Minggu, 03 November 2019

Live Video Pengajian Tu Sop Di Keude Uleegle Makmur Kabupaten Bireuen

🔴 Sedang Berlangsung Pengajian Tastafi Bersama Ayahanda Tu Sop Jeunieb 🗺 Ulee Gle Kec Makmur Kab Bireuen 🗓 3 November 2019 Dalam rangka menyambut Maulid Nabi Besar Muhammad SAW Bagikan...

Dikirim oleh Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab pada Minggu, 03 November 2019

Sabtu, 02 November 2019

Video Peringatan Hari Santri dan Pelantikan PW HUDA Aceh Barat

Liputan Aceh TV

Tu Sop Lantik Pengurus PW HUDA Aceh Barat


Meulaboh-Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan gelar Peringatan Hari Santri Nasional Ke-5 dan Pelantikan Pengurus Wilayah Himpunan Ulama Dayah (HUDA) Kabupaten setempat pada Kamis, (29/10) di Rumoh Agam, Tapak Tuan,  Kabupaten Aceh Selatan.

Acara ini diikuti oleh ribuan santri, Forkopimda, pimpinan Dayah, Tokoh agama dan pengurus PB Huda Aceh. Adapun pengurus Tanfidziah PW HUDA yang dilantik : Ketua Umum Tgk H Erli Safriza Al Yusufi, Lc, Sekretaris Umum Tgk Tamren Jr. ( Abi Cut) dan Bendahara Umum Tgk Abdul Munir.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H M Yusuf A Wahab atau biasa dipanggil dengan sebutan Tu Sop melalui pesan WhatsApp yang dikirim ke redaksi pada Kamis (31/10) sore.

Tu Sop menyebut Pertama HUDA adalah representatif lembaga Dayah, Ulama dalam literatur sejarah kehadiranya mulai masa para sahabat, masa kekhalifahan dan masa kesultanan.
Dua ULAMA yang merupakan reproduksi Dayah pada zaman kesultanan Aceh masa lalu mampu memposisikan dirinya pada posisi yang tepat dan bisa berkaloborasi dengan kekuatan kekuasaan yang efek positifnya Aceh menjadi mercusuar Islam di Nusantara.

Bagaimana HUDA hari ini?
Tu Sop berharap HUDA hari ini harus belajar dari struktur peristiwa masa lalu, bagaimana memposisikan diri bermanfaat bagi para Ulama sendiri dan bermanfaat bagi orang lain.

"Saat ulama masa lalu berhasil memposisikan diri sebagai mercusuar Islam di Nusantara, di zaman demokrasi ini,  kita juga mampu mengembalikan Aceh sebagai Mercusuar Islam Nusantara lewat moments Aceh Lex Spescialis dan Aceh Lex Syariat Islam,". Kata Tu Sop yang juga Dewan Pembina Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI).

Abon Singgah Mata Meninggal Dunia, Tu Sop : HUDA Turut Berduka Cita

Alm. Tgk H Abdullah Yusuf (Abon Singgah Mata) Dalam Video YouTube Sedangkan Menyampaikan Tausiah

Laporan Al Fadhal


Bireuen-Publik Aceh kembali berduka, beredar berita di sosial media dikabarkan salah seorang Ulama Aceh meninggal dunia pada pukul pukul 00.00 Wib Minggu, (03/11/2019) dini hari. Seperti yang dikutip redaksi dari status akun Facebook Samsul Bahri Ishak yang biasa disebut Abati, menyebutkan Wakil Ketua Tastafi Aceh Utara Tgk H. Abdullah Pimpinan Dayah Darul Abrar Sampoiniet Aceh Utara meninggal dunia. 

"Innalilahi Wainna Ilahi Raji'un. Telah berpulang keramatullah Abang Ipar kami Tgk H Abdullah H Yusuf (Abon Singgah Mata) Pimpinan Dayah Darul Abrar Sampoiniet Aceh Utara pada Beliau Pengurus MPU Aceh Utara, Pengurus Tastafi Pusat dan Wakil Tastafi Aceh utara.

Screenshot Status Akun Facebook Tgk Samsul Bahri 

Hingga saat ini pukul 02.59 Wib berita ini diturunkan belum ada balasan pesan konfirmasi redaksi www.tusop.com yang dikirim ke yang bersangkutan. 

Sementara itu Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H M Yusuf A Wahab Atau Tu Sop Pimpinan Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb turut berduka cita atas berpulangnya kerahmatullah guru kita Abon Singgah Mata malam ini pada pukul 00.00. Tu Sop menyebut informasi ini diterimanya melalui pesan grup whatsapp. 

