tidak menuruti dorongan jahat hawa nafsu. Mujahadah dan riyadhah yang dilakukan secara konsisten dan kontinyu pada akhirnya akan membuat hawa nafsu takluk dibawah kendali akal dan ilmu. Saat hawa nafsu sudah berada dibawah kendali akal dan ilmu, maka ia akan lebih dominan memberikan dorongan kebajikan ketimbang kejahatan.

Celakanya, apabila khittah kecendrungan buruk hawa nafsu terus dituruti tanpa ada upaya perlawanan (mujahadah), maka kecendrungan buruk ini akan semakin menjadi-jadi hingga akahirnya manusia akan berada dibawah kendali hawa nafsu. Tak pelak, hawa nafsu akan menggiring manusia tersebut dalam kerugian di dunia dan penderitaan di akhirat.

Akhirnya, untuk selamat di dunia, hawa nafsu harus ditaklukkan untuk kemudian diposisikan dibawah kendali akal dan ilmu. Tiada pilihan lain selain menaklukkannya. Sebab pilihan kita cuma dua; menaklukkan (hawa nafsu) dan selamat di akhirat atau ditaklukkan (oleh hawa nafsu) dan akhirnya binasa bersama mereka yang binasa. (Admin)

Sabtu, 12 Agustus 2017

Orasi di Masjid Raya Baiturrahman, Tusop Ajak Masyarakat Aceh Bantu Palestina

Banda Aceh – Sebagai seorang muslim sudah sepatutnya kita bersama – sama ikut berjuang sesuai kemampuan masing – masing dalam mendukung saudara kita yang sedang mengalami penindasan di bumi Palestina. Untuk itu sudah sepatutnya muslim di Indonesia khususnya Aceh untuk mendukung perjuangan saudara seiman kita serta mengecam penjajah zionis Israel.

Hal tersebut disampaikan ulama muda Aceh Tgk. H. Muhammad Yusuf A. Wahab (Tusop) saat menyampaikan orasi pada Tabligh Akbar Aceh untuk Peduli Palestina, Minggu (7/8/2017) di halaman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh.

Tu Sop mengatakan bahwa umat Islam harus bersatu padu, jangan menjadikan predikat muslim yang ada pada diri orang Islam menjadi beban, karena muslim itu bersaudara, luka mereka juga luka muslim lainnya.

“Saya mengibaratkan orang yang terbebani itu seperti orang yang di berikan sepeda motor namun tidak tahu fungsi dan kegunaan kenderaan tersebut. Padahal kalau kita tahu maka kita tinggal hidupkan lalu berangkat, tapi bagi yang tidak tahu kegunaannya pasti berfikir barang ini saya tarik atau saya panggul di bahu,” ujarnya.

Pimpinan Dayah Babussalam Al-Aziziyah Jeunieb Kabupaten Bireuen ini juga mengingatkan bahwa tragedi yang terjadi di Palestina bukan hanya keprihatinan muslim saja, namun dari sisi kemanusiaan sangat penting untuk diberikan bantuan.

“Sebagai manusia saja sudah kewajiban untuk membantu mereka. Apalagi sebagai pribadi muslim,” ujar Tu Sop dalam orasinya.

Acara tablig Aceh untuk Palestina yang digelar di Masjid Raya Baiturrahman (MRB), Banda Aceh, Minggu (6/8/2017) ini dibuka oleh dibuka Wakil Gubernur Aceh Ir Nova Iriansyah MT karena Gubernur Aceh, drh Irwandi Yusuf MSc sedang berada di Moskow dalam rangka kunjungan kerja. 

Selain diikuti ribuan masyarakat dari berbagai elemen acara tablig Akbar ini juga dihadiri sejumlah Tokoh dan ulama Aceh diantaranya Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Prof Dr Farid Wajdi Ibrahim MA, Wakil Ketua Majlis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk H Faisal Ali, Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab, Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman, Walikota Banda Aceh Aminullah Usman, Rafly Kande,dan istri Gubernur Aceh Ibu Darwati A Gani. Selanjutnya turut hadir sejumlah kepala SKPA, anggota DPRA, serta sejumlah tokoh penting lainnya.

