TUSOP.COM - Sebelum itu ada baiknya kita coba sedikit mengenal sosok yang masa kecilnya diberi nama Muhammad Yusuf Bin Tgk Abdul Wahab. Kemudian beliau dikenal dengan sebutan Tgk H Muhammad Yusuf A Wahab, yang akhirnya masyhur dengan sebutan Ayah Sop. Sebagian besar masyarakat Bireuen khususnya, umumnya masyarakat Aceh, juga menyapa beliau dengan sapaan Tu Sop.
Namun untuk lebih mudahnya penulis tertarik memilih kalimat yang menurut penulis itu lebih bersahaja jadinya yaitu, Ayah Sop, sabagai ujaran ditulisan ini bagi menunjukkan sosok pribadi yang pernah puluhan tahun menimba ilmu sekaligus mengabdi bukan saja sebagai guru namun juga guru besar dilembaga pendidikan ternama MUDI Mesjid Raya Samalanga.
Ayah Sop lahir di Jeunieb dari seorang ayah yang aktif sebagai pimpinan Dayah yang juga dikenal sebagai ulama dimasanya. Ayah Sop kecil dibesarkan dilingkungan yang identik dengan suasana religius oleh sebab sosok ayahnya yang begitu peduli dengan ilmu dan agama disamping konsen membimbing sejumlah santri didayahnya.
Pada setelah beliau beranjak dewasa, beliau sangat mengerti dengan waktu sehingga MUDI Mesjid Raya Samalanga yang terkenal disiplin dan kuat dalam pengkajian ilmu kala itu adalah menjadi almamater yang dipilihnya. Juga sosok Abon Samalanga (alm) sebagai sang maha guru yang terkenal cukup dalam pengetahuannya mengenai khazanah keilmuan adalah satu energi maknetik khusus yang membuat Ayah Sop rela meninggalkan sang ayah-ibu dan keluarga tercinta lainnya demi ilmu yang menurutnya sangat berguna.
Setiap detik yang dilewati beliau sepertinya tidak pernah sia-sia, akhirnya dengan sayap ilmu yang sudah tergolong kuat, Ayah Sop terbang dan menginjakkan kakinya diwilayah yang agak gersang, Timur Tengah menjadi pilihan kedua baginya setelah MUDI Mesjid Raya dalam upaya mengurangi rasa dahaga akan ilmu yang dirasainya.
Seiring waktu berjalan dan dari berbagai aktivitas yang dijalani termasuk melibatkan diri dalam hal politik, yang mana akhirnya figur konseptor YADARA itu telah begitu cukup akan pengalaman yang beliau kecapi, sehingga diusianya yang sudah berkepala lima tentu bukan suatu hal kebetulan disaat beliau berkeputusan terjun langsung ingin membenah situasi politik secara khusus untuk sebuah wilayah yang resmi tercatat sebagai kabupaten pada tahun 1999. Dimana Bireuen adalah nama yang dipilih untuk kotanya.
Disini penulis mungkin tidak bisa menghadirkan jawaban yang cukup untuk pertanyaan itu. Jawaban yang cukup tentunya itu hanya Ayah Sop lah sebagai pemiliknya.
Namun sebagian kecil dari yang pernah beliau ungkapkan, penulis dapat berkesimpulan yang mungkin saja ini sebagai jawaban sepintas terhadap pertanyaan diatas yaitu adalah, "keprihatinan beliau terhadap kondisi pemerintahan yang sama sekali tidak sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Yang sehingga efek ketidaksesuaian itu berimbas kepada masyarakat luas di berbagai sisinya. Dan, itu merupakan bentuk kejahatan jika dipandang dari sisi agama yang semestinya dihilangkan".
Menurutnya, tidak ada permasalahan yang tidak dapat diselesaikan jika kita benar-benar mau melakukannya dengan mengedepankan pendekatan agama (islam).
Nah, berangkat dari itu semua, kita khususnya masyarakat Bireuen tentu tidak bisa berbuat banyak jika bukan karena unsur sebab dan alasan kuat yang dimiliki. Dalam hal ini pastinya sebab dan alasan kuat akan didapat dari jawaban yang dimiliki setiap orang terhadap sebuah pertanyaan yang barangkali intinya, "mengapa Ayah Sop yang mesti jadi pilihan setiap kita untuk bupati Bireuen?