" Atas nama Pengurus Besar Tanfidziyah Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan Pengurus Majelis Pengajian Zikir Tastafi Pusat mengucapkan bela sungkawa dan turut berduka cita atas berpulangnya kerahmatullah Guru kita Abon Singgah Mata malam ini, semoga amal ibadah beliau diterima oleh Allah SWT," Ujar Tu Sop. 

Salah satu Tausiah Abon Singgah Mata Di Youtube

Dari beberapa komentar status akun tersebut dikabarkan suasana rumah duka di kompleks Dayah Darul Abrar sudah terlihat rame, tamu dan para muridnya sedang berkumpul dirumah duka. (Al Fadhal) 

Jumat, 01 November 2019

Direktorat Geografi Sejarah Kemendikbud RI Kunjungi Dayah Tu Sop

Mudir I Dayah Babussalam Tgk Ihsan Menunjukkan Kondisi Bangunan Ruang Belajar kepada Kasubdit  Deroktorat Geografi Sejarah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI

Laporan Al Fadhal


Bireuen-Direktorat Geografi Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI melakukan kunjungan kerja ke Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb Kabupaten Bireuen pada Jumat, (01/11/2019) pagi. Sebelumnya Direktorat Geografi Sejarah juga mengunjungi serta mengadakan kegiatan seminar kebangsaan dan pameran sejarah selama tiga hari di Dayah Mudi Samalanga.

Untuk diketahui Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb juga disebut Dayah Multimedia Aceh yang merupakan Dayah Pimpinan Tgk H Yusuf A Wahab atau Tu Sop Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA).

Mudir I Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb  Tgk Ihsan M Ja'far mengatakan kunjungan kerja Kemendikbud RI dalam rangka silaturahmi dan observasi dunia kedayahan, Direktorat Geografi Sejarah juga melakukan pertemuan dengan sejumlah pengurus Dayah Babussalam Jeunieb.

"Kemendikbud tertarik dengan peran Dayah masa lalu, Dayah mampu memberikan kontribusi besar bagi Kesultanan Aceh, dan Dayah hingga saat ini masih bertahan dengan pendidikan yang sama pula,". Sebut Ihsan. 

Dalam pertemuan pengurus dengan Direktorat Geografi Sejarah Kemendikbud lanjut Ihsan, kita telah menjelaskan mengenai kaloborasi dua macam bentuk pendidikan yang diterapkan di dayah ini.

"Dayah Babussalam mempunyai dua bentuk pendidikan, Salafi dan terpadu,  santri terpadu dan salafi kita pisahkan komplek nya. Untuk pendidikan terpadu kita memiliki Sekolah SD-IT As Salam, SMP As Salam Islamic School dan SMA As Salam Islamic School,". Ujarnya.

Ditambahkan Ihsan, Direktorat Geografi Sejarah dalam pertemuan pengurus memberi masukan masukan baru menggunakan metode belajar sambil bermain untuk pendidikan ditingkat dasar, selain itu kunjungan kerja Kemendikbud RI adalah langkah awal Dayah Babussalam dalam membina hubungan kerjasama kedepan dengan Kemendikbud RI. Sebut Ihsan Yang Juga Ketua Ikatan Penulis Santri Aceh (IPSA).

Sementara itu Kepala Sub Direktorat Geografi Sejarah. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Bapak Agus Widiatmoko, S.S  seperti dikutip Staf khusus Tu Sop Al Fadhal mengatakan terima kasih telah diberikan kesempatan mengunjungi SD, SMP, SMA Assalam Dayah Babussalam Jeunieb, pertama mengenal tentang pendidikan karakter, yang kedua bagaimana sekolah ini nantinya menerapkan Link and Match (keterkaitan dan kesepadanan) pilihan anak dimana nanti Matchnya berkaitan dengan program pembangunan kemajuan bangsa kita ditengah peradaban dunia itu penting.

"Saya melihat disini memang masih jauh dari harapan kita baik dari segi fisik maupun kualitas SDM anak didik dan Guru serta minimnya fasilitas yang memadai, bagaimana mana anak-anak dan Guru  bisa meningkatkan kualitas mutu pendidikan kalau sarana dan prasarana kurang memadai. Tadi saya juga melihat ruang kelas masih semi permanen, yang sangat menyentuh hati kami, tadi ada satu kelas yang dibelakangnya ada peta Indonesia, ini penting dimana anak-anak setiap hari harus melihat peta Indonesia, tetapi apa yang kami lihat! gambar petanya sudah rusak-rusak dan petanya pun belum standar, bagaimana anak-anak bisa melihat bahwa pengayaan tentang keindonesiaan kalau peta sendiri tidak lengkap. Ini salah satu sedikit dari sarana dan prasarana pada anak didik yang harus kita perbaiki,". Ujarnya.