Walau sempat turun hujan rintik namun acara yang dimulai usai sholat Subuh tersebut diikuti dengan penuh antusiasme dari para jamaah dan peserta tablig. Dari amatan aceHTrend sejumlah santri dan santriwati dari berbagai dayah di Aceh berbaur dengan masyarakat yang berpakaian dominan putih dan memakai ikat kepala serta membawa bendera Palestina.[]

Sumber: Aceh Trend


Diam Saat Umat Islam Dibantai, Ulama Aceh: Tanyakan Iman ke Diri Masing-masing






Ulama Aceh M Tgk H. M. Yusuf  A Wahab mengaku tak dapat menyembunyikan rasa haru. Hatinya sangat tersentuh menyaksikan kehadiran masyarakat dalam aksi solidaritas Dari Aceh untuk Palestina di Masjid Raya Baiturrahman, Ahad, 6 Agustus 2017.

“Anda bangun di saat orang lain tidur. Anda bergerak di saat orang lain diam. Semoga Allah membalasnya,” kata Tgk H. M. Yusuf .

Menurut Tgk H. M. Yusuf , seorang yang beriman tidak akan mengingkari keberadaan saudaranya, muslim yang lain. Sebagai manusia yang dilahirkan jauh dari Nabi Muhammad saw, banyak tantangan yang harus dihadapi.

“Kita hidup di zaman generasi muslim yg tidak sepakat dengan Islam. Bahkan, sebagian menjadi bagian dari musuh Islam dan menghancurkan Islam,” kata Tgk H. M. Yusuf . Di masa kehidupan Muhammad saw, umat Islam bersatu tanpa sekat kesukuan.

Dan kini, musuh menghancurkan Islam melalui pola pikir kita. Mereka merusak muslim dengan membesar-besarkan perbedaan. Peristiwa yang terjadi di Palestina, kata Tgk H. M. Yusuf , harusnya menjadi iktibar; pembelajaran yang sangat berharga.

Tgk H. M. Yusuf  juga mengingatkan bahwa di masa penjajahan Belanda, musuh yang ditakuti adalah muslim di Sumatera. Sama seperti Spanyol saat berhadapan dengan muslim di Moro, Filipina.

Palestina, kata Tgk H. M. Yusuf , tengah dizalimi. Masjidnya dirampas. Pertanyaan yang harusnya ditanyakan ke diri masing-masing adalah, “apakah kita hanya diam? Ke mana kecintaan kita kepada sesama umat Islam? Ke mana iman kita? Ke mana Islam kita? Apakah kita melahirkan anak untuk dijajah?”

Muslim yang diam menyaksikan kejahatan Israel terhadap rakyat Palestina pantas mempertanyakan kepada dirinya sendiri kadar keimanannya. Mereka yang diam, kata Tgk H. M. Yusuf , memadamkan semangat Islam
 
“Jangankan sebagai muslim, sebagai manusia saja kalau kita lihat di Palestina anak-anak ditembak dan dibunuh kita harus bangkit.”

Tgk H. M. Yusuf  juga meminta masyarakat Islam memiliki rencana sendiri. Dia juga mengingatkan agar muslim tidak dicap sebagai momok.

“Mari didik anak-anak kita menjadi pejuang Islam. Kita harus kembali mengikuti kecerdasan pendahulu kita, menjadi bangsa berpengaruh dan mewarnai dunia. Bukan sebaliknya,” kata Tgk H. M. Yusuf .

Membela orang terzalimi itu bagian orang Islam. Hal itu tak cukup hanya berzikir di masjid. Tgk H. M. Yusuf  mengingatkan umat Islam untuk memperkuatkan Islam dan ekonomi Islam. “Kita harus mempersiapkan diri, jangan sampai kita menjadi mangsa bagi negara lain,”

Tausiyah ulama Aceh ini ditutup dengan pembacaan Syair Palestine oleh budayawan asal Aceh, Rafly Kande.

 Sumber: KBA One

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.