Pastinya Jawaban dari pertanyaan tersebut mungkin bisa beragam yang namun tertuju pada satu tujuan. Hanya saja menurut penulis beberapa asalan utama yang mungkin saja alasan utama ini telah dimiliki oleh setiap kita warga kabupaten Bireuen adalah sebagai berikut;
Ada banyak kata yang sering kita dengar dan ucap namun sangat jarang didapati maknanya, adalah integritas sebagai salah satunya kata yang ngetren didunia politik, kalau didunia lain orang sering berujar menggunakan sinonimnya yaitu, benar atau jujur. Akan tetapi kata ini sepertinya sering digunakan lebih sebagai hiasan bibir belaka, sulit ditemui artinya. Maka akhirnya penulis melihat makna dari integritas, jujur, dan benar itu telah didapat pada diri seorang Ayah Sop.
Itu tentu tidak berlebihan, kenapa? Karena sikap benar, jujur, atau integritas ini hanya mudah didapat pada pribadi yang lebih takut kepada Tuhannya. Sedangkan takut kepada Tuhan pastinya ada jika pada pribadi yang berilmu. Dan semakin tinggi ilmunya seseorang maka semakin takut pula ia akan Tuhannya. Jadi, menurut penulis alasan pertamanya ialah, integritas, benar, dan atau jujur yang tidak mudah didapati begitu saja tapi pada Ayah Sop itu sudah benar-benar ada.
Kedua, ini tentu sesuatu yang telah dimengerti secara luas oleh siapapun yang mengenalnya, Ayah Sop adalah pribadi yang cakap dalam urusan komunikasi. Disamping beliau mudah memahami masalah, juga cerdas mengkomunikasikannya secara intens dan tuntas. Didepan publik beliau bisa berdiri sebagai orator. Ketika diruang diskusi beliau hadir sebagai pemberi solusi. Pada ketika diseminar beliau tampil sebagai pemateri. Sementara dimajlis ilmu beliau ada didepan sebagai penyejuk qalbu.
Seterusnya yang juga sangat patut diakui adalah beliau pemilik kecerdasan sejati. Disebut sejati menurut penulis ini bukanlah sesuatu yang berlebihan adanya, karena sejati disini maksudnya beliau memiliki kecerdasan intelektual yang terbukti dari semenjak beliau belajar hingga mengajar, yang mana penguasaan ilmunya selalu lebih cepat dari rata-rata. Kemudian kecerdasan mental yang menyertai pribadinya. Dan ini jelas diketahui dari sikap beliau yang selalu optimis, inspiratif, motivatif, persuasif, dan juga berani.
Kemudian kecerdasan spritual adalah yang ketiga diantara sebab penulis menyebutnya kecerdasan sejati. Kecerdasan spritual ini berhubungan erat dengan tingkat penguasaan ilmu seseorang tentang Tuhan, juga tentang dirinya. Ini bukan sesuatu yang mudah bagi banyak orang, akan tetapi beliau telah banyak melaluinya.
Pada akhirnya, kecerdasan sejati itulah yang menyelimuti Ayah Sop seperti yang terlihat sekarang ini yang mana beliau adalah teladan dari banyak sisi. Dan, juga kecerdasan sejati itu pula yang membuatnya memiliki visi, berpandangan jelas dan jauh kedepan, teguh pedirian, peka terhadap keadaan, komitmen dengan kebenaran, dan berwibawa dalam kepemimpinan.
Sebagai penutup kata penulis berkesimpulan bahwa sudahlah cukup beberapa alasan utama itu menjadi sebab bagi setiap pemilih dari warga Bireuen untuk memilih Ayah Sop sebagai figur yang siap sedia memimpin dan membimbing segenap warga menuju hidup sesuai cita-cita. Sehingga agak naif rasanya jika ada alasan lain untuk tidak setuju memilihnya sebagai pribadi yang berkeinginan kuat memperbaiki apa yang bisa diperbaiki khususnya untuk sekabupaten Bireuen dalam kurun waktu setidaknya 5 tahun kedepan terhitung 2017-2022 nanti.
Dan padahal pula sesungguhnya realitapun telah lebih dulu berkata bahwa, “Ayah Sop adalah pemimpin sudah pada saat sebelum ia memimpin”. (Seuramoenews)
Mantap sumbernya ikuti terus perkembangan politik bireuen hanya www.seuramoenews.com
BalasHapus