Agus menambahkan, Memang dalam membangun dan mencerdaskan anak bangsa tidaklah mudah, saya pikir indikasinya pengurus dan guru disini sudah sangat luar biasa, mampu membuat sekolah secara mandiri, bahkan murid-muridnya tidak muat, dan terpaksa  harus menolak lamaran siswa setiap tahunnya. Semangat ini lah yang harus kita apresiasikan mudah-mudahan kedepan Kemendikbud akan mendukung bagaimana meningkatkan kuantitas dan kualitas sekolah yang ada didayah ini baik salafi maupun Pendidikan Formal.

Menurutnya Dayah berperan besar dalam sejarah peradaban Aceh pada masa kesultanan jauh sebelum bangsa Eropa datang. Dayah  sebagai sumber intelektual kaum cendekiawan dalam kesultanan, nah ini yang harus kita bangkitkan kembali dimana Dayah-Dayah sekarang dan masa depan menjadi tempat-tempat pemondokan para cendikiawan yang nantinya juga mempunyai peranan yang besar dalam pembangunan masyarakat Aceh, ini yang harus kita kuatkan di Dayah saat ini. Tutup Kasubdit Geografi Sejarah Dirjen Kebudayaan Kemendikbud RI.(*)

Malam Ini Tu Sop Isi Pengajian TASTAFI Di Bayu Aceh Utara

IST. Tu Sop sedang menjelaskan BMU dihadapan Stockholders Pemda Bener Meriah saat Penyeharan Rumah BMU 028. Photo @al fadhal


Laporan Al Fadhal

Bireuen-Dalam rangka memenuhi undangan Pengurus Wilayah Majelis Pengajian Zikir Tastafi Kecamatan Syamtalira Bayu Aceh Utara yang bekerja sama dengan Panitia PHBI Masyarakat Gampong Blang Bayu Kecamatan Setempat, Tu Sop hadir malam ini Jumat, (01/11/2019) Malam ke lokasi acara.

Menurut Koordinator Protokoler Tu Sop Tgk Bahri via pesan WhatsApp seperti dikutip staff Khusus Imam Besar BMU Al Fadhal, Ayahanda Tu Sop dipastikan hadir malam ini ke Aceh Utara dan saat ini pukul 20.00 WIB ayahanda beserta Tim Multimedia sedang dalam perjalanan.

"Ya kita saat ini masih dalam perjalanan, Jika tidak ada halangan jam 20.45 WIB Insya Allah sudah tiba ke lokasi acara",. Sebut Bahri.

Acara ini lanjut Bahri dilaksanakan Panitia pelaksana dalam rangka menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW 1441 H, dengan tema "Meneladani Akhlaq Rasulullah Sebagai Bekal Membangun Generasi Milenial Yang Insani".

Tu Sop direncanakan mengisi tausiah dalam bentuk tiga session acara, season pertama Ayahanda memaparkan materi, season kedua interaksi tanya jawab dalam konteks Umum dan season terakhir Akan ditutupi dengan Zikir Akbar Majelis Zikir Yadara yang dipimpin oleh Tgk. Khalili (Aceh Khalili) dari Jeunieb. Ujarnya.

Selain itu acara ini Akan disiarkan langsung melalui Live Streaming Video YouTube dan Fanpage resmi Tu Sop. Bagi masyarakat luas di Aceh maupun di manca negara yang ingin melihat langsung, bisa mengakses via Chanel YOUTUBE YADARA TV:https://www.youtube.com/YADARATV  atau melalui FansPage Tgk H. Muhammad Yusuf A. Wahab: https://www.facebook.com/tusopjeunieb di PC atau gadget Android anda. (Al Fadhal)

Selasa, 29 Oktober 2019

Seminar Kebangsaan Kemendikbud, Tu Sop : Dayah Sebuah Institusi dan Kekuatan Ekstra Era Kesultanan

Antropolog Aceh Dr. Kamaruzzaman Bustaman Ahmad dan Tu Sop sedang mengisi Seminar Kebangsaan Kemendikbud RI di Dayah MUDI Samalanga

Laporan Al Fadhal

Dalam Rangka Penguatan Nilai Kebangsaan di Pesantren atau Dayah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) gelar seminar sejarah di Dayah Ma'hadal Ulum Diniyah Islamiah (MUDI) Mesjid Raya Samalanga pada Senin, (28/10) Sore. Halaqah Kebangsaan tersebut Dibuka oleh Mudir Mah'ad Aly  Dayah Mudi Tgk. H. Zahrul Fuadi atau Abi Mudi. 

Acara yang bertema "Merawat Ingatan Sejarah Untuk Memperkokoh Keindonesiaan" Menghadirkan pemateri dari Kalangan Ulama Dayah dan Akademisi, mereka adalah Tgk H M Yusuf A Wahab atau Tu Sop Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) dan Antropolog Aceh Dr. Kamaruzzaman Bustamam Ahmad Akademisi UIN Ar Raniry serta Dr. Tgk. Muntasir Abdul Kadir, M.A. sebagai Moderator. 

Kepala Subdirektorat Geografi Sejarah. Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Bapak Agus Widiatmoko, S.S disela-sela acara berlangsung mengatakan ada tiga bentuk kegiatan yang diselenggarakan Kemendikbud selama 3 hari dari tanggal 27-30 Oktober 2019. Tiga kegiatan tersebut adalah Seminar Kebangsaan, Lomba Esai Kebangsaan dan Pameran Kesejarahan.

"Kegiatan ini bentuk kerja sama Direktorat Sejarah dengan Dayah Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah, Bireuen, Provinsi Aceh, bertujuan untuk menguatkan ingatan kolektif bangsa bagi generasi muda serta menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan memperkokoh persatuan bangsa, Semangat kebangsaan yang dinafasi nilai dan tradisi pesantren dapat menjadi modal dan model untuk menguatkan karakter kebangsaan bagi Pimpinan Dayah dan Santri,". Sebut Agus.

Kegiatan Penguatan Nilai Kebangsaan di Pesantren tambah Agus, tidak akan berjalan baik tanpa bantuan berbagai pihak, Untuk itu dalam kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada Pengasuh Dayah Ma’hadal Ulum Diniyah Islamiyah beserta jajarannya, Ketua Pengurus Besar Nahdlhatul Ulama beserta jajarannya, Ketua PWNU Aceh, Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Aceh dan kepada seluruh pihak yang ikut membantu terselenggaranya kegiatan ini. Sebut Agus. 

Kasubdit Dirjen Geografis Sejarah Kemendikbud RI Agus Sudjatmoko, S.S membuka kegiatan Halaqah Kebangsaan 


Sementara itu Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk H Muhammad Yusuf  A Wahab yang biasa dipanggil dengan sebutan Tu Sop dalam memaparkan materinya menyebut Dayah mempunyai latar belakang sejarah, maka untuk memperkokoh dan membangun masa depan yang lebih baik hal yang paling urgen dan mesti dilakukan adalah mengingat kembali struktur peristiwa masa lalu, baik yang berkaitan dengan Kebangsaan maupun yang berkaitan dengan Dayah. 

Pertama Kita tertarik mengatakan Dayah bukan Pesantren karena dalam peradaban masa lalu ada perbedaan antara Dayah Aceh dengan Pesantren di Provinsi lain dimana Ulama-Ulama Aceh masa Kesultanan merupakan representasi dari Dayah, Aceh saat itu sebuah bangsa yang maju, eksis dan kuat didalam struktur kenegaraan, sehingga Aceh kala itu bisa mengekspansi beberapa kerajaan lain hingga ke Malaka, tidak mungkin Aceh bisa menguasi daerah-daerah jajahan Portugis di Semenanjung Malaka jika Aceh bukan sebuah bangsa yang maju, bangsa yang kuat, kuat dalam politik, kuat dalam pertahanan keamanan, kuat dalam ekonomi dan lain sebagainya. sebut Tu Sop Pimpinan Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb. 

Hal ini terjadi karena orang-orang Aceh dimasa lalu didik oleh ulama, mereka kuat tidak hanya dari segi agama tetapi mereka kuat secara universal di semua aspek kehidupan dan kenegaraan, saat itu ulama berperan sebagai sebuah kekuatan ektra negara yang hadir bekerja sama dengan Kesultanan memperkokoh kebangsaan dan kenegaraan, pengambil kebijakan dan pengambil kesimpulan sebuah keputusan secara politik Kesultanan.

Setalah masuknya Belanda pada Agresi I dan II, mereka mempunyai strategi menguasai para penguasa dan para pemimpin-pemimpinnya dengan target meriberalkan pikiran  ala mereka dan memoderenkan cara beperpikir para hulubalang lewat tangan Snouck Hogrounye, mereka berhasil menguasi dan mempengaruhi kebijakan politik para bangsawan dan kaum feodal, tetapi tidak dengan kaum ulama. Sebut Tu Sop yang juga Dewan Penasehat Kaukus Wartawan Peduli Syari'at Islam (KWPSI) ini. 

Ulama saat itu dengan ilmu Tasawufnya tidak ikut tenggelam dengan keinginan penjajah, para ulama langsung keluar dari kekuasaan melakukan somasi dan protes sehingga menjadikan sebuah kekuatan baru untuk melawan penjajahan disaat yang lain menjadi lemah, ulama lah yang bergerak lewat bahasa agamanya dan Hikayat prang sabi mampu menggerakkan ummat berperang melawan penjajahan secara terus menerus. 

Dari beberapa peristiwa tersebut dapat disimpulkan bahwa Pesantren (Dayah) dulu merupakan sebuah institusi dengan para ulamanya sebagai (broker) perantara antara rakyat dan kekuasaan disaat kekuasaan itu menguntungkan rakyat dan agama, dan sebaliknya disaat kekuasaan itu tidak menguntungkan agama dan rakyat, maka para ulama langsung melakukan somasi dan protes. 

Kedua : terbentuknya  Indonesia sebagai sebuah negara baru hasil dari kesepakatan bersama, Aceh masuk bukan lagi sebagai sebuah bangsa melainkan sebuah suku dalam sebuah bangsa yang  baru yaitu Bangsa Indonesia. Setiap suku yang bergabung memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda, artinya mereka siap mengorbankan sebuah indentitas kebangsaan demi sebuah bangsa yang baru. Maka oleh karena itu Perlu kita ketahui bahwa diawal kemerdekaan Indonesia bangsa yang baru dari hasil kesepakatan bersama, bukanlah sebuah bangsa yang sudah berpengalaman, dalam mengurusnya membutuhkan kesepakatan bersama pula. 
Aceh hadir sebagai bangsa yang sudah berpengalam melakukan protes terhadap kebijakan politik yang tidak sesuai dengan pengalaman dan indentitas bangsa mereka, dimulai dari  DI TII, AM dan GAM. 

Oleh karena itu berbicara masa depan Indonesia dalam sebuah bangsa hasil kesepakatan pendahulu kita timbul kegalauan pemikiran didalam melihat perpolitikan Indonesia saat ini apakah akan menghancurluluhkan peradaban-peradaban para leluhur kita atau sebaliknya, disaat kekuasaan ingin membuat sebuah peradaban baru jangan sampai menghancurkan peradaban masa lalu, kita bukan tidak setia dan bukan pula kita tidak mau bersaudara dengan siapa-siapa, tetapi hak kita menyelamatkan jati diri kita, jangan sampai disaat Dayah menyelamatkan jati diri demi masa depan yang lebih baik dituduh oleh kekuatan baru dengan bahasa-bahasa baru dan tuduhan-tuduhan yang baru (Intoleran). Jelas Tu Sop mantan Tim Asistensi Gubernur Aceh periode lalu. 

Tu Sop mengingatkan dengan hadirnya Undang-Undang Pesantren yang baru jangan terlalu pagi untuk tersenyum, itu hanya sebuah UU yang belum tentu kita ketahui isi turunannya,  apakah menghancurkan jati diri pesantren atau menyelamatkan, dalam draf perumusan UU tersebut tidak dilibatkan perwakilan Dayah Aceh sehingga apakah sesuai atau tidaknya dengan kekhususan Dayah Aceh,  akhirnya kita selalu direncanakan orang. Oleh sebab itu jika UU Pesantren mampu diturunkan dalam turunannya benar-benar menyelamatkan jati diri dan peradaban pesantren masa lalu serta memperkuat eksistensi pesantren kedepan, maka bapak Jokowi adalah pelaku sejarah yang sangat baik dan sangat dikenang  untuk masa depan bangsa ini, tetapi sebaliknya kalau lewat UU itu menghancurkan jati diri Dayah, menghilangkan nilai-nilai asli kedayahan dan peradaban masa lalu maka Pak Jokowi akan memiliki sejarah yang sebaliknya, hari ini hari bersejarah dimana UU Pesantren sudah ada, tetapi sejarahnya akan berakhir dengan dua opsi menyelamatkan atau menghancurkan. Tutup Tu Sop yang juga Pimpinan Yayasan Dayah Bersaudara (YADARA) Grup.(*)

Minggu, 27 Oktober 2019

Ribuan Warga Woyla Hadiri Safari Subuh Bersama TU SOP


Laporan Al Fadhal


Tu Sop Ajak Masyarakat Woyla Menjadi Agen-agen Kebaikan


Meulaboh - Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop mengisi pengajian di dua tempat berbeda, salah satunya pengajian subuh akbar di Masjid Ie Itam Baroh Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat dan Mubahatsah Ulama Dayah Aceh Barat (MUDAB) di Dayah Serambi Aceh Kaway XVI pada Minggu, (27/10) dini hari

Camat Woyla Drs. Syarifuddin di sela-sela acara berlangsung mengatakan pengajian safari subuh ini rutin kita adakan setiap seminggu sekali secara keliling dibeberapa Masjid dalam Kecamatan Woyla, dan sudah berlangsung selama 3 tahun.

"Kita selalu Muspika Woyla telah mengimbau kepada masyarakat untuk dapat menghadiri Safari Subuh Bersama, dan Al Hamdulilah seribuan masyarakat pagi ini hadir untuk menyemarakkan syiar ini," Kata Camat Woyla.

Sementara itu Tgk H. Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop Pimpinan Dayah Babussalam Al Aziziyah Jeunieb dalam Tausiahnya menyebut kita perlu menyadari bahwa manusia yang sukses di dunia dan akhirat adalah manusia yang mampu melawan ajakan hawa nafsu, agama yang diturunkan Allah melalui Rasulullah kedunia adalah sebuah keberuntungan bagi manusia tanpa adanya kepentingan Allah, agama pula yang menjadi petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat dengan dua opsi tujuan akhir, surga atau neraka. Sebut Tu Sop.

Dalam kesempatan itu Tu Sop mengigatkan para jamaah Subuh Akbar untuk mempersiapkan investasi diri dalam menghadapi kematian, Tu Sop juga mengajak seribuan masyarakat yang hadir untuk menjadi agen pahala, jangan tunggu waktu kosong, bila perlu kosongkan waktu untuk menjadi agen-agen kebaikan.

"mengandalkan pahala ibadah sendiri saja belum tentu cukup untuk akhirat, saya melihat masih banyak orang lain tetangga kita yang tidak hadir disini, maka jadilah agen ajak mereka, sesungguhnya pahala yang Allah berikan kepada orang yang kita ajak juga sama akan Allah berikan kepada kita, logikanya kita dapat pahala double.
Maka hari ini saya melantik para hadirin sekalian menjadi agen-agen kebaikan," Tutup Tu Sop yang juga Dewan Penasihat Kaukus Wartawan Peduli Syari'at Islam (KWPSI).

Pengajian Majelis Mubahatsah Ulama Dayah Aceh Barat

Sejumlah Ulama Dayah Aceh Barat Mengikuti Mubahatsah (MUDAB) 

Pimpinan Yayasan Dayah Bersaudara (Yadara) Grup Tgk H. M. Yusuf A Wahab atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tu Sop juga mengisi Pengajian Majelis Mubahatsah Ulama Dayah Aceh Barat (MUDAB) di Dayah Serambi Aceh Gampong Meunasah Rayeuk Kecamatan Kawai XVI Kabupaten setempat. Turut dihadiri oleh para pimpinan dan Teungku-teungku Dayah, tokoh agama, para santri dan masyarakat sekitarnya.

Majelis Mubahatsah ini membahas kajian kitab Mahalli Jilid I dan Ghayah Usal Masalik i'lat sambungan bab Hadats(*)

Sabtu, 26 Oktober 2019

Pagi Ini, Tu Sop Isi Pengajian Subuh Akbar Dan Mubahatsah Di Aceh Barat



Laporan : Al Fadhal

Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop pagi ini akan mengisi pengajian subuh akbar di Woyla dan Mubahatsah Ulama Dayah Aceh Barat (MUDAB) di Dayah Serambi Aceh Kaway XVI pada Minggu, (27/10) dini hari nanti. 

Hal ini disampaikan koordinator tim protokoler Tu Sop Tgk Bahri melalui pesan whatsapp yang dikirim ke Redaksi Sabtu, (26/10) malam. 
Bahri menyebut Ayahanda Tu Sop akan mengisi pengajian didua tempat yang berbeda. 

"Insya Allah Tu Sop subuh nanti akan mengisi pengajian Subuh Akbar pada pukul 04.00 wib dini hari di Masjid Ie Itam Baroh Kecamatan Woyla Kabupaten Aceh Barat,". Sebutnya. 

Dikatakan Bahri Acara ini diselenggarakan oleh Badan Kemakmuran Masjid Al Wustha Kuala Bhee dalam rangka memperingati tahun baru islam 1441 H dengan tema" Dengan semangat tahun baru Islam kita tingkatkan kepedulian sosial antar sesama". Selain itu acara shalat subuh, Zikir dan Tausiyah bersama ini turut dihadirkan Tgk Abdul Arif sebagai pimpinan zikir, Kadis Syari'at Islam Aceh Barat Tgk. H. M. Isa, S. Pd sebagai pembaca doa dan Tgk H Nurdin MK sebagai Imam. 

Pengajian Majelis Mubahatsah Ulama Dayah Aceh Barat 
Tu Sop dan Abiya Jeunieb pada acara penyerahan Rumah BMU 027 di Aceh Barat

Selesai Acara Subuh Akbar, Bahri menyebut pada pukul 09.00. Wib hari ini Tu Sop akan bertolak ke Dayah Serambi Aceh untuk mengisi acara Pengajian Majelis Mubahatsah Ulama Dayah Aceh Barat (MUDAB) di Gampong Meunasah Rayeuk Kecamatan Kawai XVI Kabupaten setempat. 

Majelis Mubahatsah akan membahas kajian kitab Mahal Jilid I dan Ghayah Usal Masalik i'lat sambungan bab Hadats. Acara ini juga bisa diakses melalui live streaming via fanpage Facebook resmi Tgk H M Yusuf A Wahab.(Al Fadhal) 

Donasi Terpenuhi, BMU Bangun Rumah Guru TPA Di Aceh Besar



Proses Pembangunan Rumah BMU 038 Di Aceh Besar

Laporan Al Fadhal


Banda Aceh - Dewan Pimpinan Pusat Barisan Muda Ummat (BMU) kembali membangun satu unit rumah layak huni untuk janda miskin yang berprofesi sebagai Guru Taman Pendidikan Al Qur'an (TPA) di Kabupaten Aceh Besar. Dana Pembangunan rumah tersebut merupakan donasi patungan gerakan sepuluh ribu rupiah masyarakat Aceh di dalam maupun diluar negeri melalui donasi BMU Peduli.

Hal ini disampaikan oleh Imam Besar BMU Tgk. H. M. Yusuf A Wahab (Tu Sop) melalui siaran pers Humas BMU yang dikirim ke Redaksi pada Sabtu, (26/10) siang mengatakan proses pembangunannya mulai dikerjakan oleh DPD BMU Kota Banda Aceh dan Aceh Besar, rumah dengan kode BMU 038 ini rencananya akan diserahkan kepada Ummi Sakdiah (54) Guru Balai Pengajian warga Gampong Ateuk Angguk Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.

"Terima kasih kepada seluruh donatur yang telah berpartisipasi dalam Donasi BMU Peduli, Alhamdulillah Dana sudah terpenuhi berjumlah 33.769.000 Rupiah, maka pada malam ini Jumat 25 Oktober 2019 Donasi Rumah BMU 038 dengan resmi kita tutup,". Kata Tu Sop seperti dikutip Humas BMU Al Fadhal.

Sekjen BMU Pusat Tgk Zainuddin MZ yang didampingi Bendahara BMU Peduli Fitriadi, S. Hut di sela-sela Rapat Penutupan Donasi menjelaskan BMU Peduli mulai membuka donasi Rumah BMU 038 pada tanggal 15 - 25 Oktober 2019 selama 10 Hari, Fitriadi menyebut total dana yang masuk 33.769.000 Rupiah dari 217 orang donatur, sementara dana yang dibutuhkan Rp. 31.823.000.- sisanya 1.946.000 akan digunakan untuk pembangunan rumah selanjutnya.

" Dengan mengucapkan Alhamdulillah. Donasi untuk rumah BMU 038 An. Ummi Sakdiah Gampong Ateuk Angguk Kecamatan Ingin jaya Kab. Aceh Besar sudah terpenuhi berjumlah Rp. 33.769.000,-. Maka dengan ini kami nyatakan di tutup,". Kata Sekjen BMU.

Profil Penerima Rumah


Ummi Sakdiah saat ini tinggal dirumah berkonstruksi papan dan seng bekas rumah Aceh peninggalan orang tuanya yang telah dibongkar, dengan berlantai tanah ukuran 3x5 M tanpa pemisah kamar dengan dapur dengan kondisi sangat memprihatinkan. Dan dirumah ini pula Sakdiah mengajar Al Qur'an untuk anak-anak tetangganya.

Dalam kunjungan tim verifikasi faktual BMU pusat Sakdiah menceritakan sebelumnya juga ada beberapa lembaga lain yang menawarkan Bantuan rumah, tapi hingga saat ini belum juga terealisasi.

Saat ini Sakdiah telah mendapatkan sepetak tanah dari warisan orang tuanya untuk membangun rumah layak huni, tapi apa daya jangankan membangun rumah, untuk memenuhi kebutuhan hidup harus mendapat bantuan keluarganya.
Apalagi setelah ajal menjemput Alm suaminya Abdullah pada Agustus lalu lengkap sudah penderitaan yang dialaminya. Mereka dikaruniai satu anak perempuan yang sekarang mondok di salah satu Dayah di Aceh Besar. (Al Fadhal) 

Minggu, 22 September 2019

Tu Sop Tutup Lomba dan Pelatihan Pembekalan Fardhu'in & Doa Shalat Secara Fasahah Bagi Ibu-Ibu Jamaah Sirul Mubtadin

Ketua HUDA Tgk H M Yusuf A Wahab Sedang Menyampaikan Tausiah Pada Penutupan Acara Pelatihan Fardhu'in dan Baca Doa Shalat Fasahah Ibu-Ibu Jama'ah Sirul Mubtadin 
Laporan : Al Fadhal

Bireuen-Ratusan Ibu-ibu Jama'ah Forum Majelis Taklim Sirul Mubtadin Kecamatan Peulimbang mengikuti penutupan pelatihan & lomba fardhu’in, kifayah dan doa shalat secara tajwid dan fasih. Event perlombaan antar Majelis Taklim per Gampong ini turut dihadiri oleh unsur Forum Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Peulimbang, Camat, Kapospol, Danramil, Abiya Rauhul Mudi, Imum Mukim, Para Keuchik, para Sekdes, para Imum Gampong, tokoh pemuda, tokoh masyarakat dan perangkat Gampong yang dilaksanakan di Pesantren Darul Hidayah Gampong Rambong Payong Kecamatan Peulimbang Kabupaten Bireuen pada Minggu, (22/09/2019) pagi.


Ketua Forum Majelis Taklim Sirul Mubtadin Aceh Cabang Kabupaten Bireuen Tgk Sulaiman disela-sela acara berlangsung menyebut kegiatan ini merupakan implementasi dari program Forum Majelis Taklim Sirul Mubtadin untuk pembekalan fardhu'in para jamaah dalam melakukan ibadah  sehari-hari.

 “Acara perlombaan ini sebenarnya sebagai patron kita untuk melihat hasil pencapaian  para ibu-ibu jamaah Sirul Mubtadin setelah mengikuti pelatihan selama dua bulan terakhir di Gampong masing-masing, maka kita beri apresiasi sebagai Majelis terfavorit kepada satu Majelis Taklim yang tampil dengan baik,". Sebut Tgk Sulaiman yang sering disapa Walidi.


Walidi menambahkan dari 21 Gampong di Kecamatan Peulimbang hanya 15 Gampong yang mengikuti pelatihan ini, Gampong Teupin Panah, Seuneubok Nalan, Seuneubok Punti, Uteun Rungkhom dan Uteun Sikumbong. Selanjutnya Gampong Seuneubok Seumawe, Seuneubok Aceh, Garab, Padang Kasap dan Kreung Baro. Terakhir Gampong Bale Daka, Seuneubok Teungoh, Seuneubok Peulimbang, Cot Geulumpang dan Matang Kule. Diantara ke 15 Desa tersebut Majelis Taklim Gampong Uteun Sikumbong meraih juara favorit. Sebutnya.

Dikatakan Walidi mereka sebelumnya telah dibekali dan dilatih setiap minggu di Gampong masing-masing oleh 3 orang intruktur sekaligus Dewan Juri masing-masing Tgk Khalili, Tgk Samsol Bahri dan Tgk H. Mukhlis, S. Ag.



Tgk. H. Muhammad Yusuf A Wahab atau Tu Sop Ketua Himpunan Ulama Dayah Aceh (HUDA) sekaligus Penasehat Forum Majelis Taklim Sirul Mubtadin Aceh Pusat  dalam tausiahnya mengatakan pentingnya pelatihan doa shalat apalagi buat perempuan yang notabene guru pertama bagi anak-anak dirumah, Islam terbangun atas 5 pondasi (rukun islam), maka ada empat macam bentuk ibadah seorang muslim didalamnya dimana shalat menjadi ibadah diurutan pertama.



"Dalam pandangan islam seorang muslim yang meninggalkan shalat itu layak dipancung, artinya lebik baik mati dari pada hidup didunia tanpa mengerjakan shalat, Orang-orang tersebut akan sangat menderita diakhirat nanti. Bayangkan 1 hari saja kita meninggalkan shalat akan beresiko 30 tahun masuk neraka, apalagi berbulan-bulan atau bertahun-tahun meninggalkan shalat, kecuali kita bertaubat memohon ampunan dan mengkadhanya mudah-mudahan Allah akan memberi keringanan kepada hambanya,". Sebut Tu Sop yang juga Pendiri Dayah Multimedia Aceh ini. (Al Fadhal: Aktifis Ikatan Penulis Santri Aceh/IPSA Kabupaten Bireuen).

Comments System

Disqus Shortname

Diberdayakan oleh Blogger.